d Pendengaran salah satu telinga lebih baik dari telinga yang lain
saat menggunakan telepon. e
Kehilangan kemampuan mengklarifikasi konsonan dengan frekwensi tinggi, termasuk s dalam soft, c, f, sh, ch, atau h, kata-
kata seperti hill, fill, sill akan kedengaran sama pada penderitaan NIHL, juga mungkin salah dalam mendengar 50 untuk 15 atau 60
untuk 16.
2.6 Sound Level Meter
Merupakan alat untuk mengukur tinggi tekanan suara sound pressure level pada berbagai berkas frekwensi suatu bising, hasil pengukurannya
ialah desibel. Alat ini merupakan suatu alat yang bereaksi terhadap perubahan amplitudo tekanan suara di udara, sehingga pengukuran
kuantitas objektif dari tingkat suara dapat dilakukan tanpa menganalisa berbagai komponen frekwensi. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI
American National Standard Institute tahun 1997, dan biasanya dilengkapi dengan pengukuran 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C untuk
menentukan secara kasar frekwensi bising yang di analisa. Jaringan frekwensi A menyaring frekwensi rendah dibawah 500 Hz, frekwensi
menengah disaring oleh B dan frekwensi tinggi disaring oleh C. Skala A bereaksi sangat mirip dengan telinga manusia maka dipakai untuk analisa
bising dengan hasil pengukuran disebut dB A Ballenger 1997. SLM yang amat sederhana biasanya hanya dilengkapi dengan bobot
pengukuran A dBA dengan sistem pengukuran seketika tidak dapat menyimpan data dan mengelolah data, sedangkan yang sedikit lebih
baik, dilengkapi dengan skala pengukuran B dan C. Beberapa SLM yang lebih canggih dapat sekaligus dipakai untuk menganalisis tingkat
kekerasan dan frekuensi bunyi yang muncul selama rentang waktu tertentu dan mampu menggambarkan gelombang yang terjadi. Beberapa
produsen menamakannya Hand Held Analyser HHA, ada pula dalam model Desk Analyser DA.
Universitas Sumatera Utara
Meski nampak canggih dan rumit, sesungguhnya menggunakan SLM untuk mengukur tingkat kekerasan bunyi tidaklah sulit. Yang penting
adalah menaatin pedoman atau standar yang telah ditetapkan agar hasil pengukurannya menjadi benar. Adapun persyaratan tersebut adalah :
1. Agar posisi pengukuran stabil, SLM sebaiknya dipasang pada tripot. Setiap SLM, bahkan yang paling sederhana, idealnya dilengkapi
dengan lubang untuk mendudukkannya pada tripot. SLM yang diletakkan pada tripot lebih stabil posisinya dibandingkan yang
dipegang oleh tangan operator manusia yang mengoperasikannya. Posisi operator yang terlalu dekat dengan SLM juga dapat
mengganggu penerimaan bunyi oleh SLM karena tubuh manusia mampu memantulkan bunyi. Peletakan SLM pada papan, seperti meja
atau kursi, juga dapat mengurangi kebenaran hasil pengukuran karena sarana tersebut akan memantukan bunyi yang diterima.
2. Operator SLM setidaknya berdiri pada jarak 0,5 m dari SLM agar tidak terjadi efek pemantulan.
3. Untuk menghindari terjadinya pantulan dari elemen-elemen permukaan disekitarnya, SLM sebaiknya ditempatkan pada posisi 1,2 m dari atas
permukaan lantai; 3,5 m dari permukaan dinding atau objek lain yang memantulkan bunyi.
4. Untuk pengukuran didalam ruangan atau bangunan, SLM berada pada posisi 1 m dari dinding-dinding pembentuk ruangan. Bila diletakkan
dihadapan jendela maka jaraknya 1,5 m dari jendela tersebut. Agar hasil lebih benar, karena adanya kemungkinan pemantulan oleh
elemen pembentuk ruang, pengukuran SLM dalam ruang sebaiknya dilakukan pada tiga titik berbeda dengan jarak antar titik lebih kurang
0,5 m. 5. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang benar dan mampu
mencatat semua fluktuasi bunyi yang terjadi, SLM dipasang pada posisi slow responsse. Ballenger 1997
Universitas Sumatera Utara
2.7 Pengendalian Bising dengan Program Konversi Pendengaran Hearing Conservation Program