Implementasi Pendataan Proses Pendataan Perolehan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-Ktp) Di Kecamatan Medan Amplas Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

kependudukan yang mengamanatkan adanya identitas tunggal bagi setiap penduduk dan terbangunnya basis data kependudukan yang lengkap dan akurat.

B. Implementasi Pendataan

Pelaksanaan program kartu tanda penduduk elektronik e-KTP sudah hampir setahun dilaksanakan di seluruh wilayah di Indonesia, tanpa terkecuali Kota Medan, dalam hal ini pemerintah Kota Medan diberikan kewenangan untuk melaksanakan program ini seperti yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Berdasarkan teori kewenangan, pelimpahan kewenangan yang diperoleh pemerintah Kota Medan didapat melalui cara atribusi yakni pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. Pelaksanaan e-KTP diMedan diberikan langsung oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi kepada sejumlah warga di halaman kantor Kecamatan Medan pada tanggal 23 April 2012 Gamawan Fauzi Menteri Dalam Negeri mengaku pendataan e-KTP di Sulsel melampaui target yang ditentukan dengan capaian 108. “Medan ini salah satu kota besar di Indonesia, penduduknya juga sudah mencapai angka 1,5 juta dan dalam pelaksanaan pendataan e-KTP ini mampu menyelesaikan sesuai target. Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa pencapaian target yang diberikan kepada Pemerintah Kota Medan tidak terlepas dari peran serta aparatur kelurahan dan kecamatan yang turut serta melakukan pendataan dengan mengunakan cara-cara persuasif untuk menarik minat masyarakat dalam membuat e-KTP. Menteri Dalam Negeri mengatakan dalam sambutannya pada penyerahan e-KTP di Kantor Kecamatan Medan target e- KTP secara nasional yakni 72 juta, hingga 20 April 2012 ini sudah mencapai target yaitu 67 juta. Beliau menjelaskan bahwa target nasional 4 juta e-KTP yang belum dicapai akan tuntas sampai akhir April nanti. Beliau berencana menuntaskan 172 juta e-KTP sampai akhir 2012.Meski begitu, dia berjanji menuntaskan 120 juta.“Kalau 120 juta tidak tercapai, Menteri Universitas Sumatera Utara Dalam Negeri pantas untuk mundur Januari 2013. Malu kalau komitmen kita tidak terselesaikan, ini ada uang Rp5,8 triliun dari rakyat, jadi semua kelalaian biar saya yang ambil. Selain memenuhi target, Menteri Dalam Negeri juga mengcanangkan agar KTP dapat berlaku secara seumur hidup, karena dengan membuat KTP seumur hidup pemerintah bisa menghemat biaya sekitar 4 triliun setiap lima tahun sekali. Rencana Menteri Dalam Negeri telah mendapatkan izin dari Presiden dan mempersilahkan berkoordinasi dengan kementerian terkait. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menambahkan sementara menunggu pemberlakuan e – KTP ini, KTP lama masih tetap berlaku sampai e – KTP terbit Provinsi Sumatera Utara Khususnya Kota Medan dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil disdukcil berusahap pelaksanakan merampungkan penyelenggaraan e-KTP tepat waktu. Akan tetapi itu tidak akan terwujud tanpa ada usaha untuk menarik masyarakat agar mau melaksanakan pengambilanperekaman data pada e-KTP di kecamatan masing-masing. Pihak Disdukcil, selaku Kabid Adm. Kependudukan, cara untuk menarik masyarakat agar melakukan perekaman e-KTP dengan cara sosialisasi, antara lain: 1. Mengunakan spanduk yang dipasang pada masing – masing kelurahan atau kecamatan. 2. Melalui media cetak, tabloid atau Koran antara lain : tempo, fajar, dan tribun timur. 3. Melalui media elektronik antara lain : Celebes tv dan fajar tv. Keuntungan yang diperoleh masyarakat setelah melakukan e-KTP selain tidak di kenakan biaya gratis untuk saat ini, e-KTP juga dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia jadi tidak perlu lagi membuat KTP yang baru apabila yang bersangkutan berpindah alamat atau berpindah daerah. Hal ini tercantum dalam pasal 63 ayat 3 UU nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Artinya setiap penduduk hanya memiliki satu KTP saja sesuai amanat pasal 63 ayat 6 undang-undang yang sama Universitas Sumatera Utara Kepala Bidang Administrasi Kependudukan, bahwa e-KTP yang ada sekarang merupakan e-KTP perubahan dari yang sebelumnya, dimana pada e-KTP yang lalu terdapat microchip yang berisi data dari pemengang pemilik e-KTP pada e-KTP yang baru microchip tersebut di hilangkan, Akan tetapi, hal ini bertentangan dengan pasal 64 ayat 3 UU nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Perubahan bentuk fisik e-KTP ini dilatarbelakangi dari adanya permasalah yang terdapat pada kota Medan yaitu tidak diakuinya KTP dari pemiliknya pada salah satu bank disana karena pada e-KTP tersebut tidak ada terdapat tanda tangan dari pemilik karena tanda tangan pemilik sudah ada didalam microchip tetapi bamk tersebut belum mempunyai alat pembaca semacam card reader untuk microchip. Oleh karena itu, pada e – KTP perubahan ini tanda tangan yang ada bukan lagi tanda tangan dari kepala dinas kependudukan dan catatan sipil melainkan tanda tangan dari pemilik e – KTP tersebut. Dari segi sarana dan prasarana, beliau mengatakan semua saranaprasarana di sediakan oleh Pemerintah Pusat baik perangkat keras seperti : meja, kursi, tenda, dan lain sebagainya. Maupun perangkat lunak seperti : komputer, alat iris mata, alat rekam sidik jari sampai penerbitan. Adapun tenaga khusus yang disediakan oleh pemerintah untuk melaksanakan e-KTP ini diambil dari pegawai di dinas catatan sipil sebagai operator yang dibantu oleh para staff dari kecamatan yang diberikan pelatihan khusus dari Pemerintah Pusat untuk menjalankan program e-KTP. e-KTP merupakan sistem kependudukan terbaru yang sudah diterapkan oleh pemerintah, hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dimana pada Pasal 101 huruf a, undang-undang tersebut dijelaskan bahwa memerintahkan kepada pemerintah untuk memberikan NIK kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011. Selain itu, undang- undang ini juga diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis NIK secara nasional. Proses implementasi kebijakan melihat kesesuaian antara program yang telah direncanakan dengan implementasinya dilapangan. Implementasinya Universitas Sumatera Utara kebijakan merupakan proses yang krusial dalam kebijakan publik, karena bukan hanya berkaitan dengan halhal mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat jalur birokrasi, melainkan juga menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memeroleh kebijaksanaan 28 1. Komunikasi . Program e-KTP adalah program Nasional yang dikelola oleh pemerintah pusat c.q Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri, yang diterapkan oleh pemerintah daerah. Yang menjadi leading sector di daerah adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD lainnya, yang terkait dengan program e-KTP. Untuk kelancaran pelaksanaan program e-KTP secara Nasional, pada tahun 2009 pemerintah melakukan pilot project penerapan e-KTP pada enam kota di seluruh Indonesia. Salah satu kecamatan yang menerapkan Implementasi pilot project program e-KTP adalah Kecamatan Medan Amplas. Proyek ini telah berjalan sejak awal tahun 2009. Dalam pelaksanaan pilot project e-KTP di Kota Medan, Pemerintah pusat telah memberikan kuota sebanyak 26.000 wajib KTP untuk memeroleh e-KTP. Namun, setelah diimplementasikan, yang terealisasi hanya 7.401 wajib KTP. Untuk menganalisis implementasi program e-KTP di Kota Medan, teori yang dijadikan rujukan adalah teori implementasi kebijakan George C. Edward III. Dalam teori ini, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Bagaimana pengaruh keempat faktor tersebut dalam implementasi program e-KTP di Kota Medan dijabarkan sebagai berikut. Dalam melaksanakan program e-KTP, selaku leading sector Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bertanggungjawab penuh dalam mengimplementasikan e-KTP. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 28 Wahab,S. A. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 1997 hal 59 Universitas Sumatera Utara memainkan peranan komunikasi dengan SKPD agar program e-KTP dapat diimplementasikan dengan baik. Faktor komunikasi menjadi salah satu penentu bagi terlaksananya e-KTP. Komunikasi berkaitan dengan kemampuan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menyampaikan, mensosialiasasikan dan mengkoordinasikan e-KTP. Berkaitan dengan sosialisasi program e-KTP, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bersama-sama dengan Kecamatan Medan Amplas telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan dengan mengundang masyarakat ke kantor camat untuk diberi pengarahan mengenai e-KTP. Masyarakat diundang secara bergantian untuk setiap kelurahan selama beberapa hari. Pihak kelurahan diminta mengorganisir warganya untuk datang ke kantor camat. Petugas dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan petugas dari Kecamatan Medan Amplas memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai tata-cara pengurusan e-KTP. Dengan adanya sosialisasi tersebut masyarakat menjadi paham terhadap program e- KTP, sehingga ketika ingin mengurus e-KTP masyarakat tahu apa hak dan kewajiban yang harus dipenuhinya. Selama ini masyarakat hanya mengetahui tata cara pengurusan KTP manual. Di sisi lain, kegiatan sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Medan ini tidak melibatkan media masa secara langsung. Dalam konteks implementasi program e-KTP, media massa hanya terlibat meliput berita- berita mengenai sosialisasi dan proses pelaksanaan pengurusan e-KTP yang dilakukan di Kecamatan Medan Amplas. Sementara itu, iklan-iklan tidak disebar oleh Pemerintah Kota Medan melalui Koran dan televisi lokal, sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu program e-KTP. Sesungguhnya apabila kerjasama bisa dijalin oleh Pemerintah Kota Medan dengan media massa, pemerintah dapat mengefektifkan sosialisasi program e-KTP. Selain sosialisasi, komunikasi program e-KTP juga dilakukan dengan koordinasi. Adapun jalur koordinasi yang harus dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah melalui Asisten Pemerintahan, Bagian Hukum, Bappeda, Kecamatan Medan Amplas, Inspektorat dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset. Sebagaimana program-program lainnya yang pernah Universitas Sumatera Utara dilaksanakan di Pemerintah Kota Medan, koordinasi dalam pelaksanaan e-KTP dilaksanakan dalam bentuk rapat koordinasi antar SKPD. Dari hasil triangulasi data diketahui bahwa koordinasi antar SKPD belum berjalan maksimal. Salah satu contoh adalah, koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda, serta Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan belum berjalan maksimal. Hal ini terjadi karena Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil selaku leading sector implementasi program e-KTP merasa tidak harus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan SKPD lain karena tidak ada aturan yang mengatur itu. Bappeda sebagai institusi perencana pembangunan di daerah harus dilibatkan dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan dan administrasi pemerintahan. Keterlibatan Bappeda dalam perencanaan yang akan dilakukan oleh setiap SKPD terkait dengan sistem perencanaan anggaran. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing SKPD harus mengkonsultasikannya dengan Bappeda karena Bappeda yang melakukan estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut. Fakta membuktikan lemahnya koordinasi antar SKPD adalah Dinas Komunikasi dan Informatika tidak dilibatkan secara institusional kelembagaan. Padahal program e-KTP merupakan salah satu program yang berkaitan dengan teknologi informasi yang seharusnya juga melibatkan Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai unit organisasi yang bertugas mengurus teknologi informasi di Pemerintah Kota Medan. Esensi keterlibatan Dinas Komunikasi dan Informatika adalah untuk memperkuat kapasitas Pemerintah Kota Medan di bidang IT, karena melalui program e-KTP diharapkan adanya proses alih teknologi ke daerah. 2. Sumber Daya Ketersediaan sumber daya yang memadai menjadi salah satu syarat bagi keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya yang dimaksud di sini, dapat berupa sumber daya manusia, peralatan dan keuangan. Sumber daya menjadi mesin penggerak bagi bekerjanya sebuah program. Sumber daya menjadi energi bagi terlaksananya suatu program. Tanpa sumber daya yang mencukupi, mustahil program dapat dilaksanakan dengan baik. Implementasi program e-KTP di Kota Universitas Sumatera Utara Medan dilengkapi dengan penyediaan sumber daya. Pemerintah Kota Medan dan Kecamatan Medan Amplas memersiapkan dengan matang segala sesuatu yang diperlukan untuk mengimplementasikan e-KTP. Kecamatan Medan Amplas memiliki keseriusan untuk melaksanakan program ini. Keseriusan itu bisa dilihat dari kemauan untuk menyediakan sumber daya manusia dan tempat yang memadai untuk mendukung pelaksanaan program e-KTP. Kecamatan Medan Amplas memersiapkan 12 dua belas orang tenaga operator e-KTP. Operator bertugas mengentri data, mengambil foto, sidik jari dan tanda tangan wajib KTP. Tenaga operator tersebut diangkat berdasarkan Surat Dinas Camat Medan Amplas No. 470288CPSVII2011 tentang Pengiriman Nama-nama Operator Pengambilan Photo, Sidik Jari dan Tanda Tangan Wajib KTP. Dari surat itu diketahui bahwa terdapat 6 enam orang petugas operator e-KTP di Kecamatan Medan Amplas. Dari 9 sembilang orang tenaga operator tersebut, 7 tujuh orang merupakan PNS fungsional umum dan 4 empat orang tenaga honorer. Berdasarkan kenyataan dilapangan bahwa jumlah sumber daya manusia yang tersedia dalam implementasi program e-KTP di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan belum mencukupi untuk melayani semua masyarakat yang membutuhkan e-KTP. Di mana kebutuhan dalam pelayanan e-KTP ini minimal membutuhkan 11 sebelas tenaga operator, yaitu dengan perkiraan lima orang untuk entri data, tiga orang untuk pengambilan foto, dua orang untuk sidik jari dan satu orang untuk tanda tangan. Sementara itu, untuk sumber daya peralatan yang tersedia di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan masih minim. Sumber daya peralatan tersebut terdiri dari komputer yang memiliki jaringan dan sistem e-KTP, mesin foto, mesin sidik jari dan mesin pembaca tanda tangan. Selama ini mesin yang tersedia untuk masing-masing keperluan hanya satu buah. Hal ini jelas tidak sebanding dengan beban atau jumlah masyarakat wajib KTP yang akan dilayani. Minimnya peralatan yang dimiliki dalam implementasi program e-KTP di Kecamatan Medan Amplas bisa dimaklumi, karena program ini merupakan proyek percontohan pilot project di mana peralatan disediakan seluruhnya oleh Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri belum siap menyediakan peralatan yang Universitas Sumatera Utara mencukupi. Selain itu, faktor distribusi peralatan juga menjadi kendala. Peralatan e-KTP kerap kali terlambat didistribusikan ke daerah sehingga daerah mengalami kekurangan peralatan untuk menjalankan e-KTP. Dari sisi anggaran, pilot project program e-KTP di Kota Medan dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Untuk pilot project program e-KTP, Pemerintah Kota Medan memperoleh dana sebesar Rp 1,3 miliar. Dana ini dialokasikan untuk semua proses pembuatan e- KTP. Setelah pilot project e-KTP selesai, program lanjutannya pada tahun 2012 untuk semua Kabupatenkota di Indonesia. Untuk 2012, pemerintah tetap menganggarkan dana dari APBN, tetapi pemerintah daerah diminta untuk menyediakan dana pendamping dari APBD. 3. Disposisi Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan, komitmen atau kemauan menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Keberhasilan implementasi program sangat bergantung pada komitmen yang kuat dari seluruh stakeholders untuk melaksanakan kebijakan. Komitmen harus dimiliki oleh birokrasi pelaksana program dan masyarakat yang menjadi target atau sasaran kebijakan. Komitmen yang kuat dapat menjadi modal bagi terlaksananya kebijakan. Dengan adanya komitmen, berbagai masalah dalam implementasi kebijakan bisa dipecahkan karena setiap pelaksana program berpikir dan bertindak untuk mensukseskan implementasi kebijakan. Pelaksana implementor e-KTP memiliki komitmen yang kuat dalam menyelenggarakan e-KTP. Komitmen ini muncul dengan sendirinya karena Kecamatan Medan Amplas sudah ditunjuk sebagai pilot project e-KTP di Kota Medan. Kecamatan Medan Amplas harus menunjukkan kemauan dan spirit yang tinggi dalam mengimplementasikan e-KTP, karena menjadi kecamatan terpilih mendapat kesempatan untuk melaksanakan e-KTP. Hal ini menjadi kesempatan dan tantangan bagi Kecamatan Medan Amplas. Kecamatan Medan Amplas harus menjawab tantangan tersebut dengan menunjukkan kinerja dan prestasi yang memuaskan kepada publik. Dalam pelaksanaan program e-KTP, kendala yang dihadapi oleh petugas di lapangan Universitas Sumatera Utara adalah rendahnya kemauan masyarakat untuk datang ke kantor camat karena alasan ekonomi. Selain itu kondisi ini jadi makin sulit karena minimnya personel kelurahan dalam mengorganisir masyarakat wajib KTP yang ada di kelurahannya untuk datang ke kantor camat serta jarak dari kelurahan ke kantor camat yang cukup jauh. Jarak yang cukup jauh antara rumah masyarakat dan kantor camat mengurangi antusiasme warga datang ke kantor camat untuk mengurus e-KTP. Permasalahan tersebut menjadi salah satu akibat tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Dari 26.000 wajib KTP yang menjadi kuota, yang terealisasi hanya 7.401 wajib KTP. Artinya, target yang dicapai oleh Kecamatan Medan Amplas kurang dari 30 persen. Jumlah ini masih kecil jika dibandingkan dengan target yang dibebankan oleh K ementerian Dalam Negeri. Tidak tercapainya target yang telah ditentukan, memaksa pemerintah untuk melanjutkan kembali sisa target yang belum terealisasi tersebut di tahun 2012. 4. Birokrasi Struktur birokrasi dalam implementasi program e-KTP dilakukan secara berjenjang. Di tingkat pusat, Kementerian Dalam Negeri bertanggung jawab menginisiasi program e-KTP. Di Kota Medan, instansi yang terlibat adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Asisten Pemerintahan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Bagian Hukum, Kecamatan Medan Amplas dan seluruh kelurahan di Kecamatan Medan Amplas. Adapun struktur birokrasi dan fungsinya dalam implementasi program e- KTP, Kecamatan Medan Amplas menjadi ujung tombak implementasi program e- KTP. Kecamatan Medan Amplas bertanggungjawab melakukan sosialisasi, mengorganisir masyarakat, memverifikasi data, mengentri data, mengambil foto, sidik jari dan tanda tangan wajib KTP. Setelah semua proses itu dilakukan, Kecamatan Medan Amplas menunggu hasil jadi e-KTP dari Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri yang akan diserahkan melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan. Dengan kata lain, hasil jadi e-KTP masih dicetak oleh Kementerian Dalam Negeri, untuk kemudian didistribusikan ke daerah, karena peralatan pencetak hasil jadi e- KTP hanya ada Universitas Sumatera Utara di Kementerian Dalam Negeri. Pencetakan hasil jadi e-KTP yang dimonopoli oleh Kementerian Dalam Negeri menimbulkan ekses negatif, yaitu keterlambatan dalam distribusi hasil jadi e-KTP kepada wajib KTP yang telah mengurus e-KTP di daerah. Struktur birokrasi pencetakan e-KTP yang masih panjang menyebabkan inefisiensi waktu dalam pembuatan e-KTP karena terjadinya keterlambatan distribusi e-KTP. Masyarakat mengeluhkan lamanya proses pencetakan e-KTP, bahkan untuk mendapatkan e- KTP butuh waktu satu bulan terhitung sejak mereka melakukan proses akhir pembuatan e-KTP di kecamatan. Di samping itu, hubungan atau pembagian kewenangan antar SKPD dalam pelaksanaan program e-KTP juga tidak jelas. Pemerintah Kota Medan tidak mengatur secara baku pembagian kewenangan antar SKPD dalam implementasi program e-KTP. Akibatnya, masing-masing SKPD tidak mengetahui secara jelas tanggungjawab dan kewenangannya dalam implementasi program e-KTP, terutama bagi SKPD di luar Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dan Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan. Fakta lain yang ditemukan di lapangan adalah tidak tersedianya Standard Operating Procedure SOP atau petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis juklak dan juknis e-KTP, sehingga implementor di level bawah kesulitan melaksanakan program ini. SOP diperlukan sebagai pedoman dan pengarah dalam pelaksanaan e-KTP. Melalui SOP, birokrasi di tingkat bawah memiliki panduan baku mengenai pelaksanaan e-KTP. Namun, dalam implementasi e-KTP, Departemen Dalam Negeri selaku penanggung-jawab kegiatan tersebut tidak menyediakan SOP e-KTP. Departemen Dalam Negeri hanya memberikan catatan-catatan presentasi kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Tidak tersedianya SOP pelaksanaan e-KTP mengakibatkan sulitnya petugas menginterpretasikan proses pembuatan e-KTP. Salah satu persoalan yang terjadi di Kecamatan Medan Amplas adalah tidak munculnya tanda-tangan wajib KTP di e-KTP yang sudah dicetak oleh Departemen Dalam Negeri. Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mencangkan program e-KTP atau KTP elektronik sebagai pengganti KTP kartu tanda penduduk yang telah Universitas Sumatera Utara ada. Namun apa pengertian dari e-KTP itu sendiri? e-KTP adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamananpengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional 29 1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain . Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan NIK. NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi SIM, Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk Penggunaan sidik jari e-KTP lebih canggih dari yang selama ini telah diterapkan untuk SIM Surat Izin Mengemudi. Sidik jari tidak sekedar dicetak dalam bentuk gambar format jpeg seperti di SIM, tetapi juga dapat dikenali melalui chip yang terpasang di kartu. Data yang disimpan di kartu tersebut telah dienkripsi dengan algoritma kriptografi tertentu. Proses pengambilan sidik jari dari penduduk sampai dapat dikenali dari chip kartu adalah sebagai berikut: Sidik jari yang direkam dari setiap wajib KTP adalah seluruh jari berjumlah sepuluh, tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena alasan berikut: 2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergore 3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar Selain tujuan yang hendak dicapai, manfaat e-KTP diharapkan dapat dirasakan sebagai berikut: 1. Identitas jati diri tunggal 2. Tidak dapat dipalsukan 3. Tidak dapat digandakan 4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam pemilu atau pilkada 29 http:kimwaradesa.blogspot.com201203bagaimanakah-proses-pembuatan-e-ktp.html Universitas Sumatera Utara Proses pembuatan e- KTP a. Ambil nomor antrean b. Tunggu pemanggilan nomor antrean c. Menuju ke loket yang ditentukan d. Entry data dan foto e. Pembuatan KTP selesai f. Penduduk datang ke tempat pelayanan membawa surat panggilan g. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan database h. Foto digital i. Tandatangan pada alat perekam tandatangan j. Perekaman sidik jari pada alat perekam sidik jari scan retina mata k. Petugas membubuhkan TTD dan stempel pada surat panggilan yang sekaligus sebagai tandabukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman foto tandatangan sidikjari. l. Penduduk dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil Proses Pencetakan dua Minggu setelah Pembuatan. Kegiatan persiapan penerapan e-KTP meliputi: 1. Pembentukan kelompok kerja Kelompok kerja Pokja penerapan e-KTP berkedudukan di Provinsi, KabupatenKota dan Kecamatan. Pokja Provinsi dibentuk dengan surat keputusan Gubernur, Pokja KabupatenKota dan Kecamatan dibentuk dengan surat keputusan BupatiWalikota. 2. Sosialisasi Sasaran sosialisasi penerapan e-KTP adalah instansi terkait dan penduduk. Maksud dari sosialisasi kepada instansi terkait untuk memberikan pengertian bahawa mulai tahun 2011 akan ditertibkan e-KTP yang dilengkapi chip sebagai penyimpan bidata, pas photo, tanda tangan, serta sidik jari telunjuk jari kanan dan kiri penduduk. Sosialisasi dilakukan dengan cara tatap muka, media elektronik, media cetak, spanduk, baleho, banner, dan media lainnya. 3. Penyiapan tenaga teknis pelayanan Universitas Sumatera Utara Petugas yang ditempatkan di setiap tempat pelayanan e-KTP adalah Operator, Petugas pendukung pelayanan, Petugas Supervise teknis. 4. Penyiapan tempat pelayanan Prasarana yang disediakan Pemerintah guna mendukung pendataan e-KTP adalah: a. Tempat pelayanan e-KTP 1 Disdukcapil KabupatenKota untuk WNA. 2 Kecamatan KabupaenKota untuk WNI. b. Sarana dan Prasarana tempat pelayanan e-KTP 1 Ruang yang terdiri atas ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang server, dan ruang arsip. 2 Peralatan kantor. 3 Catu daya minimal 3.000 Watt. 4 Genset, kain latar, nomor antrian, pengaturan cahaya, dan papan pengumuman Dalam pelaksanaan penerapan e-KTP ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tersebut antara lain: 1. Pendistribusian dan pemasangan perangkat e-KTP. 2. Pemasangan perangkat jaringan komunikasi data. 3. Bimbingan teknis. 4. Pendamping teknis. 5. Mobilisasi penduduk wajib e-KTP. 6. Prosedur harian pengoperasian perangkat. 7. Pelayanan verifikasi data, perekaman pas photo, tanda tangan, sidik jari, dan iris mata penduduk di tempat pelayanan e-KTP yang tetap baik statis maupun mobile. 8. Pelayanan e-KTP bagi penduduk yang datang diluar jadwal yang ditentukan atau tidak dapat datang memenuhi jadwal panggilan. 9. Pelayanan e-KTP bagi penduduk wajib KTP yang mebawa surat panggilan. Universitas Sumatera Utara 10. Pelayanan e-KTP bagi penduduk WNI wajib KTP yang belum masuk dalam database kependudukan KabupatenKota. 11. Pelayanan e-KTP bagi penduduk WNI wajib KTP berdomisili dan berasal dari KabupatenKota. 12. Data cadangan Back Up data. 13. Pengiriman data, perekaman pas photo, tanda tangan, sidik jari, dan iris mata penduduk. 14. Personalisasi blangko e-KTP. 15. Pengepakan dan pendistribusian e-KTP. 16. Pelayanan pengambilan e-KTP. Penerapan e KTP dapat diambil beberapa tanggapan atau kritikan mengenai hal ini. e-KTP ini sangat bagus untuk diterapkan di Negara Indonesia. Selain memudahkan pemerintah untuk mendata penduduk, e-KTP juga dapat memberikan keaslian yang falid atas data orang yang membuat e-KTP tersebut. Oleh karena itu, dengan e-KTP para penduduk pun tidak bisa membuat kepalsuan data pribadinya karena pembuatan e-KTP ini juga disertai sidik jari secara digital atau elektronik juga. Penduduk juga tidak bisa menduplikatkan kartu tanda penduduknya dengan data yang berbeda dikarenakan sidik jari tersebut. Jadi menurut saya penerapan e-KTP sangat efisien bila diterapkan. Orang-orang yang ingin menghilangkan data diri dan mengubahnya pun tidak bisa. Penerapan e-KTP ini memang sudah mulai diterapkan di berbagai kecamatan di provinsi Sumatera Utara khususnya Kecamatan Medan Amplas khususnya. Namun, masih banyak kendala yang menghambat pembuatan e-KTP tersebut salah satunya adalah daya listrik yang tidak cukup. Hal ini harus diperhatikan oleh pemerintah guna mempermudah melanjutkan kerja dalam penerapan e-KTP. Ditakutkan jika hal ini tidak segera ditanggapi e-KTP tidak dapat berjalan dengan lancar dan hanya fakum tanpa ada proses keja yang berjalan. Saat ini perekaman database masyarakat telah menggunakan perlengkapan informasi teknologi dan komunikasi yang handal, cepat serta didukung SDM yang sesuai, semakin memaknai, bahwa perubahan ini harus diteruskan. e-KTP membawa perubahan perbaikan buat diri, masyarakat bahkan Negara kita. Apa Universitas Sumatera Utara salahnya jika kita turut berpartisipasi di dalamnya minimal mencari tahu tentang e KTP tersebut. Selain kepada masyarakat, pemerintah juga harus aktif dalam meluncurkan pemahaman mengenai e-KTP kepada masyarakat, yaitu dengan cara mensosialisasikan melalui media cetak, media masa, ataupun secara langsung datang di tengah-tengah masyarakat. Sehingga, bagi masyarakat yang memang belum paham bahkan tidak paham sama sekali mengenai e-KTP bisa mengikuti sosialisasi tersebut. Oleh karena itu, hal ini juga kembali ditekankan kepada masyarakat untuk memiliki kesadaran dalam berpartisipasi membangun sebuah perubahan. Selain itu, pesan juga untuk pengurus proyek e-KTP ini, harus dilakukan perincian dana yang dibutuhkan, dikeluarkan, serta dana yang masuk agar jelas penggunaannya dan tidak timbul suatu masalah baru yang mungkin dapat menghambat perkembangan e-KTP tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB IV HAMBATAN DALAM PENDATAAN ELEKTRONIK KARTU TANDA PENDUDUK E-KTP DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. Gambaran Umum Kecamatan Medan Amplas