Asuhan Keperawatan Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Konsep Diri
Asuhan Keperawatan Pada Tn. V dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Konsep Diri di Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provinsi Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
ROSELAINA BANCIN
122500041
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan bekat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Konsep Diri”. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di program Studi D III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, MNurs (MntlHlth) selaku pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku penguji yang meluangkan waktu
(5)
6. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Program Studi D III Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
7. Yang terhormat dan saya sayangi kepada kedua orang tua saya, Bapak
N.bancin dan Ibunda N. br Padang, serta kepada saudara-saudari saya Herianto Bancin (Abang), Sriyanti Bancin (kakak), swemfri roganda Bancin (Abang), Wisudarman Bancin (Adik ), yang tidak pernah lelah memberi dukungan baik secara moral, doa sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Tak lupa juga kepada Adinda saya Lady Gracia Sitohang yang telah banyak
memberikan saya dukungan lewat doa dan tak lelah mengajari saya dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah saya ini, sehingga dengan dukungannya, saya
semakin semangat dan bisa lebih mengerti mengenai Karya Tulis Ilmiah penulis ini.
9. Terkhusus buat teman-teman seperjuangan saya, Herman lubis, Rizka
Wahyuni,Sintia Ningsih, dan suci, terima kasih atas dukungan semangat, dorongan motivasi dan juga kebersamaan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
(USU) Medan khususnya Program Studi D III Keperawatan Stambuk 2012 yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, terlebih kepada sahabat saya Imelda Anastasia Sinulingga, Nova Syafriana, yang telah memberikan doa dan dukungan kepada saya.
(6)
Sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Namun demikian,saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun susunannya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya saya berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca yang budiman.
Medan, 29 Juni 2015 Hormat penulis
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG ... 1
1.2 TUJUAN ... 3
1.2.1 Tujuan Umum ... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ... 3
1.3 MANFAAT ... 4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Konsep Diri ... 5
2.1.1 Definisi Konsep Diri ... 5
2.1.2 Komponen Konsep Diri ... 5
2.1.3 Faktor –faktor yang memepengaruhi konsep diri ... .... 7
2.1.4 Faktor risiko gangguan konsep diri ... ... 8
2.2 Proses Keperawatan Konsep Diri... 9
2.2.1 Pengkajian ... 9
2.2.2 Analisa data ... 14
2.2.3 Rumusan masalah ... 15
2.2.4 Diagnosa Keperawatan... 17
2.2.5 Perencanaan... 18
(8)
2.2.7 Intervensi Keperawatan ... 20
2.2.8 Evaluasi ... 22
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.3.1 Pengkajian ... 23
2.3.2 Analisa data ... 37
2.3.3 Rumusan masalah ... 38
2.3.4 Diagnosa Keperawatan... 38
2.3.5 Perencanaan Keperawatan ... 39
2.3.6 Pelaksanaan keperawatan ... 44
BAB III KESIMPULAN DAN 3.1 Kesimpulan ... 46
3.2 Saran ... 46
Daftar Pustaka ... 47 Lampiran
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi , dimana hingga saat ini penanganannya belum memuaskan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini (Hawari, 2003).
Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO diberbagai negara menunjukkan sebesar 20-30% klien yang datang kepelayanan kesehatan mengalami gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosa mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan dewasa ( Videbeck, 2008).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda), tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat, termaksud skizofrenia, mencapai 1,7 per mil atau 1-2 orang dari 1.000 warga di indonesia. Dari jumlah tersebut sebagian besar belum mendapat pengobatan yang tepat, sehingga mengakibatkan kondisi orang dengan skizofrenia (ODS) masih sulit diterima kembali di masyarakat.
(10)
Sedangkan pendataan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan, pada awal tahun 2015 data klien terbaru terhitung 1- 5 Januari 2015 ada 380 klien gangguan jiwa yang sedang dirawat inap (Gultom, 2015).
Pada pasien skizofrenia untuk mengidentifikasi bagaimana perubahan dan respon individu terhadap stresor dan pandangan individu mengenai dirinya sendiri perawat dapat menganalisanya melalui konsep diri klien. Sebagaimana konsep diri ini merupakan salah satu unsur pengkajian dan merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti prilaku dan pandangan klien tentang dirinya, masalah serta lingkungan (Riyadi, 2009). Konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara pandang individu terhadap dirinya memengaruhi interaksi dengan orang lain.
Selain mengidentifikasi individu yang memiliki konsep diri negatif, perawat juga bertanggung jawab mengidentifikasi kemungkinan penyebab konsep diri negatif guna membantu individu tersebut mengembangkan pandangan positif terhadap dirinya. Individu yang memilki konsep diri yang buruk dapat mengungkapkan perasaan tidak berharga, tidak menyukai dirinya sendiri , atau bahkan membenci dirinya sendiri, yang dapat diproyeksikan kepada orang lain. Individu yang memiliki konsep diri yang buruk dapat merasa sedih atau putus asa
(11)
dan dapat menyatakan tidak memilki energi, bahkan untuk melakukan tugas yang paling sederhana sekalipun (Kozier,2010).
Oleh sebab itu dalam proses pelayanan keperawatan yang bersifat holistik atau menyeluruh salah satu hal yang harus dipahami perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah konsep diri klien. Respon individu terhadap stresor atau stimulus dapat dianalisa dari berbagai komponen konsep diri sehingga perawat dapat merencanakan asuhan yang lebih tajam dan berkualitas
(Riyadi, 2009).
Maka melihat tingginya prevalensi gangguan jiwa dan pentingnya pemahaman konsep diri, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi mengenai konsep diri terkhususnya pada klien skizofrenia, untuk mengetahui bagaimana perubahan mengenai konsep diri klien skizofrenia, sehingga dengan mengetahui konsep diri tersebut perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Sebagaimana dijelaskan bahwa memahami konsep diri sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara utuh, bukan hanya tertuju kepada penyakit klien , melainkan juga untuk menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya ( Dalami, 2009).
1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan dapat mengaplikasikan bagaimana asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan konsep diri terkhususnya klien skizofrenia.
(12)
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian padaTn V. dengan masalah konsep diri
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn V. dengan masalah
konsep diri
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn V dengan
masalah konsep diri
d. Mampu melakukan implementasi pada Tn Vdengan masalah konsep diri
e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn V dengan masalah konsep diri
1.3 Manfaat
1. Penulis
Karya tulis ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan gangguan konsep diri sehingga kedepan dapat mengaplikasinya dalam pelayanan kesehatan dimasyarakat.
2. Institusi pendidikan
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa D3 keperawatan USU.
3. Perawat
Karya tulis ini diharapakan dapat bermenfaat bagi rekan sesama perawat dalam menambah ilmu atau pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan asuhan keperawatan konsep diri kepada klien skizofrenia.
(13)
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Konsep Diri
2.1.1 Definisi Konsep Diri
Diri (self) adalah hubungan kita yang paling intim, jelasnya salah satu dari aspek terpenting pengalaman hidup kita, namun yang paling sulit didefinisikan. Apa yang kita pikirkan dan rasakan tentang diri kita mempengaruhi perawatan yang kita berikan kepada diri kita secara fisik dan emosional dan perawatan yang kita berikan kepada orang lain ( Potter, 2009).
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan keperawatan orang tua dan lingkungannya ( Tarwoto, 2006).
2.1.2 Komponen konsep diri
Terdapat 4 komponen konsep diri yaitu identitas personal , citra diri (body
image), harga diri (self esteem), dan performa peran (Kozier, 2010).
1. Identitas personal
Identitas personal individu merupakan kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Individu sering memandang identitas mereka dari nama, jenis kelamin, usia, ras, asal etnis atau budaya, pekerjaan atau peran, bakat, dan karakteristiksituasional lainnya. Identitas personal juga mencakup keyakinan, nilai, kepribadian, dan karakter.
(14)
1. Citra diri ( body image)
Citra tubuh (body image) adalah cara individu mempersepsikan ukuran ,penampilan, fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah pengetahuan mengenai materi tubuh dan kelekatannya, sedangkan aspek afektif mencakup sensai tubuh, seperti nyeri, kesengangan, keletihan, dan gerakan fisik. Citra tubuh adalah gabungan sikap, kesadaran, dak ketiaksadaran, yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya.
2. Harga diri ( self esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri rendah atau tinggi. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi apabila individu sering gagal maka kesenderungan memiliki harga diri rendah.
Terdapat dua jenis harga diri yaitu, harga diri umum dan harga diri spesifik. Harga diri umum adalah respo seberapa besar individu menyukai dirinya sendiri secara keseluruhan. Harga diri spesifik adalah sebarapa besar individu meneriman bagian tertentu dari dirinya.
3. Performa peran ( self role)
Sepanjang hidup, manusia menagalami berbagai peran. Peran merupakan sekumpulan harapan mengenai bagaimana individu yang menempati satu posisi tertentu berprilaku. Performa peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial ( Stuart, 1996). Menurut Sunaryo (2004) , peran diri
(15)
adalah pola aprilaku, sikap, nilai, dan asspirassi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasayarakat. Setiap individu disibukkan oleh bebagai macam peran yang terkait dengan posisinya.
2.1.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi konsep diri.
Pada perkembangan konsep diri beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang diantaranya adalah sebagai berikut (Tarwoto & Wartonah, 2010).
1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih sayang, sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar.
2) Keluarga dan Budaya
Nilai yang dianut anak kecil dipengaruhi oleh keluarga dan budaya. Selanjutnya, teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian memepengaruhi rasa dirinya.
3) Sumber Daya
Individu memiliki sumber daya internal dan sumber eksternal. Contoh sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum semakin besar sumber daya yang dimilki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif.
(16)
4) Riwayat keberhasilan dan kegagalan
Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan, memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan.
5) Stresor
Stresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Dipihak lain stersor yang berlebihan dapat menyebabkan respon maladaptif termaksud penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas. Kemampuan individu untuk menangani stersor sangat bergantung pada sumber daya personal
2.1.4 Faktor risiko gangguan konsep diri
Faktor –faktor risiko yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan konsep diri diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Gangguan identitas diri
a. Perubahan perkembangan
b. Trauma
c. Jenis kelamin tidak sesuai d. Budaya yang tida sesuai
2) Gangguan citra tubuh
a. Hilangkan bagian tubuh
b. Perubahan perkembangan
(17)
3) Gangguan harga diri
a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b. Kegagalan perkembangan
c. Kegagalan mencapai tujuan hidup
d. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
4) Gangguan peran
a. Kehilangan peran
b. Peran ganda
c. Konflik peran
d. Ketidakmampuan menampilkan peran.
2.2Proses Keperawatan Konsep Diri
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2008).
Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan keluarga atau orang pendukung karena hal ini memberi petunjuk masalah aktual dan potensial. Perawat yang mengkaji konsep diri berfokus pada empat komponen yaitu, identitas diri, citra tubuh, harga diri, dan performa peran. Sebelum melakukan pengkajian, perawat harus membina hubungan saling percaya dan kerja sama dengan klien. Pedoman untuk melakukan pengkajian psikososial meliputi (Kozier, 2010) :
(18)
2. Minimalkan gangguan jika mungkin. 3. Pertahankan kontak mata.
4. Duduk berhadapan dengan klien.
5. Tunjukkan ketertarikan terhadap kekhawatiran klien.
6. Tunjukkan penerimaan terhadap klien dengan tidak mengkritik,
mengernyitkan dahi, dan menunjukkan keterkejutan.
7. Untuk mendorong klien bicara , ajukan pertanyaan terbuka, bukan
pertanyaaan tertutup yang cenderung membatasi keinginana klien untuk berbagi.
8. Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu personal.
9. Minimalkan mencatat secara detail selama wawancara karena hal ini dapat membuat klien khawatir bahwa materi rahasia “dicatat” dan mengganggu konsentrasi anda untuk berfokus pada apa yang dikatakan klien.
10.Tentukan apakah keluarga dapat memberikan informasi tambahan.
11.Pertahankan kerahasiaan.
12.Waspada akan prasangka dan ketidaknyamanan anda yang dapat
mempangaruhi proses pengkajian.
13.Pertimbangkan bagaimana prilaku klien dipengaruhi oleh budaya.
Selain itu, penting juga bagi perawat untuk mengidentifikasi setiap stresor yang dapat memengaruhi aspek konsep diri. Ketika stresor teridentifikasi, perawat perlu menentukan bagaimana persepsi klien terhadap stresor tersebut. Persepsi positif yang berorientasi pada pertumbuhan terhadap kejadian yang penuh tekanan akan menguatkan haga diri sedangkan persepsi negatif, putus asa, dan mudah menyerah menyebabkan penurunan harga diri. Perawat juga harus perlu
(19)
mengidentifikasi strategi ini dengan efektif, dengan mengajukan pertanyaan berikut kepada klien.
1. Ketika anda memiliki masalah atau mengahadapi situasi yang penuh
tekanan, bagaimanan anda biasanya menghadapinya? 2. Apakah metode ini berhasil?
A. Wawancara pengkajian identitas personal
Ketika mengkaji konsep diri, informasi pertama yang dibutuhkan oleh perawat adalah mengenai identitas klien, salah satunya tentang siapa diri klien. Beberapa contoh pertanyaan pengkajian mengenai identitas diri antara lain:
1. Bagaiaman anda mengembangkan karakteristik personal anda? Atau,
bagaimana anda memandang diri anda sendiri?
2. Bagaimana pendapat orang lain mengenai diri anda?
3. Apa yang anda sukai dari diri anda? 4. Apa yang bisa anda kerjakan?
5. Apa saja kekuatan, bakat, dan kemampuan personal anda?
6. Apa yang ingin anda ubah pada diri anda apabila anda dapat
mengubahnya?
7. Apakah akan sangat mengganggu anda, apabila anda berfikir bahwa
ada seseorang yang tidak menyukai anda?
B. Wawancara pengkajian citra tubuh
Apabila ada indikasi gangguan citra tubuh, perawat harus mengkaji klien secara hati-hati untuk kemungkinan masalah fungsi atau tidak. Gangguan ini dapat
(20)
disebabkan oleh deformitas atau malfungsi aktual atau antisipasi. Selain respon yang dinyatakan terhadap masalah, penting juga untuk mengkaji prilaku terkait. Beberapa contoh pertanyaan mengenai citra tubuh antara lain :
1. Apakah ada bagian tubuh anda yang ingin anda ubah?
2. Apakah anda merasa nyaman mendiskusikan mengenai pembedahan
anda?
3. Apakah anda merasa berbeda atau inferior terhadap orang lain?
4. Bagaimana perasaan anda mengenai penampilan anda?
5. Perubahan seperti apa yang anda harapkan terjadi pada tubuh anda
stetelah pembedahan?
6. Bagaimana orang terdekat dalam hidup anda bereaksi terhadap
perubahan pada tubuh anda?
C. Wawancara pengkajian harga diri
Untuk mengkaji mengenai harga diri perawat dapat mengajukan beberapa pertanyaan ini.
1. Apakah anda puas dengan hidup anda?
2. Apakah yang anda rasakan mengenai diri anda sendiri?
3. Apakah anda mendapatkan apa yang anda inginkan?
4. Tujuan apa dalam hidup anda yang penting bagi anda?
Penting bagi perawat untuk mengetahui latar belakang klien terlebih dahulu agar tidak salah interpretasi terhadap prilaku tertentu. Prilaku berikut mencerminkan harga diri rendah atau mungkin salah diinterpretasikan karena latar belakang budaya klien.
(21)
1. Menghindari kontak mata
2. Postur tubuh membungkuk dan gemulai.
3. Kurang berhias dan memilki penampilan yang kurang rapi dan bersih. 4. Berbicara ragu-ragu atau terbata-bata.
5. Mengkritik diri secara berlebihan. 6. Mengkritik orang lain secara berlebihan.
7. Tidak mampu menerima ucapan positif mengenai diri sendiri.
8. Sering meminta maaf.
9. Mengatakan perasaan putus asa, tidak berdaya, dan mudah menyerah.
D. Wawancara pengkajian performa peran
Perawat mengkaji kepuasan dan ketidakpuasan klien yang berhubungan dengan tanggung jawab dan hubungan peran yang meliputi peran keluarga, peran kerja, peran siswa, dan peran sosial. Peran keluarga terutama penting bagi individu karena hubungan anggota keluarga dekat. Hubungan dapat suportif dan menciptakan pertumbuhan atau sebaliknya, dapat menimbulkan tekanan yang sangat besar jika terdapat kekerasan atau penganiayaan. Pengkajian hubungan peran keluarga ini dappat dimulai aspek struktural, seperti jumlah anggota keluarga, usia dan lokasi tempat tinggal. Beberapa contoh pertanyaan dalam mengkaji performa peran.
1. Ceritakan mengenai keluarga anda.
2. Bagaimana situasi rumah anda?
3. Bagaimana hubungan anda dengan pasangan/ partner/ orang terdekat
(22)
4. Bagaimana hubungan anda dengan saudara-saudara anda yang lain?
5. Bagaimana pembuatan keputusan yang penting dalam keluarga anda?
6. Apa tanggung jawab anda dalam keluarga?
7. Sebarapa baik anda merasa anda mencapai apa yang diharapkan dari
diri anda?
8. Peran atau tanggung jawab apa yang ingin anda ubah?
9. Apakah anda bangga dengan anggota keluarga anda?
10.Apakah anda berfikir anggota keluarga anda bagga terhadap anda? Beberapa pertanyaan mengenai peran kerja dan peran sosial.
1. Apakah anda menyukai pekerjaan anda?
2. Bagaimana anda berbuat ditempat kerja anda?
3. Bagaimana dengan pekerjaan nada, apakah anda ingin mengubahnya
apabila anda dapat mengubahanya?
4. Bagamana anda mengahabiskan waktu luang anda?
5. Apakah anda terlibat dalam anggota komunitas?
6. Kapan anda merasa paling nyaman, apakah saat sendiri, dengan orang lain, atau dalam kelompok?
7. Siapa yang paling penting dalam hidup anda? 8. Siapa yang akan anda minta bantuan?
2.2.2 Analisa data
Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan. Tipe data dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
(23)
a. Data Subjektif
Persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Data ini hanya klien yang dapat memberikan informasi. Data ini biasanya mencakup perasaan ansietas,ketidaknyamanan fisik,atau stres mental (Potter & Perry, 2005).
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik, kemudian mengkaji batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan (Potter & Perry, 2005).
2.2.3 Rumusan masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah apa yang akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat berdasarakan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien. Rumusan masalah pada kubutuhan konsep diri akan di jelaskan melalui skema di bawah ini
(24)
Penyakit
Riwayat keberhasilan dan kegagalan
Faktor yang mempengaruhi konsep diri
faktot- faktor yang mempengaruhi konsep diri
Konsep diri
Komponen konsep diri
Perkembangan Keluarga Dan Budaya Stresor Sumber daya
Harga Diri/Self Esteem Identitas Diri/ self
identity
Peran Diri/ Self Role
Citra Tubuh/Bodi Image
Citra tubuh:
1.Perubahan ukuran tubuh
2.Perubahan penampilan tubuh
3.Kecacatan
4.Keterbatasan gerak
5.Prubahan perkembangan.
Harga diri :
1. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
2. Kegagalan perkembangan
3. Kegagalan mencapai tujuan hidup
4. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral.
Identitas Diri :
1. Perubahan perkembangan
2. Trauma
3. Jenis kelamin yang tidak sesuai
4. Budaya yang tidak sesuai.
Peran Diri :
1. Kehilangan peran
2. Peran ganda
3. Konflik peran
4. Ketidakmampun
menampilkan peran.
Tanda dan gejala :
1. Menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima
perubahan yang telah terjadi
3. Menolak penjelasan
perubahan tubuh
4. Mengungkapkan
keputusasaan
5. Mengungkapkan
ketakutan
Tanda dan gejala :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri dan orang lain 2. Rasa bersalah terhadap diri
sendiri dan orang lain.
3. Merendahkan martabat,
misalnya saya tidak bisa 4. Gangguan hubungan sosial
seperti , menarik diri,tidak ingin bertemu orang lain 5. Kurang percaya diri.
6. Mencederai diri akibat
harga diri yang rendah disertai harapan yang suram.
Tanda dan gejala :
1. Tidak percaya diri
2. Sukar mengambil
keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam
hubungan interpersonal
5. Ragu dan tidak yakin
dalam keinginan
6. Proyeksi yaitu
menyalahkan.
Tanda dan gejala :
1. Mengingkari ketiakmampuan
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru 4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung
jawab
6. Apatis, bosan dan
putus asa.
Masalah keperawatan: 1. Gangguan citra tubuh 2. Harga diri rendah/
situasional 3. Keputusasaan 4. Ketidakberdayaan 5. Gangguan
penyesuaian.
Masalah keperawatan Harga diri :
1. Harga diri rendah
situasional
2. Harga diri rendah
kronik 3. Keputusasaan Masalah keperawatan:
1. Gangguan identitas
personal
2. Ketidakberdayaan 3. keputusasaan
Masalah keperawatan: 1. Ketidakefektifan
performa peran
2. Harga diri rendah/
siasional 3. Keputusasaan 4. Ketidakberdayaan.
(25)
2.2.4 Diagnosa Keperawatan Konsep Diri Berdasarkan North American
Nursing Diagnoses Assocation ( NANDA)
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan konsep diri (Riyadi, 2009) diantaranya yaitu :
1. Gangguan penyesuaian individu.
2. Keputuasaan.
3. Ketidakefektifan koping. 4. Isolasi sosial .
5. Ketidakberdayaan.
6. Sindrom trauma perkosaan.
7. Gangguan pola tidur. 8. Distres spiritual.
9. Harga diri rendah/ situasional. 10.Gangguan identitas pribadi. 11.Gangguan citra tubuh.
12.Hambatan komunikasi verbal. 13.Gangguan perawatan diri.
14.Gangguan performa peran.
15.Ansietas.
16.Gangguan seksualitas.
(26)
2.2.5.Perencanaan
Perawat menyusun rencana dengan berkolaborasi dengan klien dan orang pendukung jika mungkin, berdasarkan status kesehatan klien, tingkat ansietas, sumber-sumber, mekanisme koping, dan afisilasi sosiokultural dan agama. Tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan dapat bervariasi, bergantung pada diagnosa dan batasan karakterisitk yang berkaitan dengan masing-masing individu.
2.2.6. Kriteria Hasil
1. Defenisi Nursing Outcomes Clasification (NOC)
Defenisi Nursing Outcomes Clasification (NOC) adalah hasil keperawatan klien yang senditif yang meliputi individu, keluarga, atau prilaku masyarajat, atau persepsi yang di ukur sepanjang kontinum dalam menanggapi intervensi keperwatan.
Nursing outcome classification (NOC) menggambarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan. NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil klien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.
2. Tujuan dari aplikasi Nursing Outcomes Clasification (NOC)
Tujuan dari aplikasi Nursing Outcomes Clasification (NOC) ini adalah hal yang akan kita tuju atau capai selama perawatan klien. Dalam penentuan tujuan outcomes inilah perawat dituntut untuk berfikir secara sistematis dan kritis.
(27)
Tujuan dari aplikasi ini dinyatalan dengan prinsip SMART ( Spesifik, Measureable, Achieveable, Rational, Time Line). Indikator juga dinyatakan dalam penilaian skala sebagai berikut:
1. tidak dilakukan 2. jarang dilakukan 3. kadang dilaukan. 4. sering dilakukan 5. selalu dilakukan.
Manfaat NOC dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang
komprehensif.
2. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
3. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada klien dan dapat
digunakan perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.
4. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status
kesehatan yang umum.
5. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan
informasi kuantitatif (Bulecheck dan McClokey, 1996)
3. Perumusan Nursing outcomes clasification (NOC )
Perumusan Nursing outcomes clasification (NOC ) perawat dituntut harus dapat berfikir secara sistematis dan kritis. Penentuan noc dengan kriteria hasil yang akan kita capai harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang akan kita capai melalui intervensi keparawatan .
(28)
4. Penulisan Nursing outcomes clasification (NOC)
Penulisan NOC diawali dengan tujuan yang akan dicapai berdasarkan kriteria hasil dengan skala yang ditentukan dan membuat waktu pencapaian dari pelaksanaan tujuan keperawatan tersebut. Sehingga dengan adanya kriteria hasil dari tujuan yang dicapai, perawat dapat menentukan bagaimana tingkat pencapaian dari intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan.
2.2.7 Intervensi Keperawatan
1. Pengetian Nursing Intervention clasification (NIC)
Nursing Interventions Classification (NIC) adalah suatu klasifikasi/
pengelompokan dari tindakan- tindakan yang sudah terstandarisari secara komprehensif yang dilakukan oleh perawat. Nursing Intervention
Classification digunakan disemua area keperawatan dan spesialis. Intervensi
keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan.
Dibawah ini merupakan beberapa tujuan dari NIC yaitu:
1. Merencanakan sebuah asuhan,
2. Dokumentasi /pencatatan klinis, 3. Pengaturan komunikasi antar asuhan 4. Penyatuan antara data-data sistematis 5. Keefektifan penelitian
6. Pengukuruan produktivitas
(29)
8. Penghemat pembiayaan rumah sakit
9. Pengajaran/edukasi
10.Pengaturan perencanaan
Pengelompokan/klasifikasi intervensi yang dibentuk di dalam NIC merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat berdasarkan kebutuhan klien, intervensi mandiri dan kolaboratif, asuhan keperawatan langsung dan tidak langsung. Intervensi didefenisikan sebagai suatu perlakuan (treatment) berdasarkan penemuan klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan kemajuan pada kondisi klien.
2. Tujuan Dari Aplikasi Nursing Interventions Classification (NIC)
Nursing Interventions Classification (NIC) dapat ditujukan pada semua
setting / tempat ( dari pelayanan akut sampai unit pelayanan intensif, pelayanan
home care , pelayanan komunitas dan pelayanan dasar) dan semua kekhususan
(dari asuhan keperawatan jiwa, asuhan, asuhan keperawatan medikal keperawatan kritis ke asuhan keperawatan anak bedah dan keperawatan gerontik). Secara umum Intervensi dalam NIC menyangkut pada dua hal yaitu kebutuhan fisiologis (seperti manejemen asam basa) dan kebutuhan psikologis (seperti penurunan kecemasan).
3. Perumusan Nursing Interventions Classification (NIC)
Perumusan NIC berhubungan dengan NANDA–I (North American Nursing
Diagnoses Assocation International) sebagai diagnosa keperawatan. Sebuah
(30)
yang dirumuskan dalam (NANDA) yang mengacu pada hasil pengkajian perawat. Hasil pengkajian berupa data subjektif dan objektif yang tertuang dalam batasan karakteristik (defining characteristic) di buku NANDA.
4. Penulisan Nursing Interventions Classification (NIC)
Penulisan NIC diawali dengan tindakan/ intervensi seperti kaji,observasi pantau (assesst, observe, monitoring) yang artinya perawat dalam melakukan perencanaan kegiatan selalu diawali dengan melakukan reevaluasi. Selanjutnya diikuti dengan tindakan mandiri, kemudian tindakan kolaboratif, dan diakhiri dengan edukasi kesehatan. Dalam penentukan intervensi ini juga tetap tidak lepas dari diagnosa yang sudah ditentukan.
2.2.8. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan feedback terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah langkah evaluasi :
1. Daftarkan tujuan-tujuan klien
2. Lakukan pengkajian apakah klien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan tujuan dan kemampuan klien
4. Diskusikan dengan klien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, makan perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemuakan, serta apakah perlu
(31)
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Pengkajian dalam laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan format yang telah ditentukan seperti berikut ini.
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT JIWA PROF. MUHAMMAD ILDREM MEDAN
2.3.1 Pengkajian
I. BIODATA
INDENTITAS KLIEN
Nama
Jenis Kelamin Umur
Status Perkawaninan Agama
Pendidikan Pekerjaan Alamat
Tanggal Masuk RS No. Register
Ruangan/Kamar
Golongan Darah Tanggal Pengkajian Tanggal Operasi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. V Laki-Laki 36 Tahun Menikah
Kristen Protestan SLTA
Wiraswasta
Jl. Gambir Raya no 19 Perumnas Simalingkar
5/4/2005 02.58.10 Singgalang O
18/5/2015
(32)
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranaoid Berulang
II. KELUHAN UTAMA
Tn. V mengatakan ia diantar kerumah sakit karena memukul istrinya karena stres tidak mempunyai pekerjaan yang menetap. Tn. V mengatakan merasa malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh dan kadang tidak bekerja. Klien juga mengatakan setelah beberapa kali dirawat dirumah sakit keluarga dan istrinya tidak pernah lagi mengunjunginya semenjak diantar terakhir kali kerumah sakit. Tn V mengatakan ia adalah mantan mahasiswa ITM jurusan tehnik mesin, yang dikeluarkan karena terlibat aksi demo pada semester akhir. Setelah dikeluarkan dari kampus Tn V mengatakan stres dan mengurung diri selama 2 tahun. Klien tidak melakukan aktivitas apapun dan jarang berinteraksi dengan keluarga, orang disekitarnya dan hanya menyendiri. Klien mengatakan merasa tidak beguna dan sulit mendapat pekerjaan yang layak karena ia hanya tamatan SLTA .
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sudah pernah dirawat dirumah sakit jiwa sebelumnya dan klien dibawa pulang oleh keluarga.
B. Pengobatan /tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan mendapat perawatan dari rumah sakit dan pegawai rumah sakit
(33)
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi
D. Lama dirawat
Klien sudah dirawat berulang, mulai masuk rumah sakit mulai tahun 2008 dan sudah beberapa kali dibawa pulang kerumah dan masuk rumah sakit lagi.
E. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak memiliki penyakit serius.
B. Saudara Kandung
Klien tidak memiliki saudara kandung dengan penyakit serius.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ayah klien telah meninggal dunia karena sudah tua, dan 2 adik perempuannya meninggal karena kecelakaan lalu lintas.
F. Penyebab meninggal
Klien mengatakan ayah klien meninggal karena sudah tua dan sedangkan kedua adik perempuannya meninggal karena kecelakan lalu lintas (tabrakan).
(34)
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami nya saat ini bisa sembuh,namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit menerimanya karena ia sakit jiwa.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
B. Persepsi tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami nya saat ini bisa sembuh,namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit menerimanya karena ia sakit jiwa.
(35)
C. Konsep diri
1. Gambaran diri
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Peran diri
5. Identitas diri
6. Keadaan emosi
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
2. Hubungan dengan
:
:
:
:
:
:
: :
Klien mengatakan menerima seluruh bagian tubuhnya.
Klien berharap ia dapat sembuh dengan segera, dan tidak lagi mengalami sakit yang ia alami saat ini, sehingga ia bisa bersama dengan keluarganya.
Klien mengatakan merasa sedih, tidak berguna, tidak dapat melakukan apa-apa, karena hanya seorang buruh dan dirawat dirumah sakit jiwa.
Klien mengatakan sebelum dirawat dirumah sakit jiwa klien hanya bisa bekerja sebagai buruh bangunan atau kuli bangunan dengan gaji pas-pasan yang bertanggung jawab sebagai kepala keluarga
Klien mampu untuk menyebutkan nama, alamat, status dan pekerjaaan klien
Labil, klien terkadang tampak sedih, bicara dengan lambat,pelan dan kontak mata kurang.
Orang tua klien
(36)
keluarga
3. Hubungan dalam
berhubungan dengan orang lain
4. Hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
E. Spritual
1. Nilai dan keyakinan
2. Kegiatan ibadah
:
:
:
:
keluarganya baik tapi mulai jarang berkunjung kerumah sakit.
Klien mengatakan tidak terlalu sering berinteraksi dengan orang lain, karena klien lebih suka sendiri karena ia malu berinteraksi dan sering menarik diri.
Klien mengatakan jarang berkomunikasi dengan orang-orang satu ruangannya , karena ia lebih sering menyendiri dan tidak ingin cerita dan memilih untuk tidur
Klien menganut agama Kristen Protestan dan ia mempercayai agama yang dianutnya
Selama dirawat dirumah sakit klien jarang mengikuti kebaktian bersama diruangan kebaktian, klien mengatakan ia lebih tenang berdoa sendiri di ruanggannya
3. Tingkat kesadaran : Compos mentis, klien dalam keadaan sadar
ketika di beri pertanyaan.
4. Penampilan : Klien tampak bersih dan rapi.
5. Alam perasaan : Lesu, saat diajak berbicara klien tampak tak
bersemangat dan menarik diri
6. Pembicaraan : lambat,klien menjawab pertanyaan dengan
(37)
7. Afek : tidak sesuai. 8. Interaksiselama
wawancara
: Kontak mata kurang, klien sering menghindar
saat diajak berbicara, dan tidak berani menatap perawat.
9. Persepsi : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan
persepsi.
10. Isi pikir : Rendah diri dibuktikan dengan klien selalu
mengatakan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena ia tidak lulus kuliah,dan hanya kuli bangunan
A. Tanda-tanda Vital
1. Suhu tubuh 2. Tekanan darah 3. Nadi
:
:
:
36,5 0C 120/80 mmhg 72x/i
(38)
4. Pernafasan
5. TB
6. BB
: : : 22x/i 160 cm 58 kg
B. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
1. Bentuk
2. Kulit kepala
:
:
Simetris
Bersih,kulit kepala tampak putih.
Rambut
1. Penyebaran dan keadaan
rambut
2. Bau
3. Warna rambut
: : : Pendek Tidak berbau Hitam Wajah
1. Warna kulit
2. Struktur wajah
:
:
Sawo matang Struktur wajah bulat
Mata
1. Kelengkapan dan
kesimetrisan
2. Konjungtiva dan sclera
3. Pupil
4. Cornea dan iris
5. Visus
6. Tekanan bola mata
: : : : : :
Kedua mata lengkap dan simetris
Konjungtiva tidak anemis, sclera bewarna putih dan tidaK
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
(39)
Hidung
1. Tulang hidung dan posisi
septum nasi
2. Lubang hidung
3. Cuping hidung
:
:
:
Hidung dan septum nasI berada dalam posisi normal
Tidak ada perdarahan, kebersihan kurang baik
Tidak ditemukan cuping hidung
Telinga
1. Bentuk telinga
2. Ukuran telinga
3. Lubang telinga
4. Ketajaman pendengaran : : : :
Normal dan simetris
Ukuran telinga dalam batas normal Ada kotoran, tidak ada infeksi Tidak dilakukan Pemeriksaan
Mulut dan Faring
1. Mukosa bibir
2. Keadaan gusi dan gigi
3. Keadaan lidah
4. Orofaring
:
:
:
:
Mukosa bibir kering
Tidak ada perdarahan pada gusi
Tidak ada lesi dan perdarahan pada lidah
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Leher
1. Posisi trachea
2. Thyroid
3. Suara
:
:
:
:
:
Dalam posisi normal
Tidak ada pembesaran thyroid Bicara dengan nada pelan Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran
(40)
4. Kelenjar limfe
5. vena jugularis
6. Denyut nadi teraba
:
:
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
Pemeriksaan integumen
1. Kebersihan
2. Kehangatan
3. Warna
4. Turgor
5. Kelembaban
6. Kelainan pada kulit
:
:
:
:
:
:
bersih Kulit hangat Sawo matang Kulit kembali cepat Lembab
Tidak ada kelainan pada kulit
Pemeriksaan payudara dan
ketiak
1. Ukuran dan bentuk
2. Warna payudara dan
Areola
3. Kondisi payudara dan
putting
:
:
:
:
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan thoraks/dada
1. Inspeksi thorak
2. Pernafasan (frekuensi,
irama)
3. Tanda kesulitan bernafas
:
:
:
Dada simetris
22x/i,irama reguler/beraturan.
Tidak ditemukan kesulitan dalam bernafas,klien dapat bernafas tanda
(41)
ada gangguan.
Pemeriksaan paru
1. Palpasi getaran suara 2. Perkusi
3. Auskultasi
:
:
:
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
2. Auskultasi 3. Palpasi
:
:
:
tidak ada benjolan, dan tidak ada distensi pada abdomen
Peristaltik 24x/i
tidak ada nyeri tekan dirasakan oleh klien.
Pemeriksaan kelamin dan daerah
sekitarnya
1. Genetalia
2. Anus dan perineum
:
:
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
X. POLA KEBIASAAN
SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan/hari
2. Nafsu/ selera makan
3. Nyeri ulu hati 4. Alergi
5. Mual dan muntah
6. Tampak makan memisahkan
:
:
:
:
:
3x/hari
Kadang klien tidak menghabiskan makanannya.
Tidak ada nyeri ulu hati Tidak ada alergi
(42)
diri
7. Waktu pemberian makan
8. Jumlah dan jenis makanan
9. Waktu pemberian minum
10.Masalah makan dan minum
:
:
:
:
:
Klien makan bersama dengan teman seruangannya dan kadang menjauh karena klien mengatakan kadang makanannya diambil oleh teman satu ruangannya
Pagi pukul 08.00 wib, siang pukul 12.00 wib, malam pukul 18.00 wib 1 porsi jenis makanan nasi
Saat klien merasa haus
Tidak ada masalah makan dan minum
II. Perawatan diri/Personal
Hygiene
1. Kebersihan tubuh
2. Kebersihan gigi dan mulut
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan
III.Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraian aktivitas klien klien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri,
:
:
:
:
Klien tampak bersih,tidak jorok
Pada gigi ada lubang,mulut tidak ada lesi.
Kuku pendek dan bersih
Klien melakukan aktivitas mandi secara mandiri, klien mampu makan secara mandiri ketika makanan sudah dibagi , untuk aktivitas eliminasi urine
(43)
sebagian, atau total.
2. Uraikan aktivitas ibadah
klien selama dirawat/sakit
IV. Pola eliminasi
BAB
1. Pola BAB
2. Karakter feses
3. Riwayat pendarahan
4. BAB terakhir
5. Diare
6. Penggunaan laksati
BAK
1. Pola BAK
2. Karakter urine
3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
klien mampu mengontrol sendiri eliminasinya seperti BAK/BAB,klien mampu mengganti pakaiannya secara mandiri dengan baju yang diberikan oleh perawat.
Selama dirawat dirumah sakit klien jarang mengikuti kebaktian bersama diruangan kebaktian, klien mengatakan ia lebih tenang berdoa sendiri di
ruanggannya
1x/hari
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak ada perdarahan
Sehari yang lalu Tidak pernah diare
Tidak ada penggunaan laktasi
4-5 X /hari
Warna urine kekuningan Tidak ada rasa terbakar
(44)
V. Mekanisme koping
1. Mekanisme koping yang maladaptif yaitu klien mengatakan apabila ada
masalah maka klien lebih memilih untuk merokok. klien jarang membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka menceritakan masalahnya dan lebih baik menyelesaikannya sendiri. Klien juga pernah memukul istrinya karena merasa sangat stres dengan kehidupannya dan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bekerja.
(45)
2.3.2 Analisa Data
No Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Tn. V mengatakan merasa sangat
malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja.
- klien selalu mengatakan dirinya
tidak bisa melakukan apa-apa, tidak mampu, hanya mantan mahasiswa yang tidak lulus kuliah karena dikeluarkan dari kampus.
- Klien mengatakan ia hanya
seorang tamatan SLTA dan hanya sebagai buruh dan tidak bisa menjadi apa-apa selain buruh.
DO: pada waktu menceritakan masa
lalu dan pengalamannya klien tampak menunduk,menarik diri, kadang terdiam, tidak bersemangat.
Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan merasa tidak mampu, malu hanya seorang tamatan SLTA, hanya mantan seorang mahasiswa yang tidak lulus kuliah, klien hanya bekerja sebagai buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja, sehingga membuat klien merasa malu dan rendah diri didepan saudara dan keluarga istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh.
2 Ds : klien mengatakan mengurung diri
selama 2 tahun setelah dikeluarkan dari kampus.
- Klien mengatakan setelah
beberapa kali dirawat dirumah sakit, keluarga dan istrinya sudah mulai jarang mengunjunginya semenjak ia dirawat pada tahun 2008 hingga saat ini.
Do : Klien tampak menarik diri, sering
duduk meyendiri disudut ruangan tanpa melakukan interaksi dengan orang lain.
Isolasi sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai dengan klien mengatakan bahwa istri dan keluarganya mulai jarang mengunjunginya kerumah sakit semenjak dirawat pada tahun 2008 hingga saat ini. Klien merasa tidak diperhatian dan tidak dipedulikan oleh istri dan keluarganya,klien juga tampak menyendiri disudut ruangannya.
3 DS: Klien mengatakan selalu merasa
sendiri, merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh
Resiko kesepian berhubungan dengan isolasi sosial ditandai dengan klien mengatakan selalu
(46)
keluarganya.
- Klien juga mengatakan bahwa
keluarganya jarang mengunjunginya dirumah sakit semenjak diantar terakhir kalinya.
- Klien juga jarang berinteraksi
dengan satu ruangannya, tidak melakukan kegiatan apapun, lebih sering menyendiri.
Do : sering duduk menyendiri di sudut
ruangan,jarang berinteraksi dengan orang lain, menarik diri.
merasa sendiri,merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya, klien juga mengatakan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien sering duduk di sudut ruangan menyendiri, tidak melakukan kegiatan apapun dan hanya terdiam dan menarik diri.
4. Ds: Klien mengatakan keluarganya
mulai jarang mengunjunginya dirumah sakit semenjak diantar kerumah sakit terakhir kalinya. Klien merasa keluarganya akan sulit menerimanya dengan keadaanya karena sudah dirawat berulang dirumah sakit jiwa semenjak tahun 2008 hingga sekarang.
Do: klien tampak sedih dan menarik
diri.
Penurunan koping keluarga berhubungan dengan sedikitnya dukungan yang diberikan kepada klien ditandai dengan keluarga klien mulai jarang mengunjungi klien dirumah sakit, semenjak tahun 2008, hingga saat ini.
5 Ds: klien mengatakan apabila sedang
ada masalah klien jarang membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka menceritakan masalahnya. Klien malah mengatakan ia memilih untuk merokok , karena klien merasa dengan merokok klien dapat memikirkan masalahnya dan mencari solusi.
Do: tampak pada jari2 tangan klien ada
bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan merokok ditandai klien mengatakan jika klien memilki masalah maka klien lebih memilih untuk merokok untuk memikirkan masalahnya. Klien jarang membicarakan dan menceritakan masalah nya kepada orang lain, pada jari tangan klien tampak bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok.
(47)
2.3.3 Rumusan Masalah
1. Harga diri rendah kronik 2. Isolasi sosial
3. Resiko kesepian
4. Penurunan koping keluarga
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh
orang lain ditandai dengan klien mengatakan malu hanya seorang tamatan SLTA, hanya mantan seorang mahasiswa yang tidak lulus kuliah, bekerja sebagai buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja, sehingga membuat klien merasa malu dan rendah diri didepan saudara dan keluarga istrinya mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh.
2. Isolasi sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat
ditandai dengan klien mengatakan bahwa istri dan keluarganya mulai jarang mengunjunginya kerumah sakit semenjak dirawat pada tahun 2008 hingga saat ini. Klien merasa tidak diperhatian dan tidak dipedulikan oleh istri dan keluarganya, klien juga tampak menyendiri disudut ruangannya.
3. Resiko kesepian berhubungan dengan isolasi sosial ditandai dengan klien
mengatakan selalu merasa sendiri, merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya, klien juga tampak jarang berinteraksi dengan satu ruangannya, dan sering duduk di sudut ruangan menyendiri.
(48)
4. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan sedikitnya dukungan yang diberikan kepada klien ditandai dengan keluarga klien mulai jarang mengunjungi klien dirumah sakit, semenjak tahun 2008, hingga saat ini.
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kebiasaan
merokok ditandai klien mengatakan jika klien memilki masalah maka klien lebih memilih untuk merokok untuk memikirkan masalahnya. Klien jarang membicarakan dan menceritakan masalah nya kepada orang lain, pada jari tangan klien tampak bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok.
2.3.5 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/tang
gal No.Dx Perencanaan
Selasa/19
mei 2015 1.
Tujuan dan kriteria hasil:
Dalam waktu 1x6 jam klien akan menunjukkan self esteem/ harga diri dengan indikator :
1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan
skala 3
2. Mempertahanakan kontak mata dengan skala 3
3. Menerima kritik yang membangun dari orang lain dengan
skala 3
4. Melatih perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya
diri skala 3
Harga diri
rendah kronik
Rencana tindakan : Rasional
Nic: self-esteem enchancement/
Peningkatan harga diri
1. Pantau pernyataan klien
tentang harga diri.
2. Bantu klien untuk
menemukaan penerimaan diri.
3. Dorong klien untuk
mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
4. Bantu klien menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
1. Pernyataan klien tentang
pandangan harga diri klien mengidentifikasi kepada penyebab harga diri.
2. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3. Kemampuan positif yang
dimilki klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
4. Mengembangkan
kemampuan klien dengan
(49)
5. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri.
6. Beri penghargaan atau
pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai.
dimilkinya.
5. Mempermudah klien untuk
meningkatkan harga diri.
6. Pujian dan penghargaan
yang diberikan memberikn rasa percaya diri kepada klien.
Selasa/19
mei 2015 2.
Tujuan dan kriteria hasil
Isolasi sos
ial
Klien akan menunjukkan social involvement / keterlibatan sosial dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator :
1. Berinteraksi dengan teman dekat dengan skala 3 2. Berinteraksi dengan tetangga dengan skala 3
3. Berinteraksi dengan anggota keluarga dengan skala 3
Perencanaan Rasional
Nic: socialization
enhancement /peningkatan sosialisasi:
1. Motivasi klien untuk
meningkatkan hubungan.
2. Gunakan tehnik bermain
peran dalam mempraktekkan tehnik
dan keterampilan komunikasi.
3. Dukung klien untuk
terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu. 4. Anjurkan pasien untuk
berdiskusi tentang masalah-masalah yang dialaminya dengan orang lain.
5. Rujuk klien ke
kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami
Nic: peningkatan sosialisasi:
1. Hubungan interaksi dengan
orang lain akan membantu klien untuk menghindari rasa kesepian.
2. Kemampuan klien dalam
berkomunikasi dapat meningkatkan rasa percaya diri klien dalam berinteraksi dengan oran lain.
3. Melibatkan klien dalam
aktivitas kelompok , akan mengurangi rasa kesepian yang dialami klien.
4. Dengan pasien diskusi dan
cerita bersama temannya , klien akan bisa mengurangi rasa stres yang dirasakan.
5. Meningkatkan kemampuan
ketrampilan dalam berkomunikasi.
(50)
kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
Nic: support system
enchancement / peningkatan
sistem dukungan:
1. Identifikasi respon
psikologi terhadap situasi dan kemampuan sistem pendukung.
2. Identifikasi tingkat
dukungan
keluarga,dukungan
keuangan,dan sumber lainnya
3. Dorong klien untuk
memiliki hubungan dengan orang-orang yang memilki minat dan hobi yang sama.
4. Libatkan keluarga,orang
yang terdekat, dan teman-teman dalam perawatan dan perencanaan.
5. Jelaskan kepada orang
disekitar bagaimana mereka bisa membantu
support system enchancement /
peningkatan sistem dukungan.
1. Perubahan respon
psikologis memungkinkan perubahan terhadap kemampuan mendukung kesehatan klien. 2. Mengidentifikasi sumber-sumber
dukungan yang dapat membantu klien dalam mencapai keberhasilan pengobatan. Adanya keluarga /orang terdekat membantu klien dalam proses penyembuhan.
3. Membantu klien untuk
mengembangkan hubungan bersama dengan orang-orang disekitar. 4. Keikutsertaan keluarga,orang terdekat akan meningkatkan rasa dicintai ,dihargai pad klien yang pada akhirnya akan meningkatkan harga diri
klien.
5. Meningkatkan
partisipasi orang terdekat dalam upaya membantu motivasi kesembuhan klien.
Rabu, 20
mei 2015 3 Tujuan dan kriteria hasil
(51)
kesepian interaction skills/ dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator :
1. pasien mampu menunjukkan penerimaan denga skala 3
2. menunjukkan sikap yang tenang dengan skla 4
3. Bekerja sama dengan orang lain dengan skala 3 4. Rileks dengan skala 5
5. kompromi dengan skala dengan skala 3
Perencanaan Rasional
Nic : behavior modification :
social skills/ Modifikasi prilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu klien
mengidentifikasi
masalah interpersonal yang dihasilkan dari kurangnya kemampuan sosial.
2. Dukung pasien untuk
mengungkakan perasaan yang berhubungan dengan masalah interpersonal.
3. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
langkah –langkah prilaku untuk keterampilan sosial yang
ditargetkan.
4. Berikan umpan balik
kepada klien dan orang
terdekat tentang kesesuaian respon sosial
yang mereka tunjukkan dalam latihan
5. Libatkan orang terdekat
untuk melatih keterampilan sosial klien.
1. Masalah interpersonal dapat mempengaruhi
keterampilan dan interaksi klien dalam melakukan aktivitas.
2. Mempermudah klien untuk
mengenali masalah yang mengakibatkan klien sulit
untuk melakukan keterampilan sosial.
3. Mempermudah klien untuk
melakukan keterampilan sosial.
4. Umpan balik yang positif
meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri klien.
5. Semakin banyak orang
terlibat maka klien akan
termotivasi untuk berinteraksi lebih aktif lagi
6. Menjaga kemungkinan
buruk yang akan terjadi selama interaksi dan melatih koping adaptif.
Rabu,20
mei 2015 4.
Tujuan dan kriteria hasil Penurunan
koping keluarga
Dalam waktu 1x6 jam keluarga akan mampu menunjukkan family
coping/ koping keluarga yang efektif dengan indikator:
1. Keluarga akan mampu untuk memanejem masalah
(52)
mengambil keputusan dengan skala 3.
3. Memperdulikan kebutuhan semua anggota keluarga dengan
skala 4
Perencanaan Rasional
Nic: Family support/ Dukungan keluarga
1. Kaji reaksi emosi keluarga terhadap kondisi klien
2. Pertimbangkan beban
psikologis akibat prognosis bagi keluarga.
3. Identifikasi sifat dukungan spiritual untuk keluarga
4. Dengarkan keluhan ,
perasaan, dan pertanyaan keluarga.
5. Fasilitasi komunikasi
tentang keluhan dan perasaan antara klien dan keluarga atau antara anggota keluarga.
6. Jawab semua pertanyaan
anggota keluarga atau bantu mereka untuk mendapatkan jawaban.
7. Berikan umpan balik untuk
keluarga menyangkut koping mereka.
8. Bantu keluarga untuk
memperoleh
pengetahuan,keterampilan, dan peralatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan keputusan mereka tentang klien
1. Reaksi keluarga terhadap
kondisi klien mempengaruhi rencana
tindakan kesehatan klien
2. Beban psikologis keluarga
mempengaruhi proses keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
3. Dukungan spiritual
mempengaruhi pandangan keluarga terhadap kesehatan klien
4. Keluarga akan merasa
terbantu dan tidak tertekan dengan kondisi kesehatan keadaan klien serta meningkatkan koping adaptif
5. Meningkatkan komunikasi
antara anggota keluarga.
6. Membantu keluarga dalam
mengetahui informasi menganai keondisi anggota keluarga.
7. Umpan balik akan
membantu keluarga dalam
peningkatan koping keluarga.
8. Pemenuhan pengetahuan
dan keterampilan keluarga akan membantu dalam perawatan lanjutan klien. kamis,21
mei 2015 5.
Tujuan dan kriteria hasil Prilaku
cenderun g
beresiko
Klien akan mampu menunjukkan health orientation / orientasi kesehatan skala 3 dengan indikator:
1. Fokus dalam menjaga prilaku kesehatan
2. Fokus untuk pencegahan penyakit
3. Persepsi bahwa prilaku kesehatan sangat relevan terkait
dengan kesehatan seseorang
Perencanaan Rasional
(53)
1. Identifikasi masalah kebiasaan klien dalam hal prilaku.
2. Identifikasi sasaran
prilaku kesehatan yang spesifik secara konkret
3. Tentukan apakah saran
prilaku yang di identifikasi perlu untuk
di tingkatkan ,diturunkan atau diajari.
4. Diskusikan proses
modifikasi prilaku dengan klien atau orang terdekat.
5. Fasilitasi keterlibatan
penyedia perawatan kesehatan lainnya dalam proses modifikasi yang sesuai .
dilakukan mengenai
prilaku terhadap masalah kesehatan yang
dialami klien.
2. Memberikan
pengetahuan kepada klien mengenai tujuan prilaku kesehatan untuk
mengubah dan kebiasaan.
3. Mengetahui bagaimana
prilaku atau kebiasaan
itu berpengaruh terhadap peningkatan prilaku kesehatan
4. Memberkan dukungan
dalam proses perubahan prilaku.
5. Memberikan fasilitas
terhadap klien untuk melakukan kebiasaan yang mendukung prilaku yang mendukung kesehatan.
2.3.6 PELAKSANAAN KEPERAWATAN.
Hari/ta nggal
No.dx Pukul Implementasi Evaluasi (SOAP)
Rabu/2 0 mei 2015 1. harga diri renda h. 10.00 wib
Nic: self-esteem enchancement/ Peningkatan harga diri
1. Memantau pernyataan
klien tentang harga diri.
2. Membantu klien untuk
menemukaan penerimaan diri.
3. Mendukung klien untuk
mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
4. Membantu klien
menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
5. Memfasilitasi lingkungan
hidup and aktivitas yang akan meningkatkan harga
S : klien mengatakan bersyukur masih memilki kemampuan positif( klien masih bisa bekerja walaupun hanya buruh), bisa melakukan kegiatan yang sederhana seperti menyapu ,mengepel dan mencuci piring.
- Klien mengatakan
bersyukur masih memiliki kesepatan untuk sehat jasmani
O : klien tampak kooperatif,klien mulai mau bercerita,mampu
mengungkapkan kemampuan yang dimiliki
(54)
diri.
6. Memberi penghargaan
atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai.
P: intervensi dilanjutkan
Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 4.
Kamis /21 mei 2015 2.isola si sosial. 10.00 wib
Nic: socialization
enchancement /peningkatan
sosialisasi:
1. Memotivasi klien untuk
meningkatkan hubungan.
2. Mengunakan tehnik bermain
peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi.
3. Mendorongg klien untuk
terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
4. Membantu meningkatkan
kesadaran dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
5. Merujuk klien ke kelompok
komunikasi interpersonal dimana pesien bisa
memahami dan memingkatkan kemampuan
untuk bertransaksi/negosiasi.
S: Klien mengatakan kadang sudah mulai berkomunikasi dengan satu ruangannya.
Klien mengatakan sudah memiliki teman cerita didalam ruangannya
Klien mengatakan sudah mulai melakukan aktivitas bersama-sama dengan teman satu ruangan seperti menyapu ruangan.
O : Klien tampak mulai berinteraksi, klien mulai melakukan kegiatan seperti menyapu bersama satu ruangannya.
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Dalam waktu 1x6 jam klien
akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan
(55)
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan keperawatan orang tua dan lingkungannya ( Tarwoto, 2006).
Karya tulis ilmiah ini membahas kasus pada klien yaitu Tn. V berusia 36 tahun, dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid berulang, masuk ke Rumah Sakit Jiwa Medan dan dirawat inap di Ruangan Singgalang. Setelah dilakukan pengkajian , ditemukan data sujektif mengenai perubahan konsep diri klien yang menyatakan bahwa klien Tn. V merasa malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh dan kadang tidak bekerja, sehingga klien merasa sangat tidak berguna. Klien juga tampak sering menarik diri, tidak banyak berinteraksi dan sering menunduk. Setelah mendapat data-data diatas penulis merumuskan beberapa masalah keperawatan dengan prioritas masalah harga diri rendah. Setalah melakukan asuhan keperawatan kepada klien selama 5 hari mulai dari pengkajian, maka ditemukan perkembangan klien, berupa klien mulai untuk berkomunikasi dengan orang disekitar dan mulai melakukan aktivitas yang sederahana seperti menyapu. Saat berkomunikasi dengan perawat klien mulai untuk melakukan kontak mata dan mencoba untuk mempertahankan kontak mata.
(56)
3.2 Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasien dan keluarga agar mampu memahami klien dalam pengobatan dan dukungan khususnya tentang kebutuhan konsep diri klien.
2. Bagi institusi pendidikan
Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan pada mahasiswa sesuai dengan standart keperawatan dengan memanfaatkan NOC dan NIC.
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang pemenuhan kebutuhan dasar konsep diri.
3. Bagi pasien dan keluarga
Dengan adanya bimbingan dan bantuan asuhan yang dilakukan oleh perawat, diharapakan dapat meningkatkan konsep diri dan kesehatan klien selama dirawat dirumah sakit.
(57)
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Akemat, Helena, Nuhaeni. 2012. Keperawatan Kesahatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Carpenito, J, L. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Dalami, Suliswati, Rochimah, Suryati, Lestari. 2009. Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika.
Damaiyanti dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adimata.
E. Doenges, Frances, C. Geissler. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Alih bahasa ; Kariasa, Sumarwati , Editor ; Ester. Jakarta : EGC.
Herdman, T. H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
and Classification, 2012-2014. Oxford: Wilay-Blackwell.
Kozier, Erb. Glenora, Berman, Synder. 2010. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Alih Bahasa; Esty, Devi, Yuyun, Ana, editor bahasa; Dwi,
Anastaia, Nike. Jakarta: EGC.
M. Bulechek, K. Butcher, M. Dochterman, M. Wagner. 2013. Nursing
Intervention Classification ( NIC). St. Louis, Missouri.
Moorhead, Jhonson, L.Maas, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). St. Louis, Missouri..
Nurjannah, I. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta: Mocomedia
Nurjannah, I. 2012. Intan’s Screening Diagnosis Assesment. Yogyakarta: Mocomedia.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 vol. 1. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Purwaningsih dan Karlina. 2009. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Mitra cendeka.
Riyadi , Sujono, Purwanto T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Graha ilmu.
Wartonah dan Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, J, M & Ahern, N, R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa; Esty, editor bahasa; Dwi. Jakarta: EGC.
(58)
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN No
dx
Implementasi
Tindakan keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/tanggal Pukul
1 Kamis ,21
mei 2015
10.00 wib
Nic: self-esteem
enchancement/ Peningkatan
harga diri
1. Memantau pernyataan
klien tentang harga diri.
2. Membantu klien untuk
menemukaan penerimaan diri.
3. Mendorong klien untuk
mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
4. Membantu klien
menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
5. Memfasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri.
6. Memberi penghargaan
atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai.
S : klien mengatakan bersyukur masih memilki kemampuan positif( klien masih bisa bekerja walaupun hanya buruh), bisa melakukan kegiatan yang sederhana seperti menyapu ,mengepel dan mencuci piring.
- Klien mengatakan
bersyukur masih memiliki kesepatan untuk sehat jasmani
-O : klien tampak kooperatif,klien mulai mau bercerita,mampu
mengungkapkan kemampuan yang dimiliki
A.masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan
Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 4.
2 Kamis ,21
mei 2015
10.00 wib
Nic: socialization
enchancement /peningkatan
sosialisasi:
1. Memotivasi klien untuk
meningkatkan hubungan.
2. Mengunakan tehnik
bermain peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi.
3. Mendukung klien untuk
terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
4. Merujuk klien ke
kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami
S: Klien mengatakan kadang sudah mulai berkomunikasi dengan satu ruangannya.
Klien mengatakan sudah memiliki teman cerita didalam ruangannya
Klien mengatakan sudah mulai melakukan aktivitas bersama-sama dengan teman satu ruangan seperti menyapu ruangan.
O : Klien tampak mulai berinteraksi, klien mulai melakukan kegiatan seperti menyapu bersama satu ruangannya.
(59)
dan memingkatkan kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
P: Intervensi dilanjutkan
Dalam waktu 1x6 jam klien
akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan
skala 5. 1 Jumat,22
mei 2015
10 :00 wib
Nic: self-esteem
enchancement/ Peningkatan
harga diri
7. Memantau pernyataan
klien tentang harga diri.
8. Membantu klien untuk
menemukaan penerimaan diri.
9. Mendorong klien untuk
mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
10.Membantu klien
menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
11.Memfasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri. Memberi penghargaan atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai
S : klien mengatakan sudah mulai mencoba melakukan aktivitas ringan ,seperti menyapu.
O : klien tampak kooperatif, mulai bertatap muka.
A.masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan
Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 5.
2 Jumat, 22 mei 2015
10:00 wib
Nic: socialization
enchancement /peningkatan
sosialisasi:
5. Memotivasi klien untuk
meningkatkan hubungan.
6. Mengunakan tehnik
bermain peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi.
7. Mendukung klien untuk
terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
8. Merujuk klien ke
kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami dan memingkatkan kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
S: Klien mengatakan sudah mulai mau berkomunikasi dengan satu ruangannya.
O : Klien tampak mulai berinteraksi, mau menegur sesama.
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Dalam waktu 1x6 jam klien
akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan
(60)
(1)
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan keperawatan orang tua dan lingkungannya ( Tarwoto, 2006).
Karya tulis ilmiah ini membahas kasus pada klien yaitu Tn. V berusia 36 tahun, dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid berulang, masuk ke Rumah Sakit Jiwa Medan dan dirawat inap di Ruangan Singgalang. Setelah dilakukan pengkajian , ditemukan data sujektif mengenai perubahan konsep diri klien yang menyatakan bahwa klien Tn. V merasa malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh dan kadang tidak bekerja, sehingga klien merasa sangat tidak berguna. Klien juga tampak sering menarik diri, tidak banyak berinteraksi dan sering menunduk. Setelah mendapat data-data diatas penulis merumuskan beberapa masalah keperawatan dengan prioritas masalah harga diri rendah. Setalah melakukan asuhan keperawatan kepada klien selama 5 hari mulai dari pengkajian, maka ditemukan perkembangan klien, berupa klien mulai untuk berkomunikasi dengan orang disekitar dan mulai melakukan aktivitas yang sederahana seperti menyapu. Saat berkomunikasi dengan perawat klien mulai untuk melakukan kontak mata dan mencoba untuk mempertahankan kontak mata.
(2)
3.2 Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasien dan keluarga agar mampu memahami klien dalam pengobatan dan dukungan khususnya tentang kebutuhan konsep diri klien.
2. Bagi institusi pendidikan
Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan pada mahasiswa sesuai dengan standart keperawatan dengan memanfaatkan NOC dan NIC.
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang pemenuhan kebutuhan dasar konsep diri.
3. Bagi pasien dan keluarga
Dengan adanya bimbingan dan bantuan asuhan yang dilakukan oleh perawat, diharapakan dapat meningkatkan konsep diri dan kesehatan klien selama dirawat dirumah sakit.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Akemat, Helena, Nuhaeni. 2012. Keperawatan Kesahatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Carpenito, J, L. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Dalami, Suliswati, Rochimah, Suryati, Lestari. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika.
Damaiyanti dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adimata.
E. Doenges, Frances, C. Geissler. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Alih bahasa ; Kariasa, Sumarwati , Editor ; Ester. Jakarta : EGC.
Herdman, T. H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification, 2012-2014. Oxford: Wilay-Blackwell.
Kozier, Erb. Glenora, Berman, Synder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Alih Bahasa; Esty, Devi, Yuyun, Ana, editor bahasa; Dwi, Anastaia, Nike. Jakarta: EGC.
M. Bulechek, K. Butcher, M. Dochterman, M. Wagner. 2013. Nursing Intervention Classification ( NIC). St. Louis, Missouri.
Moorhead, Jhonson, L.Maas, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis, Missouri..
Nurjannah, I. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta: Mocomedia
Nurjannah, I. 2012. Intan’s Screening Diagnosis Assesment. Yogyakarta: Mocomedia.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 vol. 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Purwaningsih dan Karlina. 2009. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Mitra cendeka.
Riyadi , Sujono, Purwanto T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Graha ilmu.
Wartonah dan Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, J, M & Ahern, N, R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa; Esty, editor bahasa; Dwi. Jakarta: EGC.
(4)
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN No
dx
Implementasi
Tindakan keperawatan Evaluasi (SOAP) Hari/tanggal Pukul
1 Kamis ,21 mei 2015
10.00 wib
Nic: self-esteem enchancement/ Peningkatan harga diri
1. Memantau pernyataan klien tentang harga diri.
2. Membantu klien untuk menemukaan penerimaan diri.
3. Mendorong klien untuk mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
4. Membantu klien menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
5. Memfasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri. 6. Memberi penghargaan
atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai.
S : klien mengatakan bersyukur masih memilki kemampuan positif( klien masih bisa bekerja walaupun hanya buruh), bisa melakukan kegiatan yang sederhana seperti menyapu ,mengepel dan mencuci piring.
- Klien mengatakan bersyukur masih memiliki kesepatan untuk sehat jasmani
-
O : klien tampak kooperatif,klien mulai mau bercerita,mampu
mengungkapkan kemampuan yang dimiliki
A.masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan
Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 4.
2 Kamis ,21 mei 2015
10.00 wib
Nic: socialization enchancement /peningkatan sosialisasi:
1. Memotivasi klien untuk meningkatkan hubungan.
2. Mengunakan tehnik bermain peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi.
3. Mendukung klien untuk terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
4. Merujuk klien ke kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami
S: Klien mengatakan kadang sudah mulai berkomunikasi dengan satu ruangannya.
Klien mengatakan sudah memiliki teman cerita didalam ruangannya
Klien mengatakan sudah mulai melakukan aktivitas bersama-sama dengan teman satu ruangan seperti menyapu ruangan.
O : Klien tampak mulai berinteraksi, klien mulai melakukan kegiatan seperti menyapu bersama satu ruangannya.
(5)
dan memingkatkan kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
P: Intervensi dilanjutkan
Dalam waktu 1x6 jam klien
akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan
skala 5. 1 Jumat,22
mei 2015
10 :00 wib
Nic: self-esteem enchancement/ Peningkatan harga diri
7. Memantau pernyataan klien tentang harga diri.
8. Membantu klien untuk menemukaan penerimaan diri.
9. Mendorong klien untuk mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
10. Membantu klien menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
11. Memfasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri. Memberi penghargaan atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai
S : klien mengatakan sudah mulai mencoba melakukan aktivitas ringan ,seperti menyapu.
O : klien tampak kooperatif, mulai bertatap muka.
A.masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan
Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 5.
2 Jumat, 22 mei 2015
10:00 wib
Nic: socialization enchancement /peningkatan sosialisasi:
5. Memotivasi klien untuk meningkatkan hubungan.
6. Mengunakan tehnik bermain peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi.
7. Mendukung klien untuk terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
8. Merujuk klien ke kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami dan memingkatkan kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
S: Klien mengatakan sudah mulai mau berkomunikasi dengan satu ruangannya.
O : Klien tampak mulai berinteraksi, mau menegur sesama.
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Dalam waktu 1x6 jam klien
akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan
(6)