Pengendalian Bising dengan Program Konversi Pendengaran Hearing Conservation Program

2.7 Pengendalian Bising dengan Program Konversi Pendengaran Hearing Conservation Program

Bagi tenaga kerja, kehilangan pendengaran atau menjadi tuli oleh karena bising merupakan cacat yang dapat mengakibatkan kekurang mampuan untuk bekerja dan bahkan dapat membahayakan keselamatannya, hal ini disebabkan oleh hilangnya alat komunikasi. Apabila kehilangan pendengaran ini terjadi, maka akan merupakan kerugian bagi perusahaan oleh hilangnya tenaga kerja yang memiliki ketrampilan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penilaian yang mendalam terhadap kebisingan dan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan terhadap tenaga kerja. Untuk itu, perlu disusun program perlindungan pendengaran tenaga kerja. Program demikian akan mencakup : • Analisa kebisingan • Pengendalian administratif • Pengendalian secara teknis • Pengendalian yang bersifat medis • Penggunaan alat pelindung diri • Pendidikan dan penyuluhan kesehatan 2.7.1 Analisa kebisingan Analisa kebisingan dilakukan untuk menentukan apakah program perlu diadakan. Objektivitas dari analisa kebisingan ialah mengidentifikasi area kerja dimana pekerja terpapar dengan bahaya bising, tingkat intensitas suara, kemungkinan dibutuhkannya alat pelindung pendengaran serta kelompok pekerja yang harus diperiksa dengan audiometer. Biasanya hal ini ditandai dengan : a. Pekerja mengalami kesulitan dalam berkomunikasi di ruang kerja pada jarak 1-1,5 meter b. Keluhan adanya tinitus sehabis bekerja c. Terjadinya tuli sementara yang berkepanjangan Universitas Sumatera Utara Apabila satu atau lebih dari tanda-tanda tersebut ditemukan, maka segera dilakukan pengukuran terhadap tingkat intensitas suara di tempat kerja dan selanjutnya diadakan penilaiananalisa terhadap data kebisingan tersebut. Untuk pengukuran tingkat intensitas suara digunakan sound level metre. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan dari frekwensi 20-20.000 Hz. Pengukuran biasanya dilakukan dengan pengaturan frekwensi skala A dan slow respons. Apabila hasil pengukuran menunjukkan tingkat intensitas suara melampaui NAB lebih besar dari 85 dB, maka perlu dilakukan pengukuran lebih detail yaitu dengan : a. Sound Level Meter yang dilengkapi dengan Octane Band Analyzer, suatu alat untuk menganalisa frekwensi-frekwensi dari kebisingan, alat ini memiliki sejumlah filter menurut oktaf, jika spektrumnya sangat curam dan berbeda banyak, dapat dipakai skala 13 oktaf, atau dengan menggunakan : b. Noise Dose Meter suatu alat yang didesign untuk memperhitungan rata-rata total dosis paparan bsing dalam suatu interval waktu tertentu. Ada tiga jenis noise dose meter saat ini, yang pertama dapat mengukur total energi suara yang memapari pekerja setiap hari kerjanya, jenis kedua mengukur lamanya waktu dimana desibel tertentu memapari pekerja, jenis terakhir mengukur angka energi suara mengenai pekerja terpapar untuk suatu periode waktu yang singkat. Hubungan pembacaan dosimeter dengan kehilangan pandengaran sangat kurang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi resiko pendengaran Allen 1976. 2.7.2 Pengendalian secara administratif Cara ini digunakn untuk mengurangi waktu pemaparan tenaga kerja dengan mengatur jam kerja, sehingga masih dalam batas aman, dengan demikian mencegah terjadinya ketulian. Umumnya pengendalian secara administratif dilaksanakan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Menggunakan tabel Tabel 2.3 Pengaturan waktu pemaparan bising yang dapat ditoleransi menurut ACGIH American Conference of Govermental Industry Hygiene; OSH Act Occupational Safety and Health Act; ISO International Standard Organization. Waktu kerjahari yang diizinkan Tingkat Kebisingan dB A ACGIH OSH Act 5- dB Rule ISO 3-dB Rule 8 jam 85 90 85 6 jam 87 92 - 4 jam 90 95 88 3 jam 92 97 - 2 jam 95 100 91 1 jam 97 105 94 ½ jam 100 110 97 ¼ jam 105 115 100 Sumber: Harnita 1995 b. Apabila tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya harus berpindah-pindah dan terpapar pada tingkat intensitas suara yang berbeda, maka harus diperhitungkan efek kombinasinyadengan menggunakan rumus sebagai berikut Ballenger 1997: C1 + C2 + …………. Cn T1 T2 Tn = 1 Dimana: C1 = lama pemaparan di tempat 1 T1 = lama pemaparan untuk sehari yang diperkenankan C2 = lama pemaparan di tempat 2 T2 = lama pemaparan untuk sehari yang diperkenankan dan seterusnya Universitas Sumatera Utara Misalnya, seorang tenaga kerja bekerja pada: 90 dB selama 4 jam 100 dB selama 1 jam 105 dB selama 1 jam Pemaparan secara akumulatif dihitung sebagai berikut: 4 + 1 + 1 8 2 1 = 1 Kalau cara kerja seperti ini dilaksanakan secara terus menerus, maka tenaga kerja dapat mengalami penurunan daya dengar. Oleh karena itu, waktu kerja tersebut perlu diatur, misalnya tenaga kerja agar bekerja pada: 90 dB selama 4 jam 100 dB selama ½ jam 105 dB selama ¼ jam Pemaparan secara akumulasi dihitung sebagai berikut: 4 + ½ + ¼ 8 2 1 = 1 Dengan cara pengaturan seperti itu, tenaga kerja masih dalam batas aman. 2.7.3 Pengendalian secara teknis Cara ini dapat dilakukan dengan : a. Menggunakan pembatas akustik untuk mengaborsi atau memantulkan kembali suara b. Menggunakan “partial enclosure” sekeliling mesin c. Menggunakan “complete enclosure” d. Memisahkan operator dalam “Sound proof room” dari mesin yang bising e. Menggunakan “vibration dumping material” untuk mengurangi transmisi dan radiasi suara dari permukaan yang tipis Universitas Sumatera Utara f. Mengganti bagian-bagian logam yang menimbulkan intensitas suara tinggi dengan “dynamic dampers” karet atau “plastic bumpers”, fiber glass dan lain sebagainya g. Memasang “Silincer” pada katup pengisap, pada cerobong dan sistem ventilasi h. Pemeliharaan dan service yang teratur i. Dan lain-lain 2.7.4 Pengendalian secara medis Cara ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan secara teratur, khususnya pemeriksaan audiometri yang bertujuan: • Mendeteksi secara dini adanya kelainan-kelainan • Untuk memantau apakah program pengendalian efektif atau tidak Pemeriksaan kesehatan dan audiometri dilaksanakan pada sebelum bekerja untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan tertentu yang merupakan kontraindikasi sementara atau selamanya terhadap paparan bising. Oleh karena suara bising dapat memperberat penyakit atau merupakan faktor pencetus timbulnya suatu penyakit. Seorang tenaga kerja tidak diperkenankan bekerja di tempat bekerja yang bising apabila menderita kelainan seperti dibawah ini: • Pernah dan sedang menderita gangguan vestibuler, koklea atau keduanya, oleh karena kelainan tersebut akan meningkatkan sensitivitas telinga terhadap kebisingan • Menderita epilepsi • Menderita kelainan mental yang berat seperti psikosis atau neurosis. Namun hal ini harus memperhatikan faktor individu lainnya. Untuk sementara tidak diperkenankan bekerja di tempat yang bising bagi tenaga kerja yang memiliki kelainan sebagai berikut: • Radang pada telinga bagian tengah, rinofaringitis yang berat • Dalam keadaan depresi Universitas Sumatera Utara Hasil audimoetri pre-employment merupakan data dasar, dan dipakai sebagai pembanding terhadap hasil audiometri pada pemeriksaan berkala, dengan demikian sangat berguna untuk menilai adanya penurunan daya dengar atau menentukan terjadinya ketulian akibat kerja serta untuk menghitung besarnya kompensasi. Adapun pemeriksaan audiometri : a. Secara berkala periodik, setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas kebisingan yang dihadapi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini apakah ada pengaruh pekerjaan terhadap fungsi pendengaran tenaga kerja. b. Secara khusus pada waktu tertentu, misalnya bila timbul keluhan dari tenaga kerja atau untuk penelitian, dan lain sebagainya. c. Pada akhir masa kerja, pemeriksaan ini untuk mennetukan tingkat kesehatan pendengarannya pada akhir masa kerjanya. Hal ini berhubungan dengan masalah kompensasi. 2.7.5 Penggunaan alat pelindung telinga Cara terbaik untuk perliindungan pendengaran adalah dengan pengendalian secara teknis engineering control pada sumber suara. Kenyataannya, hal ini tidak selalu dapat dilaksanakan. Pemakaian alat pelindung merupakan cara terakhir yang harus dilakukan apabila cara lain tidak mungkin. Ada dua jenis alat pelindung telinga: a. Ear muff b. Ear plug Dalam memilih alat pelindung telinga ear muff dan ear plug, kita harus memperhatikan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih alat pelindung telinga: a. Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising yang berlebihan Universitas Sumatera Utara b. Alat pelindung telinga harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisien ergonomik c. Harus menarik d. Harus tidak memberi efek samping aman, baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau mungkin penyalahgunaannya. e. Harga 2.7.6 Pendidikan dan penyuluhan kesehatan Agar program pengendalian kebisingan bias berjalan dan efektif, maka pekerja mesti mengikuti program pelatihan dan pendidikan yang meliputi pelajaran: a. Efek bising pada manusia b. Tipe-tipe paparan bising c. Tindakan yang benar untuk melindungi diri sendiri dari paparan bising d. Pengetahuan pengendalian teknis e. Pengetahuan pemakaian alat pelindung telinga f. Pengetahuan perlunya control medis dan pemeriksaan audiometer untuk pendengarannya Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian