Dimensi Pengetahuan Agama Aspek Religiusitas Masyarakat Madura dalam Kumpulan Cerpen

d. Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi ini mengacu pada harapan bagi orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Seperti yang tergambarkan dalam kumpulan cerpen “Karapan Laut”, yang terdapat pada cerpen Letre. Pengetahuan agama dalam cerpen tersebut tergambarkan pada sebuah dasar keyakinan mengenai kesaktian. Seperti pada kutipan berikut. Pastilah ada sesuatu pada daun-daun itu, pikirnya. Tiba-tiba saja terbit dugaannya: pasti Kiaji Subang-lah yang mengirimkan ketiga helai daun itu dengan tujuan membuyarkan konsentrasinya agar ritual letre gagal. Ia merasa yakin dengan dugan itu dan cepat-cepat melangkah pulang Tawar, 2014: 88. Pada kutipan tersebut, pengetahuan agama digambarkan oleh Nyai Makeler yang menjelaskan tentang dasar keyakinannya mengenai hal yang dialami oleh Nyai Mar. Nyai Makeler mengetahui tentang hal-hal gaib, karena hal ini ia seorang dukun sakti pastilah mempunyai dasar-dasar pengetahuan religi. Terlihat jelas pada kutipan berikut, “Suamimu mantan bajing. Untuk menjadi bajing, tak cukup hanya mengandalkan ketangkasan dan kekebalan badan. Seorang bajing sejati juga harus menguasai ilmu kebatinan” kata Nyai Makeler Tawar, 2014: 89. Kutipan di bawah ini semakin mempertegas bahwa pengetahuan agama yang dimiliki Nyai Makeler sangat membantu dan memperkuat niat dari Nyai Mar. Nyai Makeler keluar lagi dengan membawa tiga helai daun kering, sepucuk jarum, tiga iris daun pandan, dan bunga melati layu. “Mendekatlah,” kata dukun itu. Ia terbelalak melihat ketiga helai daun itu. “Persis, Nyai,” katanya. “Maksudmu?” Tanya Nyai Makeler. “Ketiga helai daun ini persis daun-daun yang mengitari kepala saya di pintu kuburan.” Itulah. Suamimu mengirim sesuatu lewat daun.” Tawar, 2014: 90 Nyai Makeler berhenti sebentar, memberinya meresap keterangan itu. Lalu dukun itu melanjutkan, “Pada malam kelahiran suamimu, pergilah kekuburan dan kuburkan daun-daun ini. Kuburlah dua helai daun yang ada namamu dan nama suamimu bersama-sama. Ingat dua-duanya jangan dipisah. Daun yang ada tulisan nama Sumiyati dikubur sendiri. Mengerti?” Ia mengangguk. “Sekarang lihat jarum ini. Satukan cawat suamimu dan cawat milikmu sendiri menggunakan jarum ini, kemudian kubur jadi satu dengan dua helai daun tadi. Ingat?” Ia mengangguk lagi. “Nah, yang ini tiga iris daun pandan dan bunga melati busuk. Ingat- ingat, kamu harus mencari cawat milik Sumiyati, lalu kubur kan jadi satu dengan daun pandan dan bunga melati ini Tawar, 2014: 91. Kutipan-kutipan di atas semakin menjelaskan tentang berbagai pengalaman agama yang dimiliki oleh Nyai Maleker. Nyai Makeler menjelaskan segala hal yang ia tahu, bahkan yang tidak dialaminya Nyai tersebut bisa menjelaskannya. Saat itu Nyai Makeler membawa tiga helai daun kering, sepucuk jarum, tiga iris daun pandan, dan bunga melati layu. Lalu Nyai Mar terbelalak ketika melihat tiga helai daun tersebut, karena daun- daun tersebutlah yang mengitarinya di saat akan melakukan ritual letre’ di kuburan. Nyai Makeler mengetahui bahwa daun-daun tersebut adalah kiriman dari Kiaji Subang untuk menggagalkan ritual yang akan dilakukan oleh istrinya. Nyai Makeler juga menjelaskan mengenai perlengkapan ritual letre’ , seperti saat menjelaskan perihal kapan ritual tersebut harus dilakukan dan memberitahu secara detail tentang apa saja dan bagaimana supaya ritual tersebut berjalan sesuai perintahnya.

e. Dimensi Konsekuensi