Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa SD setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur,
cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, memiliki
pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika lebih lanjut dengan menerapkan ilmu lain.
2.1.7. Masalah dalam Matematika
Memecahkan masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian hidup kita berhadapan dengan masalah-
masalah. Kita perlu mencari solusinya, apabila gagal maka kita mencoba menyelesaikan dengan cara lain.
Cooney dalam Budhayanti, 2008:9-2 pertanyaan akan menjadi masalah jika menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku. Sedangkan Hudojo 2003:148 pertanyaan merupakan suatu masalah jika
seseorang tidak mempunyai aturanhukum tertentu sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban artinya pertanyaan dikatakan suatu masalah apabila
seorang individu tidak dapat menyelesaikannya. Didukung Oxford English Dictionary dalam Muhsetyo, 2009:1.12
menjelaskan bahwa “a problem is a doubtful or difficult question, a matter of inquiry, discussion, or though, a ques
tion that exercise the mind” artinya
masalah merupakan pertanyaan untuk melatih pikiran melalui kegiatan inkuiri, diskusi, dan penalaran .
Sesuai Charles dan Laster Walk dalam Muhsetyo, 2009:1.13 mendefinisikan masalah adalah suatu tugas tertantang untuk diselesaikan,
melakukan suatu usaha untuk memperoleh penyelesaian. Sedangkan syarat masalah bagi siswa menurut Hudojo 2093:149
adalah: a.
Pertanyaan yang dihadapkan siswa dapat dimengerti, namun pertanyaan tersebut harus berupa tantangan baginya untuk menjawabnya.
b. Pertanyaan tidak dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.
Menurut Hudojo 2003:149, soal-soal matematika dibedakan menjadi dua bagian:
a. Latihan, bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian
yang baru diajarkan. Contoh: 2+3= ... b.
Masalah, menghendaki setiap siswa untuk menggunakan sintesis dan analisis. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, siswa harus menguasai hal-hal yang
telah dipelajari sebelumnya pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman namun ia menggunakan pada situasi baru. Contoh: soal cerita.
Menurut Polya dalam Hudojo, 2003:150, terdapat dua macam masalah, yaitu:
a. Masalah untuk menemukan, berupa teoritis dan praktis, abstrak atau konkret,
termasuk teka-teki.
b. Masalah untuk membuktikan maksudnya menunjukan suatu pernyataan
benar, salah-tidak atau kedua-duanya. Lebih lanjut Polya masalah penemuan lebih penting daripada matematika
elementer, sedangkan masalah pembuktian untuk matematika lanjut Hudojo, 2003:150.
Ada dua jenis masalah yaitu masalah rutin dan tidak rutin Budhayanti, 2008:9-8. Masalah rutin adalah masalah disusun berkaitan secara langsung
dengan konsep-konsep pada suatu topik, sedangkan masalah tidak rutin adalah disusun dengan maksud memperluas wawasan sebagai aplikasi suatu konsep
untuk memecahkan masalah nyata yang dihadapi secara langsung dengan konsep tertentu maupun disiplin ilmu lain Budhayanti, 2008:9-8.
2.1.8. Pendekatan Pemecahan Masalah