Fungsi Musik KAJIAN TEORI
jenis bahan, aspek identitas sebuah nama, fungsi dan kegunaannya,serta aspek laras yang digunakannya. Artinya nama wilayah budaya yang menyertai kata
gamelan, menunjukkan identitas wilayah budaya pemiliknya. Selanjunya menurut Bram Palgunadi 2002: 1 Gamelan adalah alat
musik Jawa yang digunakan sebagai pelengkap berbagai kegiatan seperti; ritual, kesenian dan hiburan oleh masyarakat suku Jawa, yang pada dasarnya
gamelan merupakan kumpulan dari sejumlah ricikan instrumen musik. Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa, gamelan adalah
instrumen musik asli Nusantara yang merupakan warisan nenek moyang. Gamelan terbuat dari beberapa jenis bahan logam yaitu: dari logam besi,
logam perunggu, logam kuningan dan memainkannya dengan cara dipukul. Diantara gamelan-gamelan yang ada di Nusantara mungkin terlihat berbeda
namun perbedaannya bukan terletak pada bahan ataupun laras yang digunakannya,dan juga bukan terletak padafungsi perbedaan penyajiannya
akan tetapi lebih disebabkan oleh konsep estetika cara memainkannya. Suatu contoh di daerah Jawa dan Sunda terdapat gamelan wayang, gamelan
klenengan, dan gamelan tari, dari ketiga fungsi itu apabila dilihat dari sudut pandang bahan, bentuk, dan laras bisa juga merupakan gamelan yang sama.
Menurut Ziaulhaq 2014, kiai adalah gelar khas Nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Satu kata ini berasal dari gabungan dua unsur kata, yakni ‘ki’
dan ‘yai’. Kata ‘ki’ adalah panggilan kepada laki-laki yang dihormati. Bagi wanita kata ‘ki’ diganti dengan ‘nyi’. Sampai saat ini sebutan ‘ki’ tetap
melekat bagi orang-orang yang beraktifitas dalam kebudayaan Pulau Jawa
pada khususnya, baik ranah fisik maupun spiritual. Sedangkan kata ‘yai’ adalah gelar kehormatan bagi apapun yang dianggap memiliki kewaskitaan
dan kewibawaan. Orang maupun benda, sehingga benda-benda pusaka pun disebut ‘kiai’ semisal kiai guntur, dan kiai nogo wilogo, sepanjang set
gamelan yang ditabuh saat perayaan sekaten di Yogyakarta, atau sebutan bagi kerbau kehormatan di Surakarta, Kiai Slamet.
Selanjutnya menurut Gus Mus 2007, kata “Kiai” ini memiliki sinomin dalam bahasa Arab, yakni syaikh. Secara terminologi, arti kata syaikh
adalah “man balagha rutbatal fadli” yaitu orang-orang yang telah sampai pada derajat pada keutamaan, yakni berpengetahuan agama dan mengamalkan
ilmu itu untuk dirinya serta mengajarkan kepada murid-muridnya. Penyebutan kiai ini berasal dari inisiatif masyarakat, bukan dari dirinya
sendiri atau propaganda media masa. Orang yang sudah melampaui usia lanjut sepuh pun disebut syaikh, dan anak muda yang berpengetahuan
agama luas serta mulia budinya juga disapa dengan sebutan syaikh. Intinya, sebutan kiai disematkan bagi orang-orang yang waskita, khususnya mereka
yang berpengetahuan agama dan membimbing masyarakat, baik dilingkungan pesantren atau bukan.
Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kiai bukan merupakan jabatan yang diberikan oleh media massa yang tanpa nilai atau
propagandamedia sosial. Kiai adalah orang yang mempunyai pengetahuan agama dan dapat mengamalkan untuk dirinya sendiri dan diajarkan kepada
murid-muridnya. Kiai dalam budaya masyarakat bisa disebut juga orang yang
mempunyai petuah dari kata-kata, yakni perbuataannya yang dapat dipertanggung jawabkan dan mereka siapapun yang memandang segala sisi
kehidupan umat dengan pandangan rahmat, kasih sayang, bukan pandangan kebencian, kebengisan, apalagi kekejian dan kekejaman.
Menurut Achmad Chodjim 2003: 15 istilah kata Kanjeng merupakan pangkat atau gelar kehormatan yang diberikan oleh Sultan. Kata Kanjeng
merupakan peninggalan penyebutan para wali songo yang pada waktu itu diberikan oleh Sultan, sebagai gelar kehormatan yang diberikan kepada
ulama-ulama penyebar agama islam pada zaman Walisongo. Selanjutnya menurut Yusril Ihza Mahendra 2013 Didalam serat
Ambiyasa, sebuah karya Islam Jawa dikisahkan kehidupan pada zaman Nabi Muhamad S.A.W semua tokoh dan kerabat Nabi Muhamad S.A.W diberikan
gelar dan sebutan bangsawan seperti di Jawa. Karena kakek nabi Muhamad S.A.W menjadi penguasa kota mekkah
, beliau disebut Adipati Abdul Mutalib. Di pulau Jawa atau Sunda, Nabi Muhammad diberi sebutan
Kanjeng yang maksudnya Nabi Muhammad S.A.W, Istilah Pangeran di Jawa dan Sunda ditujukan kepada Gusti yakni Allah. Sedangkan kata
Kanjeng digunakan untuk Rasulullah. Padahal dalam sejarah di dunia Arab, Nabi Muhammad S.A.W tidak dipangil dengan istilah amir atau kanjeng
pemanggikan istilah kanjeng hanya ada di Jawa dan Sunda. Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah kata
kanjeng merupakan peninggalan budaya dari para leluhur, yang artinya adalah gelar kehormatan yang pada khusunya merupakan pemberian dari
Sultan yang kemudian menjadi budaya didalam masyarakat khusunya Jawa dan Sunda.Selanjutnya bagi masyarakat nama Kiai dijadikan sebagai identitas
orang yang sudah mapan dalam segi spiritual. Kiai adalah sebutan bagi nilai
terhadap sesuatu bentuk fisik manusia atau pun benda yang mempunyai energi spritual yang memiliki kewaskitaan dan kewibawaan baik dari segi
ranah fisik maupun spiritual.