Jenis-Jenis Eksekusi Analisis Yuridis Kekuatan Eksekutorial Jaminan Fidusia Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor Yang Telah Didaftarkan (Studi Pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian eksekusi dalam perkara perdata adalah upaya kreditur untuk merealisasikan haknya secara paksa jika debitur tidak secara sukarela memenuhi kewajibannya yang tidak hanya putusan hakim saja, tetapi juga pelaksanaan grosse akta serta pelaksanaan putusan dari institusi yang berwenang atau bahkan kreditur secara langsung.

B. Jenis-Jenis Eksekusi

Pada dasarnya ada 2 bentuk eksekusi ditinjau dari sasaran yang hendak dicapai oleh hubungan hukum yang tercantum dalam putusan pengadilan, yaitu melakukan suatu tindakan nyata atau tindakan riil yang disebut dengan eksekusi riil, dan melakukan pembayaran sejumlah uang yang disebut dengan eksekusi pembayaran uang. 39 Menurut M. Yahya Harahap, ada 2 jenis dari eksekusi yaitu: 40 1. Eksekusi Riil. Eksekusi riil adalah eksekusi yang menghukum kepada pihak yang kalah dalam perkara untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Misalnya: menyerahkan barang, mengosongkan tanah atau bangunan, membongkar, menghentikan suatu perbuatan tertentu dan lain-lain sejenis itu. Eksekusi ini dapat dilakukan secara langsung dengan perbuatan nyata sesuai dengan amar putusan tanpa melalui proses pelelangan. 39 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm. 20. 40 Ibid., 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Apabila orang yang dihukum itu tidak mau memenuhi surat perintah hakim untuk mengosongkan benda tetap itu, maka hakim akan merintahkan kepada Jurusita dengan bantuan Panitera pengadilan untuk mengosongkannya. Jika perlu dengan bantuan alat hukum negara, agar barang tetap itu dikosongkan oleh orang yang dihukum beserta keluarganya. 2. Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang. Eksekusi pembayaran sejumlah uang adalah eksekusi yang mengharuskan kepada pihak yang kalah untuk melakukan pembayaran sejumlah uang terdapat pada Pasal 208 R.Bg. Eksekusi ini adalah kebalikan dari eksekusi riil dimana pada eksekusi bentuk kedua ini tidaklah dapat dilakukan secara langsung sesuai dengan amar putusan seperti pada eksekusi riil, melainkan haruslah melalui proses pelelangan terlebih dahulu dikarenakan yang akan dieksekusi adalah sesuatu yang bernilai uang. Apabila seseorang enggan untuk dengan sukarela memenuhi bunyi putusan dimana ia dihukum untuk membayar sejumlah uang, maka sebelum putusan dijatuhkan telah dilakukan sita jaminan, maka setelah sita jaminan itu dinyatakan sah dan berharga menjadi sita eksekutorial, kemudian eksekusi dilakukan dengan cara melelang barang milik orang yang dikalahkan. Sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar menurut putusan hakim, ditambah biaya sehubungan dengan pelaksanaan putusan tersebut. 41 41 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, op.cit, hlm. 1. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Berdasarkan obyeknya, eksekusi dapat dibedakan menjadi : 1. Eksekusi Putusan Hakim. 2. Eksekusi Benda Jaminan. 3. Eksekusi Grosse Akta. 4. Eksekusi terhadap sesuatu yang mengganggu hak dan kewajiban. 5. Eksekusi Surat Peryataan bersama. 6. Eksekusi Surat Paksa. Berdasarkan prosedurnya, dapat dibedakan menjadi: 1. Eksekusi putusan hakim yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang. 2. Eksekusi Riil, dapat dibedakan menjadi : a. Eksekusi Riil terhadap putusan hakim untuk mengosongkan suatu benda tetap dan menyerahkan kepada yang berhak. b. Eksekusi Riil terhadap obyek lelang. Eksekusi Riil berdasarkan Undang-undang, diatur dalam di pasal 666 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. c. Eksekusi Riil berdasarkan perjanjian. Perjanjian dengan kuasa dan perjanjian dengan penegasan terhadap piutang sebagai jaminan dan benda miliknya sendiri. 3. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan perbuatan, mengingat dalam perkara perdata tidak boleh dilakukan siksaan badan. Maka eksekusi ini perbuatan yang harus dilakukan dapat dinilai dengan sejumlah uang. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 4. Eksekusi dengan pertolongan hakim, yaitu eksekusi atas grosse akta. 5. Pareta eksekusi atau eksekusi langsung. 6. Eksekusi dengan penjualan dibawah tangan, yang dimaksud disini adalah eksekusi dilakukan dengan penjualan dibawah tangan sebagaimana telah diperjanjikan sebelumnya. 7. Penjualan di pasar atau bursa. Dalam hal obyek jaminan gadai atau fidusia adalah barang perdagangan atau efek yang dapat diperdagangkan atau dijual dipasar atau bursa, maka jika debitor wanprestasi, maka pihak kreditor pemegang gadai fidusia dapat menjual obyek jaminan gadai atau fidusia dipasar bursa. Terdapat pada Pasal 1155 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan Pasal 31 Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. 8. Eksekusi berdasarkan ijin hakim. Eksekusi berdasarkan ijin hakim. Dalam hal debitor wanprestasi, pemegang gadai dapat mengajukan permohonan kepada hakim untuk menentukan cara penjualan obyek gadai atau menentukan suatu jumlah uang tertentu sebagai harga barang yang harus dibayar oleh penerima gadai kepada pemberi gadai, selanjutnya obyek gadai pemberi gadai, selanjutnya obyek gadai menjadi milik penerima gadai sesuai dengan Pasal 1156 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Menurut Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, pembagian jenis eksekusi meliputi: 42 1. Eksekusi pembayaran sejumlah uang. 2. Eksekusi yang menghukum seseorang melakukan sesuatu perbuatan. 3. Eksekusi Riil yang dalam praktek banyak dilakukan tetapi tidak diatur di dalam peraturan perundang-undangan. Sudikno Mertokusumo juga mengemukakan jenis-jenis eksekusi sebagai berikut: 43 1. Eksekusi putusan yang menghukum untuk membayar sejumlah uang. Diatur di dalam Pasal 208 Rbg. 2. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Diatur di dalam Pasal 259 Rbg. Pasal tersebut mengatur pelaksanaan putusan hakim yang telah ditetapkan dimana seseorang dihukum untuk melakukan suatu perbuatan dan wajib untuk dilakukannya. Misalnya: memperbaiki pagar, pekarangan rumah serta saluran air yang telah dirusak olehnya, memasang kembali pipa gas yang karena kesalahannya untuk telah diangkat dan lain sebagainya. Perbuatan semacam itu tidak dapat dilaksanakan dengan cara paksa. Seandainyapun ada penghukuman uang paksa untuk tiap hari keterlambatan memperbaiki misalnya, tergugat dihukum untuk membayar uang paksa sebesar Rp. 1000,- 42 Ibid., hlm. 130. 43 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hal 210. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD apabila tergugat tidak mau membayarnya, maka ia tidak dapat dipaksakan untuk melakukannya. Tidak dapat misalnya tergugat telah dibawa ke kantor polisi untuk ditahan, tidak dapat misalnya disuruh untuk mengerjakan apa yang ia harus kerjakan itu dengan ditodong atau ditunggu atau diawasi oleh pihak yang berwajib. 44 3. Eksekusi Riil, yaitu pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan untuk melakukan pengosongan benda tetap. Telah diatur di dalam Pasal 1033 RV. Dalam pelaksanaan eksekusi tersebut, ada beberapa proses tahapan yang harus dilewati, antara lain: 1. Eksekusi Riil Menjalankan eksekusi riil adalah merupakan tindakan nyata yang dilakukan secara langsung guna melaksanakan apa yang telah dihukumkan dalam amar putusan, dengan tahapan: a. Adanya permohonan dari penggugat pemohon eksekusi kepada Ketua Pengadilan Terdapat pada Pasal 207 ayat 1 R.Bg. b. Adanya peringatan aanmaning dari Ketua Pengadilan kepada termohon eksekusi agar ianya dalam waktu yang telah ditentukan berdasarkan putusan pengadilan yang tetap yaitu tidak lebih dari 8 delapan hari dari sejak aanmaning dilakukan, melaksanakan isi putusan tersebut secara sukarela Terdapat pada Pasal 207 ayat 2 R.Bg, dengan cara: 44 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, op.cit, hlm. 127-128. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 1 Melakukan pemanggilan terhadap termohon eksekusi dengan menentukan hari, tanggal, jam dan tempat. 2 Memberikan peringatan jika ia datang, yaitu dengan cara: a Dilakukan dalam sidang insidentil yang dihadiri Ketua Pengadilan, Panitera dan termohon eksekusi. b Dalam sidang tersebut diberikan peringatan atau teguran agar termohon eksekusi dalam waktu 8 delapan hari untuk melaksanakan isi putusan tersebut. c Membuat berita acara sidang insidentil aanmaning, yang mencatat peristiwa yang terjadi dalam persidangan tersebut. d Berita acara sidang aanmaning tersebut akan dijadikan bukti bahwa kepada termohon eksekusi telah dilakukan peringatan atau teguran untuk melaksanakan amar putusan secara sukarela, yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam mengeluarkan perintah eksekusi. Apabila setelah dipanggil secara patut, termohon eksekusi ternyata tidak hadir dan ketidak hadirannya disebabkan oleh halangan yang sah dapat dipertanggung jawabkan, maka ketidak hadirannya masih dapat dibenarkan dan ianya harus dipanggil kembali untuk di aanmaning. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Akan tetapi apabila ketidak hadirannya itu tidak ternyata adanya alasan yang sah tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka termohon eksekusi harus menerima akibatnya, yaitu hilangnya hak untuk dipanggil kembali dan hak untuk di aanmaning serta Ketua Pengadilan terhitung sejak termohon eksekusi tidak memenuhi panggilan tersebut, dapat langsung mengeluarkan surat penetapan beschikking tentang perintah menjalankan eksekusi. c. Setelah tenggang waktu 8 delapan hari ternyata termohon eksekusi masih tetap tidak bersedia melaksanakan isi putusan tersebut secara sukarela, maka ketua pengadilan mengeluarkan penetapan dengan mengabulkan permohonan pemohon eksekusi dengan disertai surat perintah eksekusi, dengan ketentuan: 1 Berbentuk tertulis berupa penetapan beschikking. 2 Ditujukan kepada Panitera atau Jurusita ataupun Jurusita Pengganti. 3 Berisi perintah agar menjalankan eksekusi sesuai dengan amar putusan. d. Setelah menerima perintah menjalankan eksekusi dari Ketua Pengadilan, maka Panitera atau Jurusita atau Jurusita Pengganti merencanakan atau menentukan waktu serta memberitahukan tentang eksekusi kepada termohon eksekusi, Kepala Desa, Lurah, Kecamatan, ataupun Kepolisian setempat. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD e. Proses selanjutnya, pada waktu yang telah ditentukan, Panitera atau Jurusita atau Jurusita Pengganti langsung ke lapangan guna melaksanakan eksekusi dengan ketentuan: 1 Eksekusi dilaksanakan oleh Panitera atau Jurusita atau Jurusita Pengganti Terdapat pada Pasal 209 ayat 1 R.Bg. 2 Eksekusi dibantu oleh 2 dua orang saksi Terdapat pada Pasal 200 R.Bg, dengan syarat-syarat: a Warga Negara Indonesia. b Berusia minimal 21 Tahun. c Dapat Dipercaya. 3 Eksekusi dijalankan di tempat dimana barang obyek itu berada. 4 Membuat berita acara eksekusi, dengan ketentuan memuat: a Waktu hari, tanggal, bulan, tahun dan jam pelaksanaan. b Jenis, letak, ukuran dari barang yang dieksekusi. c Tentang kehadiran termohon eksekusi. d Tentang pengawas barang obyek yang dieksekusi. e Penjelasan tentang Niet Bevinding barang atau obyek yang tidak diketemukan atau tidak sesuai dengan amar putusan. f Penjelasan tentang dapat atau tidaknya eksekusi dijelaskan. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD g Keterangan tentang penyerahan barang obyek kepada pemohon eksekusi. h Tanda tangan Panitera atau Jurusita atau Jurusita Pengganti eksekutor, 2 dua orang saksi yang membantu menjalankan eksekusi. Kepala Desa, Lurah, atau Camat dan termohon eksekusi itu sendiri. Untuk tanda tangan Kepala Desa atau Lurah atau Camat dan termohon eksekusi tidaklah merupakan keharusan. Artinya tidaklah mengakibatkan tidak sahnya eksekusi, akan tetapi akan lebih baik jika mereka turut tanda tangan guna menghindari hal-hal yang tidak diingini. 5 Memberitahukan isi berita acara eksekusi kepada termohon eksekusi Terdapat pada Pasal 209 R.Bg, yang dilakukan ditempat dimana eksekusi dijalankan jika termohon eksekusi hadir pada saat eksekusi dijalankan, atau ditempat kediamannya jika termohon eksekusi tidak hadir pada saat eksekusi dijalankan. 2. Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang. Untuk sampai pada realisasi penjualan lelang sebagai syarat dari eksekusi pembayaran sejumlah uang, maka eksekusi tersebut perlu melalui proses tahapan sebagai berikut : 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD a. Adanya permohonan dari pemohon eksekusi kepada Ketua Pengadilan. b. Adanya peringatan atau teguran aanmaning dari Ketua Pengadilan kepada termohon eksekusi agar ianya dalam waktu tidak lebih dari 8 delapan hari, sejak aanmaning dilakukan, melaksanakan amar putusan. c. Setelah masa peringatan atau teguran aanmaning dilampaui, termohon eksekusi masih tetap tidak memenuhi isi putusan berupa pembayaran sejumlah uang, maka sejak saat itu ketua pengadilan secara ex afficio mengeluarkan surat penetapan beschikking berisi perintah kepada paniterajurusitajurusita pengganti untuk melakukan sita eksekusi executorial beslag terhadap harta kekayaan jika sebelumnya tidak diletakkan sita jaminan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Pasal 208 R.Bg tata cara sita eksekusi hampir sama dengan sita jaminan. d. Adanya perintah penjualan lelang, dilanjutkan dengan penjualan lelang setelah terlebih dahulu dilakukan pengumuman sesuai dengan ketentuan pelelangan. Lalu diakhiri dengan penyerahan uang hasil lelang kepada pemohon eksekusi.

C. Dasar Hukum Pelaksanaan Eksekusi

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PAD DAN DAMPAKNYA BAGI PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3 110 9

Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan (Studi Kasus di Bank HSBC Wilayah Medan)

3 58 100

Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan

5 41 117

Analisis Yuridis Fungsi Dan Peranan Kantor Pendaftaran Fidusia Ditinjau Dari Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia (Suatu Penelitian Di Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

0 54 140

Analisa Hukum Terhadap Kekuatan Eksekutorial Sertipikat Jaminan Fidusia (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia)

4 24 95

Akibat Hukum Bagi Para Pihak Dengan Adanya Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Dalam Perjanjian Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Suatu Tinjauan Yuridis Atas UU Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia).

0 4 29

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERUPA KENDARAAN BERMOTOR YANG DIDAFTARKAN SETELAH ADANYA WANPRESTASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 0 2

Analisis Yuridis Kekuatan Eksekutorial Jaminan Fidusia Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor Yang Telah Didaftarkan (Studi Pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Kekuatan Eksekutorial Jaminan Fidusia Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor Yang Telah Didaftarkan (Studi Pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

0 0 13

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA A. Sejarah dan Pengertian Jaminan Fidusia - Analisis Yuridis Kekuatan Eksekutorial Jaminan Fidusia Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor Yang Telah Didaftarkan (Studi Pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum Dan HAM Sum

0 0 14