Sosiologi Karya Sastra Sosiologi Sastra

b. Sosiologi Karya Sastra

Sosiologi karya sastra menurut Wellek dan Warren 1994 adalah kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Sosiologi sastra ini berangkat dari teori mimesis Plato, yang menganggap sastra sebagai tiruan dari kenyataan. Fokus perhatian sosiologi karya sastra adalah pada isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial via Wiyatmi, 2013: 45. Oleh Watt sosiologi karya sastra mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat. Apa yang tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat Wiyatmi, 2013: 45. Beberapa masalah yang menjadi wilayah kajian sosiologi karya sastra adalah: isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra yang berkaitan dengan masalah sosial. Di samping itu, sosiologi karya sastra juga mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat, sastra sebagai dokumen sosial budaya yang mencatat kenyataan sosiobudaya suatu masyarakat pada masa tertentu Junus, via Wiyatmi, 2013: 46, mengkaji sastra sebagai bias refract dari realitas Harry Levin, via Junus, via Wiyatmi, 2013: 46. Kajian sosiologi karya sastra memiliki kecenderungan untuk tidak melihat karya sastra sebagai suatu keseluruhan, tetapi hanya tertarik kepada unsur-unsur sosiobudaya yang ada di dalam karya sastra. Kajian hanya mendasarkan pada isi cerita, tanpa mempersoalkan struktur karya sastra. Oleh karena itu, menurut Junus 1986:3-5 via Wiyatmi, 2013: 47, sosiologi karya sastra yang melihat karya sastra sebagai dokumen sosial budaya ditandai oleh beberapa hal. Pertama, unsur isicerita dalam karya diambil terlepas dari hubungannya dengan unsur lain. Unsur tersebut secara langsung dihubungkan dengan suatu unsur sosiobudaya karena karya itu hanya memindahkan unsur itu ke dalam dirinya. Kedua, pendekatan ini dapat mengambil citra tentang sesuatu, misalnya tentang perempuan, lelaki, orang asing, tradisi, dunia modern, dan lain-lain, dalam suatu karya sastra atau dalam beberapa karya yang mungkin dilihat dalam perspektif perkembangan. Ketiga, pendekatan ini dapat mengambil motif atau tema yang terdapat dalam karya sastra dalam hubungannya dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan ini ada kecenderungan melihat hubungan langsung one-to one-cerrespondence antara unsur karya sastra dengan unsur dalam masyarakat yang digambarkan dalam karya itu Swingewood, via Junus Oleh karena itu, pengumpulan dan analisis data bergerak dari unsur karya sastra ke unsur dalam masyarakat, dan menginterpretasikan hubungan antara keduanya Wiyatmi, 2013: 47-48. Sastra menampilkan kehidupan masyarakat dengan segala permasalahnnya. Sastra tidak sekedar imajinansi yang dihasilkan oleh seorang pengarang. Peristiwa kehidupan dalam sastra yang diciptakan oleh pengarang biasa dianggap sebagai rekaman dari zamannya atau sastra dianggap sebagai cerminan kehidupan masyarakat. Ian Watt dalam Damono, 1978: 4 memberikan batasan pada pengertian “cermin” karena seringkali masih kabur. Batasan yang harus diperhatikan sebagai berikut. a sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ia tulis, sebab banyak cirri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis, b sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya, c genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat, d sastra berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat- cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya sebagai cermin masyarakat. Karya sastra yang tanpa maksud menggambarkan keadaan masyarakat secara teliti juga dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat yang terjadi saat karya tersebut ditulis karena karya sastra dapat dianggap mewakili zamannya. Karya sastra juga yang memuat aspek sosial yang pernah ada dalam kehidupan masyarakat dengan nilai yang ditaati. Sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu-atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Dan dalam penelaahan sastra sebagai cermin masyarakat maka pandangan sosial harus diperhitungkan apabila menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat Damono, 1978: 2-4.

3. Religiusitas