Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

variabel penelitian. Menurut Arikunto 2002 dalam Fadholi 2011:43 metode dokumentasi yaitu mencaridata mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, parasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Implementasi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah dengan pengumpulan data dari buku Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik BPS, serta bebagai literatur lainnya berupa jurnal penelitian maupun publikasi lainnya. Analisis efisiensi teknis menggunakan data kinerja dari subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi. Analisis efisiensi alokatif, pemilihan data berdasarkan variabel penelitian, yaitu 1-5 biaya input bahan baku dan penolong terbesar berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dan syarat lainnya sebagaimana tercantum dalam metode penentuan variabel harga input bahan baku, penggunaan bahan bakar jenis solar khusus industri dan tenaga listrik yang dibeli, serta 1-5 nilai dan kuantitas barang yang diproduksi terbesar berdasarkannilai barang dari tiap subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi dengan memperhatikan persyaratan data dalam analisis menggunakan DEA.

3.5. Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan menganalisa kinerja industri TPT Provinsi Jawa tengah dengan penekanan pada analisis tingkat efisiensi ekonomi. Pengukuran efisiensi dipilih menggunakan teknik analisis DEA karena teknik ini dapat mengevaluasi efisiensi pada suatu industri yang telah ditentukan dan melakukan perbandingan terhadap industri yang memiliki kinerja terbaik Coelli, Rao, et.al 1998 dalam Jayamaha dan Mula, 2011:456. Lebih lanjut Jayamaha dan Mula 2011:456 dengan menyadur dari Fried, Lovell dan Schmidt 2002 bahwa DEA merupakan metode yang tepat untuk mengukur efisiensi relatif dari beragam unit kegiatan ekonomi dengan melingkupi seluruh elemen dari input dan output. Cara kerja dari DEA adalah menentukan rasio tertimbang dari input dan output setiap unit. Penentuan bobot tertimbang akan menjadi suatu permasalahan penting dalam pengukuran efisiensi, DEA memberikan kesempatan kepada tiap unit kegiatan ekonomi untuk menentukan pembobotnya masing-masing Samsubar Saleh 2000 dalam Tri Wahyu R, 2006:134. Setiap unit kegiatan ekonomi akan memiliki bobot yang akan memaksimumkan rasio efisiensinya maximize total weighted outputtotal weighted input Fadholi, 2011:44. Nilai dari hasil pengukuran efisiensi melalui DEA adalah 0 nol sampai dengan 1 satu dengan pengertian bahwa bila hasil pengukuran sama dengan 1 satu maka subsektor industri tersebut dinilai telah efisien, begitu pula sebaliknya bila hasil pengukuran dibawah 1 satu maka subsektor industri dinilai belum mencapai kondisi efisien. Pengukuran efiensi subsektor industri TPT dengan DEA diadopsi dari Fadholi 2011:43-44 dan Atmanti 2004:4-5 adalah sebagai berikut: ∑ ......................... 3.1 Dengan Batasan atau kendala: ∑ ∑ ......................... 3.2 ∑ Dimana: = jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri k X ij = jumlah input i yang diperlukan oleh subsektor industri j Y rj = jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri j X ik = jumlah input yang idperlukan oleh subsektor k S = jumlah subsektor industri yang dianalisis M = jumlah input yang digunakan U rk = bobot tetimbang dari output yang dihasilkan tiap subsektor industri k V ik = bobot tertimbang input i yang digunakan subsektor industri k E k = nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari subsektor indsutri k Dalam penggunaan DEA, asumsi model dalam penelitian ini adalah Variable Return to Scale dengan alasan bahwa dalam sektor industri adanya pertambahan pada proporsi input belum tentu dapat meningkatkan proporsi output dengan nilai yang sama, karena hasil output ditentukan pula oleh kondisi ekonomi makro permintaan, penawaran dan lainnya Fadholi, 2011:46. Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah Kriteria Efisiensi Nilai Efisiensi SempurnaOptimum Tinggi Sedang Rendah Tidak efisien 1 0,81 – 0,99 0,60 – 0,80 0,41 – 0,59 ≤ 0,40 Sumber: Hidayat, 2014:124 Agar dapat dipastikan tingkat capaian efisiensi pada industri TPT secara sektoral maupun keseluruhan, maka perlu adanya pembagian kriteria ukuran tingkat efisiensi, yaitu efisensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah, serta tidak efisien Hidayat, 2014:124. Kriteria ukuran tingkat efisensi dapat terlihat pada tabel 3.1. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Industri TPT yang berada di provinsi Jawa Tengah mencakup sebagian besar subsektor industri, mulai dari pengolahan hulu seperti industri persiapan serat, pengolahan antara seperti pencetakan kain hingga pengolahan hilir seperti industri pakaian jadi. Sebagaiamana peranannya dalam RPJPD Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu industri kopetensi inti daerah, industri TPT harus memiliki tingkat kemampuan penyerapan tenaga kerja yang besar, dan memiliki tingkat kinerja baik pertumbuhan industri maupun tingkat keuntungan yang terjaga dengan baik. Dalam subbab selanjutnya akan di jelaskan mengenai gambaran umum dari industri ini dalam hal tingkat penyerapan tenaga kerja, dan perkembangan tingkat pertumbuhan dan keuntungan industri.

4.1.1. Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu proses produksi. Penyerapan tenaga kerja oleh setiap sektor dalam perekonomian mempunyai andil besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.