Tinjauan Kepustakaan Proses Pendataan Perolehan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-Ktp) Di Kecamatan Medan Amplas Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

negara. Judul penelitian ini belum diteliti oleh peneliti yang lain maka penulis tertarik untuk mengambil judul ini sebagai judul skripsi, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

L. Tinjauan Kepustakaan

1. Konsep Negara Hukum Awal mula gagasan negara hukum berkembang pada tahun 1800 SM. Perkembangan awal pemikiran negara hukum berawal pada zaman Yunani Kuno yang dikemukakan oleh filosof bernama Plato. 4 Menurut Jazim Hamidi dalam bukunya Teori Hukum Tata Negara 5 Tanpa adanya pembatasan atas kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara, suatu negara tidak dapat dikategorikan sebagai negara hukum karena , beliau mengutip pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa : “suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum”. Aristoteles mempertegas gagasan dari gurunya Plato yang berpendapat bahwa: “Penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan dengan pengaturan hukum yang baik”. Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum supremasi hukum dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum. Hukum sebagai dasar, diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi atau hukum dasar negara. Konstitusi negara juga harus berisi gagasan atau ide tentang konstitusionalisme, yaitu adanya pembatasan atas kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara, dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme. 4 Jazim Hamidi dkk, Teori Hukum Tata Negara, Jakarta: Salemba Humanika, 2011 hal143 5 Ibid Universitas Sumatera Utara setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau berdasarkan pada legalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan pemerintahan tanpa adanya dasar kewenangan yang menyertainya. Dalam konsep negara hukum terdapat unsur-unsur yang harus dimiliki guna pelaksanaan dari konsep tersebut, dengan kata lain setiap negara hukum memiliki unsur-unsur negara hukum guna membentuk negara yang berdasar kepada hukum. Jazim hamidi 6 1. Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia; mengutip kutipan dari Moh. Kusnardi yang mengutip pendapat Frederick Julius Stahl dalam Philosophi des rechts yang mengatakan bahwa dalam negara hukum terdapat beberapa unsur utama secara formal, yaitu sebagai berikut: 2. Penyelenggaraan negara harus berdasarkan pada teori Trias Politika; 3. Pemerintah menjalankan tugasnya berdasarkan undang-undang wetmatigheid van bestuur; 4. Terdapat pengadilan administrasi yang akan menyelesaikan pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah terkait dengan hak asasi manusia. Unsur-unsur negara hukum tersebut di atas terdapat di tiap-tiap konstitusi suatu negara, tidak terkecuali Negara Indonesia. Keberadaan konstitusi dalam suatu negara hukum merupakan suatu keharusan. Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dalam Undang Undang Dasar 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 sebelum amademen, terdapat unsur-unsur negara hukum yang terkandung di dalamnya 7 a. Prinsip kedaulatan rakyat, terdapat dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, yang bunyinya sebagai berikut: “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD”; , yaitu sebagai berikut: 6 Ibid. hal 144 7 Hifdzil, 2008, “Pengertian Negara Hukum” Cited 2012, Oktober, 3, available from : URL http: www.sc , diakses tanggal 1 Desember 2013 Universitas Sumatera Utara b. Pemerintahan yang berdasarkan konstitusi, termuat dalam Penjelasan UUD 1945 Paragraf yang bunyinya sebagai berikut : . . . maka disusunlah Kemerdekaan Kebagsaan Indonesia itu dalam suatu UUD 1945, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia Dan Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam PermusyawaratanPerwakilan, serta dengan Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. c. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia, termuat dalam Pasal 28A sampai 28J UUD 1945; d. Pembagian kekuasaan, termuat dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 19 UUD 1945; e. Pengawasan peradilan melalui kekuasaan kehakiman, termuat dalam Pasal 24 UUD 1945; f. Partisipasi warga negara, termuat dalam Pasal 28 UUD 1945; g. Sistem perekonomian, termuat dalam Pasal 33 UUD 1945. Pernyataan yang sama juga dinyatakan oleh Abu Daud Busroh, Beliau menyatakan bahwa: “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum recht staat tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka machts staat. Umumnya negara hukum diartikan sebagai negara di mana baik tindakan pemerintahan maupun rakyatnya didasarkan atas hukum positif untuk mencegah adanya tindakan sewenang- wenang dari penguasa rakyat sendiri.” 8 Indikasi bahwa Indonesia menganut konsepsi welfare state terdapat pada kewajiban pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara, sebagaimana yang termuat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu; “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas disebutkan dalam Penjelasan UUD 1945 setelah amandemen yaitu Pasal 1 ayat 3. 8 Abu Daud Busroh, Sistem Pemerintahan Republik Indonesia , Jakarta : Bina Aksara, 1989, hal 30. Universitas Sumatera Utara kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia”. Tujuan-tujuan ini diupayakan perwujudannya melalui pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dalam program regulasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem desentralisasi di mana wilayahnya dibagi atas dua tingkat pemerintahan daerah, yakni Pemerintahan Daerah Tingkat I yang setingkat dengan wilayah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Tingkat II yang setingkat dengan wilayah Kota atau Kota yang pengaturannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. Teori mengenai desentralisasi dan sangkut pautnya dengan negara Indonesia ditulis Prof. Juanda dalam bukunya “Hukum Pemerintahan Daerah”. 9 2. Kewenangan Sebagai negara hukum, setiap penyelengaraan urusan pemerintahan harus berdasarkan pada hukum yang berlaku termasuk dalam pembuatan kebijakan program pengadaan e-KTP. Kebijakan tersebut harus berlandaskan pada undang- undang yang berlaku, yakni dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang mengatur tentang pelaksanaan program e-KTP demi mewujudkan pelayanan administrasi kependudukan yang lebih efisien dan profesional serta sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pasal 7 undang-undang tersebut secara tegas menentukan bahwa Pemerintah Kota diberi tugas untuk menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan termasuk pengadan e-KTP. Diharapkan Pemerintah Kota dapat melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan. Secara etimologi, kata “kewenangan” berasal dari kata “wenang” yang dalam kamus Besar Bahasa Indonesia 10 9 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Bandung : Alumni, 2008 hal 111. 10 W.J.S. Poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, hal 461. berarti mempunyai mendapati hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu, sehingga “berwenang” berarti memiliki wenang, sedangkan “kewenangan” berarti hal berwenang; hak dan kekuasaan Universitas Sumatera Utara yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kedudukan peraturan perundang- undangan dalam sistematika hukum termasuk dalam lingkungan hukum tertulis. Hukum tertulis adalah hukum yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, dengan bentuk atau format tertentu dan disahkan dalam bentuk lembaran negara. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang menurunkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi wewenang untuk membentuk suatu peraturan tertentu, kewenangan tersebut dapat diperoleh melalui atribusi, delegasi atau sub delegasi. 11 Dalam khasanah hukum administrasi dikenal tiga sumber kewenangan pemerintah, yaitu “atribusi”, “delegasi”, dan “mandat”. 12 Atribusi kekuasaan atributevan recthsmach sering diartikan sebagai pemberi kewenangan kepada badan, lembaga atau pejabat negara tertentu, baik oleh pembentuk UUD maupun pembentuk Undang-Undang 13 Dengan pemberian wewenang tersebut maka melahirkan suatu kewenangan serta tanggung jawab yang mandiri, sehingga dalam atribusi terdapat suatu kewajiban baru. Delegasi kewenangan delegate vanbovoegdheid dimaksudkan sebagai pencerahan atau pelimpahan kewenangan dalam hal ini kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan dari badan atau lembaga atau pejabat negara kepada badan atau lembaga pejabat negara lain. . Dalam hal ini berupa penciptaan wewenang baru untuk dan atas nama yang diberi wewenang tersebut. 14 11 Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Bandung : Mandar Maju, 1998, hal 35-36. 12 Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, 2004, hal 49. 13 Ibid. hal 37. 14 Ibid. hal 38 Kewenangan tersebut semula ada pada badan atau lembaga pejabat yang menyerahkan tersebut, dengan adanya pelimpahan, maka kewenangan atau tanggung jawab beralih kepada penerima kewenangan delegataris. Dalam delegasi kewenangan yang diserahkan atau dilimpahkan tersebut sudah ada pada delegans. Universitas Sumatera Utara Jika suatu kewenangan yang diperoleh melalui delegasi tersebut dilimpahkan kembali kepada badan atau pejabat yang lebih rendah untuk melaksanakan wewenang atau tanggung jawab atas namanya sendiri, maka hal ini dinamakan sub delegasi. Jadi sub delegasi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada badan pemerintah lainnya. Mengenai tindakan pemerintah yang diambil oleh Pemerintah Kota Medan merupakan suatu sub-delegasi dari pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada pemerintah Kota Medan dalam menjalankan program e-KTP. Mandat merupakan pelimpahan kewenangan dengan tanggung jawab masih dipegang oleh si pemberi mandat. Sebagai contoh : tanggung jawab membuat keputusan-keputusan oleh menteri dimandatkan kepada bawahannya. Kewenangan yang dimiliki oleh organ institusi pemerintahan dalam melakukan perbuatan nyata riil, mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi UUD. Pada kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama mandator pemberi mandat. 3. Efektifitas Perundang-undangan Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efek berarti akibat, sedangkan efektif berarti hasil daya pengaruh dari sesuatu yang dalam hal ini adalah hasil daya atau pengaruh dari suatu peraturan perundang-undangan. Efektif artinya sudah berlaku dan dapat langsung diterapkan , jadi efektifitas adalah suatu keadaan dimana suatu peraturan perundang- undangan sudah dapat berlaku dan diterapkan di masyarakat. 15 15 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2010 hal 266 Universitas Sumatera Utara Menurut Lawrence M. Friedman dalam teori aktualisasi sistem hukum, beliau melihat bahwa keberhasilan penegakan hukum selalu mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Terdirinya tiga komponen sistem hukum yakni : a. Komponen struktur hukum legal structure; b. Komponen substansi hukum legal substance; c. Komponen budaya hukum legal culture. 4. Pelayanan Publik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai cara atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi orang dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang; mengiyakan, menerima; menggunakan. 16 Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik sebagai pemberian layanan melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan. Pelayanan publik adalah pemenuhan Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, danatau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara publik. Sementara itu istilah publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Menurut Sinambela, penggunaan kata yang tepat digunakan adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir istilah pamong praja yang berarti pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat. 16 Ibid Universitas Sumatera Utara keinginan dan kebutuhan masyarakat pada penyelenggaraan negara. Negara didirikan oleh publik atau masyarakat tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal ini birokrasi haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat. 17

M. Metode Penelitian