Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
27
VI. Ekonomi ASEAN: Peningkatan Instabilitas, Perlambatan Pertumbuhan
Stabilitas ekonomi makro ASEAN secara umum memburuk dilihat dari meningkatnya inflasi di beberapa negara anggota dan
melemahnya mata uang pada hampir semua negara kawasan. Demikian juga indeks harga saham gabungan kawasan banyak yang
merosot, sehingga laju pertumbuhan ekonomi kawasan cenderung menurun.
Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013 cenderung meningkat terutama untuk negara Indonesia
8,79, Vietnam 7,50 dan Laos 7,43. Indonesia mengalami tekanan tinggi pada inflasi terutama diakibatkan dari terganggunya
pasokan sejumlah komoditas pangan seperti bawang merah, cabai, daging sapi dan daging ayam serta momentum penyesuaian harga
Bahan Bakar Minyak BBM yang berdekatan dengan hari besar keagamaan serta tahun ajaran baru pendidikan dasar, menengah
dan perguruan tinggi. Sementara inflasi tinggi yang terjadi di Vietnam terutama didorong oleh dampak penuh dari implementasi
penyesuaian harga BBM yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 diiringi dengan peningkatan biaya oleh otoritas terkait pada biaya
kesehatan, biaya pendidikan, biaya air rumah tangga serta biaya transportasi umum. Kebijakan bank sentral yang lemah diiringi
dengan pelayanan perbankan umum yang masih sangat terbatas
Tabel 5 : Estimasi PDB YoY, dalam
Sumber: Data primer, diolah 2013
Tabel 6 : Estimasi Inflasi YoY, dalam
Sumber: Data primer, diolah 2013
Tabel 7 : Estimasi Nilai Tukar rupiah terhadap dolar AS IDR per USD
Sumber: Data primer, diolah 2013
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
28
menyebabkan aktivitas perbankan yang dapat menjadi penyeimbang terhadap kecenderungan peningkatan harga menjadi
berjalan tidak optimal di Vietnam. Lonjakan tingkat inflasi di beberapa negara utama di ASEAN ini ditindaklanjuti dengan
berbagai kebijakan moneter oleh bank sentral masing-masing negara serta kebijakan price pegging oleh otoritas terkait pada
beberapa sektor di Vietnam terutama pada biaya layanan kesehatan.
Tanda-tanda instabilitas ekonomi di negara ASEAN juga terekam pada aktivitas di pasar saham maupun nilai tukar mata uang. Pasca
Krisis Keuangan Global 2008-2009, terlihat bahwa hampir semua negara anggota mengalami pertumbuhan pada harga-harga saham
hingga tahun 2012. Namun, hingga transaksi per-30 Agustus 2013 terdapat 7 dari 10 negara ASEAN mengalami penurunan
pertumbuhan harga saham yang menunjukkan bahwa adanya kecenderungan keluarnya arus modal para investor dari negara-
negara ASEAN akibat ekonomi Amerika Serikat mengirimkan sinyal perbaikan ekonomi serta antisipasi kebijakan tapering the Fed
sementara persepsi para pelaku bisnis terhadap ekonomi ASEAN tidak terlalu baik. Ketersediaan modal yang mengering diiringi
dengan neraca pembayaran yang mengalami defisit di beberapa negara mendorong terjadinya juga pelemahan pada nilai tukar mata
uang tercatat hingga 30 Agustus 2013, seluruh mata uang negara
Gambar 19: N21 : Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN Tahun 2000-Agustus 2013 yoy, dalam
Kekanan inflasi meningkat
Sumber: Sumber: Bloomberg 2013
Catatan: Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8 dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
29
Tabel 9 : Indeks Saham Negara ASEAN: 2009-3082013 yoy, dalam
Pasar Saham Menunjukkan Pelemahan: Arus Balik Modal Asing
Sumber: Bloomberg 2013
Tabel 8: Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013 yoy, dalam
Nilai Tukar Mata Uang Negara ASEAN Cenderung Melemah
Sumber: Bloomberg 2013
Catatan : 2013 = 30 Agustus 2013 Myanmar pada tahun 2012 mengalami penyesuaian nilai mata uang
anggota ASEAN mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat USD. Pelemahan mata uang terutama pada negara-negara
utama ASEAN ASEAN-5 seperti Indonesia dan Malaysia yang memiliki pangsa ekonomi yang besar diperkirakan akan
memberikan dampak pada ekonomi ASEAN secara keseluruhan.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota Association of South East Asian Nation ASEAN menunjukkan kecenderungan
perlambatan selama tengah tahun pertama 2013 ini terutama disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi global,
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
30
sehingga memangkas ekspornya serta melemahnya konsumsi karena naiknya inflasi. Data pertumbuhan ekonomi Kuartal II-2013
menunjukkan bahwa dari total 10 sepuluh negara anggota ASEAN, hanya 2 dua negara yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
year-on-year lebih baik daripada capaian pada tahun 2012 yaitu Filipina 7,5 dan Singapura 3,7.
Filipina pada Kuartal II-2013, berhasil menjaga tingkat konsumsi penduduk dengan memanfaatkan remitansi yang hingga sebesar
USD 1,7 miliar setiap bulannya serta meningkat pertumbuhan investasi capital formation dan pengeluaran pemerintah public
spending yang kecepatannya melebihi pertumbuhan konsumsi. Keadaan ini ditopang juga karena Filipina ini memiliki tingkat
ketergantungan terhadap perdagangan internasional yang lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara
Singapura berhasil menjaga pertumbuhan ekonominya berkat kejelian para pelaku usaha Singapura di bidang perdagangan
wholesale maupun retail yang mampu mencari kesempatan penurunan ekonomi di Cina dengan melayani perdagangan
internasional Amerika Serikat dan Eropa yang ekonominya
Gambar 22: Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 1998–Q22013 yoy, dalam
Perekonomian ASEAN cenderung melambat ditengah ketidakpastian ekonomi global dan instabilitas ekonomi makro kawasan
Sumber: IMF, CEIC 2013
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
31
cenderung membaik. Menurut beberapa lembaga internasional, perlambatan ekonomi negara ASEAN hanya dapat dicegah menjadi
lebih buruk apabila pemerintah masing-masing negara mampu untuk menjaga pertumbuhan konsumsi domestik dan tingkat
investasi, mengingat negara utama di Asia juga mengalami perlambatan ekonomi seperti Cina yang mengalami pertumbuhan
kuartal II hanya sebesar 7,5 dibandingkan kuartal I sebesar 7,7 dan India yang pada kuartal II tumbuh hanya sebesar 4,4
dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,8. Dengan situasi tersebut terlihat bahwa ketidakpastian yang terjadi pada ekonomi
global diiringi dengan instabilitas ekonomi di kawasan ASEAN terutama pada indikator inflasi, pasar saham dan nilai tukar mata
uang menyebabkan terjadinya kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara anggota ASEAN.
VII. Isu Terkini