a. Medan Johor di sebelah barat
b. Kota Deli Serdang di timur
c. Kota Deli Serdang di selatan
d. Medan Kota dan Medan Denai di utara.
Pada tahun 2010 kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 88.638 jiwa. Luasnya adalah 11,19 km² dan kepadatan penduduknya adalah 7.921,18
jiwakm². Kecamatan ini mempunyai 7 kelurahan, adalah:
a. Amplas
b. Sitirejo
c. Sitirejo III
d. Timbang Deli
e. Harjosari
f. Harjosari II
g. Bangun Mulia
B. Hambatan Dalam Penerapan e-KTP di Kecamatan Medan Amplas
Sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-undang No. 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan bahwa Pemerintah wajib memberikan NIK
kepada setiap warga Negara Indonesia serta mencantumkannya dalam dokumen kependudukan dan juga Nomor Induk Kependudukan sebagai dasar penerbitan
paspor, NPWP, Polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya menjadi dasar dalam menertibkan administrasi di Indonesia.
Tempat pelaksanaan pelayana e-KTP di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil KabupatenKota dan Kecamatan Kota. Dengan menerapkan Sistem Penerapan e-
KTP yang sesuai dengan Undang-undang dan SOP diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik dan pemanfaatan
peralatan e-KTP menjadi maksimal.
Sebagai negara hukum, setiap penyelengaraan urusan pemerintahan harus berdasarkan pada hukum yang berlaku termasuk dalam pembuatan kebijakan
program pengadaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik e-KTP. Pentingnya suatu
Universitas Sumatera Utara
peraturan daerah dalam melaksanakan urusan rumah tangga daerah diungkapkan I Gde Pantja Astawa dalam bukunya “Problematika Hukum Otonomi Daerah di
Indonesia” sebagai berikut: “. . . daerah berhak membuat keputusan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang kemudian antara lain diberi nama Peraturan
Daerah Perda. Dengan demikian, kehadiran ataupun keberadaan Perda menjadi sesuatu yang mutlak dalam mengatur urusan rumah tangga daerah.”
31
Pemikiran Otonomi Daerah, Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa” yaitu: Peraturan daerah sebagai hukum berupakan bentuk
hukum tertulis yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat mengikat umum. Di dalam masyarakat daerah, peraturan daerah dibentuk dengan tujuan mengatur
masyarakat di suatu daerah secara umum agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan agar mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
Hal yang sejenis juga dikemukakan oleh Hari Sabarno dalam bukunya “
32
Meskipun launching peluncuran penerapan program Kartu Tanda Penduduk KTP Elektronik di Kecamatan Medan Amplas sudah dilakukan 5
. Hambatan-hambatan yang ada dalam usaha memecahkan masalah
kepadatan penduduk. Penduduk di hampir semua negara berkembang termasuk Indonesia selama berabad-abad hidupnya telah dipengaruhi oleh nilai, norma dan
adat istiadat yang bersifat positif terhadap sikap dan tingkah laku yang menginginkan anak banyak. Struktur kehidupan politik, ekonomi, sosial dan
budaya agama telah memantapkan kehidupan pribadi. Untuk dapat merubah sikap dan tingkah laku tersebut menjadi sikap dan tingkah laku untuk menyenangi
dan menginginkan anak sedikit diperlukan program pendidikan dan program- program pemberian motivasi lainnya.
Program e-KTP di tujuh Keluarahan masih terkendala pasokan listrik. Kami menunggu kesiapan prasarana listrik, baru dilanjutkan, ujar Sekretaris
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Disdukcatpil
31
I Gde Pantja Astawa, 2008, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, Bandung: Alumni, hal 265
32
Hari Sabarno, 2008, Untaian Pemikiran Otonomi Daerah Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa, Jakarta: Sinar Grafika, hal 196
Universitas Sumatera Utara
Oktober lalu, menurutnya, diakuinya ada beberapa kendala penting di lapangan. Misalnya ia menunjuk jatah alat dari pusat sebanyak 43, baru datang 24 item.
Seperti yang telah dikemukakan dalam landasan teori dari penelitian ini, khususnya mengenai efektifitas peraturan perundang-undangan yang
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Penegakan Hukum, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keefektifan dari pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Tidak terkecuali juga di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan terkait mengenai pelaksanaan program KTP berbasis elektronik di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut.
33
Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain:
34
1. Faktor hukumnya sendiri,
2. Faktor penegak hukumnya,
3. Faktor Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
4. Faktor masyarakat,
5. Faktor kebudayaan.
Adapun hambatan dalam proses program e-KTP berbasis NIK antara lain sebagai berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri.
Segala sesuatu yang terkandung dalam unsur-unsur hukum utamanya peraturan perundang-undangan baik berupa Peraturan Daerah Maupun Surat
Keputusan Bupati harus mampu mengikuti perkembangan masyarakat yang diaturnya, agar hukum yang diaturnya tidak tertinggal dengan perubahan yang
dialami oleh objek dari hukum itu sendiri. Dihubungkan dengan pelaksanaan e- KTP di Kecamatan Amplas Kota Medan, peraturan perundang-undangan baik
berupa Peraturan Daerah Maupun Surat Keputusan Walikota harus dapat
33
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta Rajawali Pers, 2012 hal 8.
34
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memenuhi dan mengikuti perkembangan masyarakat yang diaturnya, yakni penduduk wilayah Kecamatan Amplas Kota Medan.
Peraturan-peraturan yang termuat di dalamnya harus sesuai dengan perkembangan teknologi terkini yang telah dialami oleh sebagian besar penduduk
di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. Melihat peraturan perundang- undangan yang telah dibuat oleh pemerintah Kecamatan Amplas Kota Medan,
dapat diketahui bahwa pemerintah Kecamatan Medan Amplas Kota Medan telah dapat memenuhi syarat faktor hukum dalam upaya mengefektifkan peraturan
perundang-undangan.
2. Faktor penegak hukumnya
Pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum. Mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum Kecamatan Medan Amplas
Kota Medan memainkan peranan penting dalam proses berfungsinya hukum di Kecamatan Amplas Kota Medan. Bila peraturannya sudah sesuai dengan kaedah
hukum yang baik namun kualitas petugasnya kurang baik, akan timbul ketimpangan dalam penegakan hukum yang diterapkan, kemungkinan tidak
efektifnya suatu peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh penegak hukum yang kurang professional merupakan suatu permasalah yang harus dicari
penyelesaiannya demi tercapainya tujuan dari hukum yang dibentuk. Selain itu, koordinasi antar instansi dalam upaya untuk memaksimalkan
penegakan hukum juga harus dilakukan secara rutin agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelaksanaannya. Timbulnya kelakuan penegak hukum yang
melampaui wewenangnya sering disebabkan karena rendahnya kualitas pemahaman penegak hukum tersebut dalam melaksanakan tugasnya yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari peraturan yang dibuat. Dihubungkan dengan pelaksanaan program e-KTP, aparat Pemerintah Daerah Kecamatan
Medan Amplas Kota Medan dan pelaksana teknis lapangan yang diberikan wewenang dalam pelaksanaan program tersebut di Kecamatan Amplas Kota
Medan oleh undang-undang memiliki peranan yang sangat besar dalam proses dan upaya pencapaian target dari program tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan berupa kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait. Beliau menyatakan bahwa dalam pelaksanaan program e-KTP di Kecamatan
Amplas Kota Medan, jarang dilakukan koordinasi dengan pihak atau instansi lain, mengingat hampir semua bagian dalam pelaksanaan program ini ditanggung oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, sehingga semua beban ditanggung penuh oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, kiranya akan lebih baik
bila Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan koordinasi dengan dinas lain yang terkait sehingga hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dapat
segera diatasi dengan adanya koordinasi yang baik antar instansi terkait.
35
Koordinasi merupakan usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan dari satuan kerja organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang
bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi yang diperlukan guna mencapai tujuannya.”
36
3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
Timbulnya kelakuan penegak hukum yang melampaui wewenangnya sering disebabkan karena rendahnya kualitas pemahaman penegak
hukum tersebut dalam melaksanakan tugasnya yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari peraturan yang dibuat. Dihubungkan dengan pelaksanaan
program e-KTP, aparat Pemerintah Daerah dan pelaksana teknis lapangan yang diberikan wewenang dalam pelaksanaan program tersebut di Kota Medan oleh
undang-undang memiliki peranan yang sangat besar dalam proses dan upaya pencapaian target dari program tersebut.
Salah satu perangkat lunak yang digunakan dalam pelaksanaan program e- KTP adalah program aplikasi pencatat dan perekam sidik jari dan lensa mata.
Perangkat kerasnya misalnya alat perekam sidik jari, kursi untuk masyarakat yang di data, kamera untuk menyimpan foto dan lain-lain. Jumlah sarana dan fasilitas
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program tersebut di Kecamatan Amplas Kota Medan sudah mencukupi dengan jumlah sarana dan fasilitas yang dibutukan
dalam pelaksanaan kebijakan program e-KTP di Kecamatan Medan Amplas Kota
35
Wawancara dengan Kabag Kependudukan Kec. Medan Amplas
36
Handayaningrat, Soewarno, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional , Jakarta : Gunung Agung, 1986 hal 120
Universitas Sumatera Utara
Medan sebagaimana yang telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Faktor keempat yakni masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan. Salah satu indikator lainnya yang menentukan keefektifan suatu peraturan perundang-undangan adalah derajat kepatuhan hukum masyarakat di
mana peraturan tersebut diterapkan. Sikap dan kesadaran masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam upaya penegakan dan efektifitas hukum.
Tidak semua masyarakat dapat memiliki nilai kesadaran hukum yang sama satu dengan yang lain. Ada masyarakat yang tingkat kepatuhannya dapat
dikategorikan tinggi, rendah, maupun sedang. Perbedaan taraf kesadaran hukum dalam masyarakat menimbulkan problema dalam upaya berfungsinya hukum
dalam masyarakat itu sendiri. Kesadaran masyarakat yang tinggi memungkinkan tercapainya tujuan hukum yang berarti hukum itu telah berlaku efektif dalam
masyarakat. Dalam pelaksanaan program e-KTP yang dilakukan Pemerintah Daerah Kecamatan Medan Amplas Kota Medan, tidak terlepas dari masalah-
masalah dan kendala yang dihadapi baik dalam bentuk formal maupun informal. Permasalahan-permasalahan dan kendala tersebut tentunya dapat menghambat dan
memperlambat kinerja pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya, dalam hal ini adalah kebijakan pengadaan program e-KTP itu sendiri, sehingga diperlukan
beberapa strategi dan upaya-upaya untuk pencapaian tujuan yang dimaksud. Permasalahan tersebut cenderung condong lebih mengarah kepada
kesadaran dan minat masyarakat untuk melaksanakan pendataan dalam upaya pelaksanaan program KTP berbasis NIK e-KTP yang masih rendah, padahal
pemerintah selaku pelaksana dan penanggung jawab program e-KTP sudah mengirimkan surat panggilan kepada tiap-tiap penduduk yang memenuhi syarat
membuat KTP untuk datang ke kantor Kecamatan. Kurangnya minat dan kesadaran masyarakat dalam mengikuti program e-
KTP dapat dilihat dari terhambatnya penyelesaian program e-KTP di Kecamatan Medan Amplas. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena kurangnya sosialisasi
secara lebih intensif yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Medan Amplas Kota Medan kepada penduduk.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Kepala Seksi Pindah datang Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, diperoleh data bahwa pemerintah Kecamatan Medan
Amplas Kota Medan hanya melakukan sosialisasi dua kali dengan mengundang seluruh aparatur pemerintahan dan tokoh masyarakat untuk mendengar sosialisasi
dari pihak Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kecamatan Medan Amplas Kota Medan di Balai Budaya Kecamatan Medan Amplas Kota Medan
37
4. Faktor masyarakat
Lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Salah satu indikator lainnya yang menentukan keefektifan suatu peraturan perundang-
undangan adalah derajat kepatuhan hukum masyarakat di mana peraturan tersebut diterapkan. Sikap dan kesadaran masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam
upaya penegakan dan efektifitas hukum. Tidak semua masyarakat dapat memiliki nilai kesadaran hukum yang sama satu dengan yang lain. Ada masyarakat yang
tingkat kepatuhannya dapat dikategorikan tinggi, rendah, maupun sedang. Perbedaan taraf kesadaran hukum dalam masyarakat menimbulkan
problema dalam upaya berfungsinya hukum dalam masyarakat itu sendiri. Kesadaran masyarakat yang tinggi memungkinkan tercapainya tujuan hukum
yang berarti hukum itu telah berlaku efektif dalam masyarakat. Pentingnya partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam menunjang keefetifan suatu peraturan
perundang-undangan juga diutarakan Wahyudi Kumorotomo dalam bukunya “Etika Administrasi Negara”.
38
a. Ada rasa kesukarelaan,
Syarat-syarat warga negara yang disebut berpartisipasi, beliau menyatakan bahwa syarat utama warga negara disebut
sebagai berpartisipasi dalam kegiatan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan yaitu:
b. Ada keterlibatan secara emosional,
c. Memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari
keterlibatannyasehingga penerapan suatu peraturan perundang-undangan
37
Wawancara dengan Kabag Kependudukan Kec. Medan Amplas
38
Kumorotomo, Wahyudi, Etika Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001 hal 111.
Universitas Sumatera Utara
akan terlaksana bila masyarakatnya telah mampu memenuhi ketiga syarat tersebut di atas.
39
5. Faktor kebudayaan
Sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya,
oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas pengakan hukum. Kelima faktor tersebut dapat dipakai untuk
mengetahui bagaimana keberhasilan penegakan hukum dalam masyarakat termasuk dalam pelaksanaan program e-KTP di Kecamatan Medan Amplas.
Dalam pelaksanaan program e-KTP, kendala yang dihadapi oleh petugas di lapangan adalah rendahnya kemauan masyarakat untuk datang ke kantor camat
karena alasan ekonomi. Selain itu kondisi ini jadi makin sulit karena minimnya personel perangkat Kelurahan dalam mengorganisir masyarakat wajib KTP yang
ada di setiap Kelurahan untuk datang ke kantor camat serta jarak dari Kelurahan ke kantor camat yang cukup jauh. Jarak yang cukup jauh antara rumah masyarakat
dan kantor camat mengurangi antusiasme warga datang ke kantor camat untuk mengurus e-KTP.
40
Faktor ini yang menjadi sangat berpengaru terhadap peningkatan pelayanan publik di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan kerana pelayanan
yang tujuannya meningkatkan tarap hidup masyarakat ini di jadikan ujun tombak terhadap program pemerintah kebanyakan masyarakat masi kurang paham
terhadap kegunaan e-KTP Masyarakat di sini kurang memikirkan e-KTP kerana pelayannan di Kelurahan tidak selalu memakai e-KTP hanyalah di saat tertentu
contohnya, bila tiba pemeiliahan umum kepala daerah tetapi berbeda dengan masyarakat perkotaan di mana kegunaan e-KTP sangat lak tinggi di mna banyaka
pengurusa yang berkaitan dengan pemerintah meupun swastah harus memiliki yang di namakan dengan e-KTP berawal dengan pengurusan Sim, Kredit, Data
Base, Domisili,Tanda pengenal.
39
Sadu Wasistiono, “Desentralisasi, Demokrasi dan Good Governance” dalam Syamsuddin Haris ed;Desentralisasi Otonomi Daerah, LIPI, 2007 hal 57.
40
Wawancara dengan Kabag Kependudukan Kec. Medan Amplas
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaan program e-KTP, kendala yang dihadapi oleh petugas di lapangan adalah rendahnya kemauan masyarakat untuk datang ke kantor camat
karena alasan ekonomi. Selain itu kondisi ini jadi makin sulit karena minimnya personel perangkat Kelurahan dalam mengorganisir masyarakat wajib KTP yang
ada di setiap Kelurahan untuk datang ke kantor camat serta jarak dari Kelurahan ke kantor camat yang cukup jauh. Jarak yang cukup jauh antara rumah masyarakat
dan kantor camat mengurangi antusiasme warga datang ke kantor camat untuk mengurus e-KTP.
Selain itu, diharapkan juga kepada warga masyarakat untuk memiliki kesadarannya dalam pembuatan e-KTP ini yaitu dengan cara berbondong-
bondong datang ke tempat pembuatan e-KTP tersebut tanpa harus disuruh. Dengan demikian pengurus dalam pembuatan e-KTP ini tidak terlalu kerepotan
dalam pemberiaan jadwal kepada penduduk untuk membuat e-KTP tersebut. Terhadap masyarakat yang datang berbondong- bondong membuat e-KTP, sadar
maupun tidak, bahwa mereka telah ikut mewarnai makna perubahan yang terjadi. Mereka telah berani membawa sikap positif terhadap perubahan. Mungkin
sebagian mereka berpikir, agar diakui oleh pemerintah kewarganegaraannya dengan ber-KTP nasional bahkan mereka ingin mengikuti dan merasakan
perkembangan zaman. Merekalah yang dengan segala keterbatasannya rela menghilangkan pikiran negatif terhadap perubahan yang terjadi.
Namun bagi mereka yang acuh, terhadap perubahan ini, harus siap dengan yang masalah yang timbul dari perubahan ini. Mungkin urusan administrasi
kependudukan, terutama data mereka menjadi tersendat dalam prosesnya, dibanding dengan yang sudah memiliki e-KTP. Atau mereka tidak mendapatkan
beberapa layanan dari pemerintah dan swasta dikarenakan data pribadi yang sudah tidak tersistem di database nasional. Inilah sebuah perubahan yang dilakukan oleh
pemerintah. Perubahan tidak dapat dihindari, tetapi perubahan harus dihadapi, untuk dibuat menjadi sesuatu yang berarti.
Universitas Sumatera Utara
C. Upaya yang dilakukan Dalam mengatasi hambatan dalam Proses e-KTP di Kecamatan Medan Amplas