Industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT

10

BAB II TELAAH TEORI

2.1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT

Secara garis besar, industri TPT terbagi dalam 3 bagian gambar 2.1, yaitu sektor hulu, sektor antara intermediate, dan sektor hilir. 1. Sektor Hulu: industri persiapan serat 17111, industri pemintalan benang 17112. 2. Sektor Antara: Industri kain rajut 17301, industri pertenunan 17114, industri pencetakan kain 17123 3. Sektor Hilir: Industri pakaian jadi rajutan 17302, industri pakaian jadi 18101 dan 18102. Industri TPT dalam struktur kelembagaan di Indonesia dibawah pembinaan Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementrian Perindustrian Republik Indonesia dan masuk dalam 6 enam kelompok industri prioritaspembangunan nasional. Oleh karena itu, maka ditetapkan strategi pokok pembangunan industri TPT, antara lain: memperkuat keterkaitan pada semua rantai nilai value chain dari industri, peningkatan nilai tambah dengan membangun kompetensi inti, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri. Gambar 2.1. Pohon Industri TPT Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia dalam Tim Kajian Pengembangan Industri Tektil dan Produk Tekstil 2011: 44 Subsektor industri TPT memiliki karakteristik yang berbeda-beda terlihat dalam tabel 2.1 mengenai profil dari industri TPT di Indonesia dan tabel 2.2 mengenai kepemilikan modal industri TPT di Jawa Tengah. Dimana beberapa subsektor menggunakan teknologi yang tinggi dan sebagian lainnya menggunakan teknologi rendah. Pemasaran produk dari industri TPT masih dikonsentrasikan pada ekspor dan investasi dari swasta nasional. Tabel 2.1. Profil Industri TPT Indonesia Sektor Jenis Produk Teknologi Pasar Produk Investasi Serat Serat alam, serat buatan sintetis Tinggi Domestik PMA: Jepang, India, dan Austria Pemintalan Benang Tinggi Domestik dan Ekspor PMA: Jepang dan India; PMDN Pertenunan Kain Rendah Domestik dan Ekspor PMDN Garmen Pakaian Jadi Rendah Ekspor PMDN dan PMA: Korea Selatan dan Hong Kong Sumber: Departemen Perindustrian dalam Tjandraningsih dan Herawati 2009:50. Tabel 2.2. Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Berdasarkan Kepemilikan Modal Sektor Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Swasta Nasional Asing Serat - - 3 - Pemintalan 2 - 19 - Kain, Pencetakan Kain, dan Batik - - 297 2 Pertenunan - - 6 1 Tali - - 17 - Kapuk - - 20 - Garmen - 1 495 19 Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah Volume I 2011: 23 Industri TPT di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 27 subsektor pengolahan hulu-antara dan 9 sembilan subsektor pengolahan hilir. Selama tahun 2005-2011 terjadi fluktuasi jumlah subsektor yang disebabkan adanya perubahan secara struktural industri. Penyesuaian pada golongan pokok KBLI pada tahun 2010 yang menyebabkan terjadi perluasan subsektor menjadi 27 subsektor pengolahan hulu-antara dan 9 sembilan subsektor pengolahan hilir. Lebih lanjut jumlah perkembangan subsektor industri TPT Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel 2.3 Lampiran 1. Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tektil 2011:46 memaparkan bahwa subsektor garmen memiliki barier to entry yang rendah hal ini dikarenakan industri pakaian jadi tidak memerlukan pabrik dengan nilai investasi yang besar, karena akitivitasnya lebih banyak bersifat assembling. Akibatnya, siapapun bisa masuk ke industri ini meskipun belum memiliki pengalaman yang cukup di industri. Ketika terjadi goncangan, subsektor garmen menjadi sangat rentan.

2.2. Biaya Dalam Jangka Panjang dan Efisiensi Produksi