2.3.1. Model Constant Return to Scale CRS
Model ini di kembangkan pertama kali oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes CCR pada tahun 1978 Fadholi, 2011:32; Safeedparri, dkk,
2013:3. Model ini menggunakan pendekatan input dengan asumsi rasio antara pertambahan input dan output adalah sama sehingga jika input
ditambah sebesar n kali, maka ouput akan bertamabah sebesar n kali. Dengan tambahan asumsi setiap unit kegiatan ekonomi telah beroperasi
pada skala yang optimal Yulianto 2005 dalam Fadholi, 2011:33.
2.3.2. Model Variable Return to Scale VRS
Model VRS dikembangkan oleh R.D.Banker, A. Charnes, dan E. Rhodes pada tahun 1984 yang tercantum pada jurnal Managemenet Science
Vol. 30. Model ini memperbolehkan setiap unit yang memiliki input rendah dalam kondisi increasing return to scale sementara unit lain yang memiliki
input lebih tinggi terjadi decreasing return to scale Safeedparri, dkk., 2013:3. Dengan kata lain kondisi unit dalam model tidak terdapat rasio
yang sama antara input dan outputnya. Sehingga setiap pertambahan input sebesar n kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar n kali
bahkan bisa lebih kecil atau lebih besar dari n kali Fadholi, 2011:33.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi pada sektor industri TPT dilakukan oleh Adanacioglu dan Olgun 2011. Penelitian ini mengambil observasi pada
industri TPT pada subsektor Pemisahan Kapas di wilayah Aegean, Turki. Penelitian ini selain melihat pada efisiensi industri juga pada tingkat
profitabilitasnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 15 perusahaan yang termasuk dalam industri pemisahan kapas dan berada pada wilayah Aegean dan pemilihan
perusahaan ini didasarkan pada intensitas kapasitas dan kerja. Analisis dilakukan menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dan Variable
Return to Scale, dan variabel input terdiri dari biaya bahan baku, tenga kerja, dan biaya lainnya. Sedangkan pada variabel output, penelitian ini menggunakan
variabel nilai produksi. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, belum optimalnya
penggunaan kapasitas produksi yang menjadi penyebab utama turunnya produksi kapas Turki beberapa tahun sebelumnya, selain itu, kombinasi biaya
input mempengaruhi pada industri ini dan perlunya restrukturisasi mesin dan pembaharuan teknologi. Kemudian, penghambat dari efisiensi pada industri ini
adalah peningkatan terhadap pengenaan VAT Value Added Tax yang dilakukan oleh pemerintah Turki. Penelitian ini menyebutkan bahwa pendidikan sangat
penting untuk membentuk efisiensi secara teknis dan ekonomi pada industri ini. Penelitian ini didasarkan kepada saran penelitian lanjutan dari penelitian
yang telah dilakukan oleh Hastarini Dwi Atmanti 2004 dimana dalam salah satu agenda penelitian lanjutan diharapakan dapat melakukan penelitian yang
lebih spesifik pada satu industri manufaktur. Penelitian yang dilakukan Hastarini Dwi Atmanti 2004 bertujuan untuk menganalisa efisiensi industri manufaktur
menengah dan besar di Jawa Tengah ISIC 31-39 dan menganalisa keunggulan kompetitif di Jawa Tengah sebelum dan sesudah krisis 1998 dengan periode
observasi tahun 1995-2000.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output value added, nilai barang yang dihasilkan, jasa industri untuk output, keuntungan
penjualan barang, penerimaan lainnya dan input bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar dan listrik yang digunakan, barang lainnya di luar bahan baku, jasa
industri untuk input, sewa gedung dan alat-alat, jasa non industri. Analisis efisiensi menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dihasilkan
bahwa seluruh industri manufaktur yang menjadi objek penelitian dalam kondisi efisien, dan beberapa industri KLUI 31, KLUI 32, KLUI 35, serta KLUI 39
menjadi keunggulan kompetitif Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan
oleh Tri Wahyu R. 2006 terhadap sektor industri manufaktur di Jawa Tengah periode tahun 2000-2005, sektor industri manufaktur Jawa Tengah belum dapat
dikatakan dalam kondisi efisien dan industri Pakaian Jadi KBLI 18, yang menjadi bagian dari industri TPT, dalam kurun waktu tahun 2000-2005 tidak
pernah berada pada kondisi efisien. Penelitian ini menggunakan asumsi Variable Return to Scale dan alat analisis DEA versi Warwick.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output dan input. Variabel output antara lain: barang yang dihasilkan, tenga listrik yang
dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi danpenerimaan lain. Sedangkan variabel input terdiri dari bahan baku, bahan
bakar, barang lainnya diluar bahan bakubahan penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri.
Fadholi 2011 melakukan penelitian pada efisiensi industri TPT di Indonesia pada periode 2001-2005. Dengan menggunakan metode DEA dan
model Variable Return to Scale VRS dan orientasi input. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel input biaya bahan bakar, tenaga kerja, tenaga
listrik, bahan baku, dan modal dan Variabel output nilai output dan value added. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar dari subsektor industri
TPT telah efisien, namun terdapat beberapa subsektor yang masih dalam kondisi inefsiensi pada variabel input bahan bakar, tenaga listrik, dan modal.
Penelitian lainnya yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah metode penelitian yang dilakukan oleh Al-Delaimi dan Al-Ani 2006 yaitu menekankan
pada analisis efisiensi biaya ekonomi. Penelitian yang dilakukan terhadap 24 Bank Syariah ini menghasilkan bahwa sebagian besar bank dalam keadaan
efisien dan selalu meningkatkan efisiensinya. Menggunakan variabel input modal, cadangan modal, dan simpanan dana pihak ketiga dan variabel output
pengambilan produk investasi dan aset bank dengan model penelitian Constant Return to Scale yang diadopsi dari Charnes, Cooper, dan Rhodes.
Penelitian ini merupakan pengembangan dan kombinasi dari penelitian terdahulu yang telah dicantumkan. Penelitian ini akan menekankan pada
pengukuran efisiensi biaya ekonomi yang objek penelitian pada sektor industri manufaktur yang dispesifikasikan pada subsektor industri TPT KBLI 2005 kode
industri 17 dan 18; KBLI 2010 kode industri 13 dan 14 dengan menggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis DEA dengan asumsi Variable Return
to Scalesehingga semua unit kegiatan ekonomi yang akan diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output.
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis