spiralis. A. Koklearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam koklea mengitari modiolus Lee 1995.
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis
dan koklearis ke sinus petrosus superior dan inferior Lee 1995 .
2.3.2 Persarafan telinga dalam N.Vestibulokohlearis N.akustikus yang dibentuk oleh bagian kohlear
dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel
sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Koklearis dengan ganglion vestibularis scarpa terletak didasar dari meatus akustikus internus.
Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Koklearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus Wright 1997; Mills 1998.
2.4 Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang. Setelah memasuki meatus
eksterna, bunyi akan menggetarkan membran timpani selanjutnya dirambatkan melalui osikula auditiva. Setelah melalui osikula, akhirnya
getaran yang telah diperkuat daya dorongnya diteruskan ke dalam perlimfe, utamanya yang terdapat dalam koklea. Bila frekuensi getaran
yang masuk sangat rendah frekuensi subsonik, maka lintasan gelombangnya adalah:
Fenestra ovalis → skala vestibuli → helikotrema → skala timpani →
fenestra rotundum Lintasan ini tidak berlaku jika frekuensi bunyi lebih tinggi. Untuk
frekuensi bunyi sonik 16-20.000Hz, lintasannya sebagai berikut: Fenestra ovalis
→ skala vestibuli → duktus koklearis → skala timpani → fenestra rotundum
Universitas Sumatera Utara
Duktus koklearis yang merupakan bagian dari labirin membran berdinding lunak, yaitu membran reissner dan membran basilaris. Bila
pintasan gelombang bunyi menggerakkan membran basilaris maka akan terjadi efek gesekan membran tektoria terhadap rambut – rambut sel
sensorik dari organ corti. Pergerakan sel rambut tersebut akan menimbulkan reaksi biokimia didalam sel sensorik sehingga timbul muatan
listrik negatif pada dinding sel. Ujung – ujung saraf kedelapan yang menempel pada dasar sel – sel sensori akan menampung impuls yang
terbentuk. Lintasan impuls auditorik selanjutnya adalah:
Ganglion spiralis corti → nervus VIII → nukleus koklearis di Medula
Oblongata → folikulus inferior → korpus genikulatum medial → korteks
auditori area 39-40 di lobus temporalis serebrum Modul 2008 .
2.5 Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga Kerja
Efek bising yang diketahui ada dua tipe yaitu efek non auditori yang meliputi gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi
dan efek auditori yang meliputi gangguan pendengaran temporer dan permanen Ballenger 1997.
2.5.1 Efek non auditori a. Gangguan fisiologis
Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih- lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tak
terduga, gangguan dapat terjadi seperti : peningkatan tekanan darah ±10 mmHg, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstriksi pembuluh darah
kecil terutama pada tangan, kaki dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
b. Gangguan psikologis Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan, oleh karena itu akan
merupakan stress tambahan dari pekerjaan yang sedang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka
waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik, seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
c. Gangguan komunikasi Gangguan jenis ini dapat disebabkan oleh masking effect dari
kebisingan. Sebagai pegangan, resiko potensial kepada pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan
berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi keselahan, terutama pada peristiwa
penggunaan tenaga kerja baru. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, dimana pekerja mungkin tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya, di samping itu dapat menurunkan
mutu pekerjaan dan produktivitas kerja. d. Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi memberikan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang. Dapat pula mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing vertigo, mual, dan lain-lain.
2.5.2 Efek auditori Di antara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan,
maka gangguan yang paling serius adalah ketulian. Ketulian yang terjadi akibat pengaruh kebisingan ada tiga macam :
a. Tuli sementara Temporary Treshold ShiftTTS Akibat pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga
kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat yang cukup, daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula recovery dapat sempurna. Untuk suara lebih dari 85 dB akan dibutuhkan waktu
istirahat 3-7 hari. Namun, apabila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga
Universitas Sumatera Utara
kerja terpapar kembali kepada bising, dan keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka ketulian sementara akan bertambah setiap
harinya, sehingga akhirnya akan merusak ujung-ujung saraf dan mengakibatkan terjadinya ketulian menetap PTS.
Tuli sementaratemporer ini merupakan fenomena yang fisiologis dan disebut sebagai perubahan ambang sesaat temporary threshold shift.
Diduga terjadi di sel rambut organ corti dan mungkin berhubungan dengan perubahan metabolik di sel rambut, perubahan kimia di dalam cairan
telinga dalam atau perubahan vaskuler di telinga dalam Ballenger 1997. Besarnya ketulian sementara yang diderita oleh seorang tenaga kerja
dapat dilihat dari perubahan nilai ambang pendengaran yang dilakukan melalui pemeriksaan audiometrik. Untuk memperoleh TTS, pemeriksaan
audiometri dilaksanakan paling sedikit dua kali yaitu sebelum dan sesudah tenaga kerja terpapar bising. Selisih kedua angka pada audiogram chart
menunjukkan besarnya TTS. Besarnya TTS tuli sementara dipengaruhi oleh bermacam-macam
faktor: 1.
Tingginya intensitas level suara sound pressure level, semakin tinggi tingkat suara dengan dB besar makin besar pula TTS.
2. Lama pemaparan per hari duty cycle per day, semakin lama
terjadinya kontak dengan suara, semakin besar pula TTS. 3.
Spektrum suara tipe bising, oleh karena kepekaan telinga pada setiap frekwensi tidak sama, maka bentuk spektrum akan
mempunyai pengaruh yang berlainan. 4.
Lamanya masa kerja, semakin lama masa kerja semakin besar TTS.
5. Temporal pattern, suara yang kontinyu akan memberikan energi
lebih banyak daripada suara yang terputus-putus, oleh karena itu TTS yang terjadi lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
6. Kepekaan individu, kepekaan telinga terhadap kebisingan berbeda-
beda pada masing-masing orang, oleh karenanya besar TTS juga berbeda.
7. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat mempercepat
pengaruh synergistic timbulnya ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak terhadap suara.
8. Keadaan kesehatan, keadaan telinga menyebabkan pengaruh yang
berbeda. Telinga yang sudah tuli, menjadi kurang peka, sehingga TTS tidak besar.
9. Usia pekerja, usia tua lebih memiliki kecenderungan penurunan
kemampuan dengar.
b. Tuli Menetap Permanent Treshold ShiftPTS Penurunan pendengaran terjadi pelan-pelan dan bertahap sebagai
berikut : 1.
Tahap pertama, timbul setelah 10-20 hari terpapar bising, tenaga kerja mengeluh telinganya berbunyi pada setiap akhir waktu kerja.
2. Tahap kedua, keluhan telinga berbunyi secara intermitten, sedang
keluhan subjektif lainnya menghilang, tahap ini berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun.
3. Tahap ketiga, tenaga kerja sudah merasa terjadi gangguan
pendengaran, tidak dapat mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan terutama bila ada suara lain masking.
4. Tahap keempat, gangguan pendengaran bertambah jelas sehingga
sukar berkomunikasi. Dengan demikian tuli menetap terjadi apabila nilai ambang
pendengaran menurun dan tidak pernah kembali ke nilai ambang semula, meskipun cukup diberikan waktu istirahat.
Besarnya PTS dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama seperti pada TTS:
• Tingginya intensitas level suara
Universitas Sumatera Utara
• Lamanya pemaparan per hari
• Spektrum suara
• Lamanya masa kerja
• Temporal pattern
• Kepekaan individu
• Pengaruh obat-obatan
• Keadaan kesehatan
• Usia pekerja
Penelitian Glorig dan staffnya Ballenger 1997 menghasilkan fakta- fakta penting sebagai berikut, ini sehubungan dengan perubahan ambang
temporer dan permanen: 1. TTS yang diakibatkan oleh pemaparan bising 100 dB atau lebih
selama satu hari adalah sebesar 0 dB sampai 40 dB 2. Pemaparan bising industri yang khas menyebabkan perubahan
temporer yang terbesar pada 4000 dan 6000 Hz 3. Kebanyakan dari perubahan temporer terjadi selama 2 jam
pemaparan pertama. 4. Jumlah perubahan temporer dan lokasi frekwensinya berbeda
dengan jumlah dan frekwensi permanen yaitu, makin banyak perubahan permanen pada satu frekwensi, makin sedikit
perubahan temporer pada frekwensi tersebut. 5. Penyembuhan dari TTS kebanyakan terjadi dalam waktu 1 atau 2
jam setelah pemaparan bising terhenti. 6. Tampaknya ada hubungan yang jelas antara TTS dan PTS:
i. Suatu bising yang tidak menyebabkan ketulian temporer
tidak akan menyebabkan ketulian permanen. ii.
Konfigurasi audiogram yang terlihat pada TTS yang singkat akan serupa dengan yang ditemukan pada PTS.
Universitas Sumatera Utara
c. Trauma akustik Merupakan suatu kehilangan pendengaran permanen yang disebabkan
terpapar dengan suatu suara impulsive dengan intensitas tinggi, seperti letusan, ledakan, dll. Intensitas suara yang dapat menimbulkan suara
trauma akustik sangat individual namun berkisar antara 130-140 dB. Diagnosa mudah dibuat, penderita dengan tepat dapat menyatakan kapan
terjadinya ketulian. Bagian yang rusak adalah membran timpani, tulang- tulang pendengaran dan cochlea. Tuli terjadi secara akut diikuti oleh
tinnitus yang cepat sembuh secara partial atau komplit Quinn 2001.
2.5.3 Noise induce hearing loss Suara dan usia merupakan penyebab utama kehilangan pendengaran
permanen pada manusia. Noise Induce Hearing Loss NIHL merupakan suatu kehilangan kemampuan pendengaran manusia akibat paparan
suara, umumnya ketulian yang timbul akibat kerja ialah tipe NIHL. Walaupun NIHL tidak dapat disembuhkan baik dengan obat-obatan
maupun tindakan operasi biasa namun dicegah. Mekanisme terjadinya NIHL melibatkan organ corti yang berada di
dalam koklea; secara spesifik ialah rusaknya sel rambut getar hair cell. Kerusakan dimulai dengan rusaknya sel rambut bagian luar yang lama
kelamaan juga mengenai sel rambut bagian dalam, dimana jika intensitas dan durasi dari paparan bising bertambah akan berakibat sel rambut
berdegenerasi, dimana sel rambut menjadi kaku dan berkurangnya respon terhadap rangsangan suara.
Pada TTS keadaan ini bisa menjadi normal kembali apabila dijauhkan dari paparan dalam suatu waktu tertentu, namun bila paparan berlanjut
dengan bertambah intensitas dan durasi dari bising maka akan timbullah kerusakan sel-sel rambut berupa perlengkapanpeleburan satu sama lain
dan gugurnya sel-sel rambut, jika paparan bertambah berat timbullah kerusakan pada sel-sel rambut bagian dalam serta seluruh sel-sel
pendukung di organ corti; hal tersebut berakibat degenerasi sel-sel saraf
Universitas Sumatera Utara
pendengaran, bila hal ini terjadi maka timbullah PTS yang tidak dapat dikoreksi baik dengan obat-obatan maupun tindakan operasi biasa Bailey
1993. Karakteristik PTS stadium dini dari tuli akibat paparan bising ditandai
denga kurva ambang pendengaran yang curam pada frekwensi antara 3000 dan 6000 Hz, biasanya pertama kali timbul pada nada 4000 Hz
4 Hz dip. Pada fase dini ini pekerja mungkin hanya mengeluh tinitus, suara yang terendam, rasa tidak nyaman ditelinga, atau penurunan
pendengaran yang temporer yang terasa pada waktu bekerja atau waktu akan meninggalkan tempat kerja, tetapi kemudian pendengaran terang
kembali setelah beberapa jam jauh dari lingkungan bising. Nyeri dan vertigo jarang di temukan. Selama paparan bising berlangsung, ketulian
menyebar ke dua arah tetapi hanya ada sedikit efek pada pendengaran. Gangguang pendengaran biasanya tidak disadari sampai ambang
pendengaran bunyi nada percakapan 500, 1000, 2000 dan 3000 Hz rata- rata lebih dari 25 dB ketetapan ANSI 1969. Ketulian berat dapat timbul
pada frekwensi 3000-8000 Hz, mungkin menyebabkan keluhan subjektif sedikit saja mengenai perubahan pendengaran. Awal dan perkembangan
tuli saraf akibat bising NIHL lambat dan tak jelas, dan pekerja mungkin tidak sadar akan gangguan pendengarannya atau tidak peduli. Ketulian
selalu tipe sensorineural dan serupa kualitas maupun kuantitasnya pada kedua telinga. Secara otoskopik gendang telinga tampak normal
Ballenger 1997. Beberapa tanda-tanda awal NIHL Walsh 2000;
a Tinitus dengingan di dalam telinga.
b Sulit mendengar pembicaraan berdiskusi saat berada di pesta
atau restoran yang sibuk, atau tempat dimana suara latar belakang cukup banyak dan kuat.
c Mendengar televisi dengan volume yang lebih kuat dari orang lain
umumnya.
Universitas Sumatera Utara
d Pendengaran salah satu telinga lebih baik dari telinga yang lain
saat menggunakan telepon. e
Kehilangan kemampuan mengklarifikasi konsonan dengan frekwensi tinggi, termasuk s dalam soft, c, f, sh, ch, atau h, kata-
kata seperti hill, fill, sill akan kedengaran sama pada penderitaan NIHL, juga mungkin salah dalam mendengar 50 untuk 15 atau 60
untuk 16.
2.6 Sound Level Meter