Perkembangan Fiskal Perkembangan Fiskal dan Utang Negara

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11

III. Perkembangan Fiskal dan Utang Negara

A. Perkembangan Fiskal

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2013 mencapai 5,8 yoy, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 sebesar 6,3. Menurunnya kinerja ekonomi Indonesia berdampak pada rendahnya penerimaan negara. Realisasi penerimaan negara per 31 Agustus 2013 sebesar IDR 844,9 triliun, angka ini lebih tinggi secara nominal dibanding periode yang sama tahun sebelumnya IDR 798,36 triliun. Namun, pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target dalam APBN-P 2013 baru mencapai 56,3, angka ini lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 58,7 dari target APBN-P 2012. Pada saat yang sama, realisasi belanja negara mencapai IDR 945,8 triliun atau setara 54,8 dari pagu APBN P 2013 lebih tinggi dibandingkan pada periode yang sama tahun 2012 yang hanya mencapai 53,8 dari total pagu APBN-P 2012 atau sebesar IDR 832,824 triliun. Meskipun demikian, realisasi belanja modal hingga Agustus 2013 masih rendah, hanya 31,4 dari total alokasi pada pos tersebut. Realisasi subsidi BBM mencapai 66,6 dari pagu anggaran. Realisasi pembayaran kewajiban cicilan utang luar negeri sudah melebihi pagu anggaran yang sudah ditetapkan yaitu IDR 20 triliun dari IDR 15,8 trilliun atau 127,2 dari pagu anggaran APBN- P 2013. Dalam pidato kenegaraan yang disampaikan pada 16 Agustus 2013, Presiden menyampaikan pidato terkait postur RAPBN 2014. Beberapa asumsi makro pada RAPBN 2014 yang digunakan dinilai terlalu optimis jika dikaitkan dengan kondisi ekonomi saat ini. Tabel 1: APBN-P 2013 dan RAPBN 2014 Instabilitas makroekonomi yang sedang terjadi akan mengancam pencapaian asumsi indikator makro dalam RAPBN 2014 Sumber: Kementerian Keuangan 2013 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 12 Dengan asumsi tersebut, pemerintah harus bekerja keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,4; menjaga inflasi pada level 4,5 dan nilai tukar pada posisi IDR 9.750 per USD. Subsidi memiliki porsi yang paling besar dari RAPBN 2014 sebesar IDR 336,2 triliun, setara dengan 27 total belanja pemerintah pusat. Jumlah tersebut diperkirakan dapat meningkat seiring potensi pelemahan rupiah yang akan berdampak naiknya harga BBM. Bukan hanya itu, pelemahan rupiah juga akan dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk pembayaran bunga utang luar negeri, sehingga kondisi fiskal akan semakin tertekan. Sementara itu, belanja modal pada RABPN 2014 mengalami kenaikan 6 dari APBNP 2013, namun masih lebih kecil dibandingkan kenaikan belanja pegawai sebesar 16. Lain halnya dengan bantuan sosial, meski mengalami penurunan 48 pada RABPN 2014, namun hal ini tetap rawan ditunggangi oleh kepentingan politik menjelang pemilu 2014. Penerimaan pajak tanpa penerimaan dari cukai tahun 2013 per 31 Agustus meningkat 7,01 secara nominal dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Akan tetapi, realisasi penerimaan pajak per 31 Agustus 2013 tersebut secara persentase realisasi penerimaan pajak dibandingkan target penerimaannya menurun 4,84 dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Secara nominal Pajak Penghasilan PPh Non Migas, Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Tabel 2 : Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat, 2013-2014 IDR Triliun Pelemahan rupiah akan berpotensi menyebabkan pembengkakan anggaran pada pos subsidi dan pembayaran bunga utang dalam RAPBN 2014 Sumber: Kementerian Keuangan 2013 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 13 Pajak Penjualan Barang Mewah PPnBM, serta pajak lainnya mengalami peningkatan dibanding periode yang sama sebelumnya. Penerimaan pajak yang mengalami penurunan terjadi pada penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB sebesar 69,87 serta Pajak Penghasilan PPh Migas sebesar 3,55. Di tahun 2014, pemerintah harus bekerja keras menurunkan defisit anggaran seperti yang tertera pada RAPBN menjadi 1,49 dari PDB. Pemerintah menetapkan rencana penerimaan negara naik sebesar 10,69 dari IDR 1.502 triliun menjadi IDR 1662.5 triliun. Rencana belanja negara juga mengalami kenaikan sebesar 5,24 dari APBN-P 2013 menjadi IDR 1.816,7 triliun sebagaimana tertera dalam RAPBN 2014. Pada RAPBN 2014, belanja pemerintah pusat mengalami kenaikan 2,8, sedangkan transfer ke daerah jumlahnya bertambah 10,77. dari APBN-P 2013. Tabel 4: Defisit Anggaran dalam APBN-P 2013 dan RAPBN 2014 IDR Triliun Pemerintah menargetkan penurunan defisit anggaran menjadi 1,49 terhadap PDB pada 2014 Sumber: Kementerian Keuangan 2013 Tabel 3: Penerimaan Pajak dalam Negeri Periode 1 Januari hingga 31 Agustus 2013 dalam IDR Miliar Meski penerimaan pajak per 31 Agustus 2013 secara nominal meningkat 7,01 yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi realisasi penerimaan negara terhadap target dalam APBN-P mengalami penurunan sebesar 4,84. Sumber: Direktorat Jenderal Pajak 2013 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 14 Meskipun demikian, optimisme pemerintah untuk mengurangi defisit APBN 2014 ini akan mendapat tantangan yang serius karena rasio realisasi penerimaan pemerintah terhadap target APBN-P 2013 yang menurun ditambah potensi pengeluaran yang membengkak akibat pelemahan rupiah yang signifikan. Pemerintahan SBY di tahun-tahun terakhirnya akan menghadapi tekanan fiskal yang cukup berat dengan instabilitas makroekonomi yang saat ini terjadi.

B. Perkembangan Utang Negara dan Utang Luar Negeri