–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya
Catatan Atas Laporan Keuangan 11
b. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2014 sebesar 7.02 persen sedikit mengalami perlambatan jika pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2013, yaitu sebesar 7.34 persen.Terjadinya perlambatan tersebut salah satunya disebabkan oleh sektor unggulan penopang pertumbuhan ekonomi Kota
Surabaya mengami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian patut untuk diapresiasi mengingat pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya masih jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2014 sebesar 5.86 persen sementara capaian pertumbuhan
ekonomi nasional lebih rendah yaitu sebesar 5.02 persen. Untuk mengetahui kondisi lebih jauh kinerja perekonomian Kota Surabaya dapat
dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi per sektoral. Meskipun pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya mengalami sedikit perlambatan namun secara umum pertumbuhan
ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2014 cukup menggembirakan dengan pertumbuhan yang positif pada seluruh sektor pembentuk PDRB Kota Surabaya. Pertumbuhan ekonomi
persektoral Kota Surabaya pada tahun 2014 lebih lengkapnya terangkum dalam Gambar 1.2 berikut.
Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Surabaya
Tahun 2014
Sumber data: BPS Kota Surabaya, Januari 2015 Catatan : data sementara
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1,39 1,58
5,27 6,59
9,85 7,88
6,71 6,87
5,18
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya
Catatan Atas Laporan Keuangan 12
Laju pertumbuhan sub sektoral pada tahun 2014 ini sedikit mengalami perubahan. Jika pada tahun 2013 sumber pertumbuhan sektoral tertinggi terjadi pada sektor angkutan dan
komunikasi yang tumbuh sebesar 9,17 persen. Namun pada tahun 2014 sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang sedikit lebih rendah yaitu sebesar 6,71 persen. Sementara
sektor kontruksi terus mengalami peningkatan hingga laju pertumbuhannya mencapai angka 10 persen pada tahun 2014 dibanding tahun 2013 sebesar 9,11 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sektor kontruksi sedang tumbuh pesat yang tercermin dari semakin semaraknya pembangunan pertokoan, perkantoran, mall, supermarket, minimarket dan
perbaikan rumah tempat tinggal serta apartemen yang tersebar di berbagai kecamatan di Kota Surabaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup baik bagi perkembangan sektor
konstruksi di Kota Surabaya pada tahun 2014. Sektor ekonomi lainnya pembentuk PDRB Kota, seperti sektor perdagangan, hotel,
dan restoran; keuangan,persewaan dan jasa keuangan; dan jasa-jasa juga mengalami pertumbuhan, dengan nilai pertumbuhan diatas 5 persen. Sementara sektor pertanian dan
pertambangan mengalami perlambatan pertumbuhan dengan rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 1 persen. Pertumbuhan kedua sektor ini lambat laun semakin menurun mengingat
semakin sempitnya lahan pertanian dan pertambangan garam yang beralih menjadi lahan tempat tinggal maupun non tempat tinggal seperti pertokoan, pabrik dan lainnya.
Tabel 1.4 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Surabaya
Tahun 2014 Juta Rupiah
Sumber data: BPS Kota Surabaya, Januari 2015 Catatan : data sementara
Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2014 yang diukur berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB menunjukkan kinerja yang baik dengan
pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Namun, dibandingkan tahun sebelumya, pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya tumbuh sedikit lebih lamban. Kendati demikian, perekonomian Kota
Surabaya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional. Nilai total PDRB Kota Surabaya yang dihitung berdasarkan Dasar Harga Berlaku
Keterangan Surabaya
Jawa Timur Nasional
Pertumbuhan Ekonomi 7,02
5,86 5,02
PDRB Atas Harga Berlaku Juta Rp 351.509.946,45
1.540.696.530 10.542.693.500
PDRB Atas Harga Konstan Juta Rp 116.795.296,14
1.262.700.210 8.568.115.600
PDRB Perkapita Juta Rp 115,05
39,9 41,81
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya
Catatan Atas Laporan Keuangan 13
mencapai Rp351.509.946,45 juta, atau setara dengan Rp116.795.296,14 juta bila dihitung berdasarkan Dasar Harga Konstan, sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 1.4.
Inflasi Kota Surabaya
Indikator ekonomi lainnya yang dapat digunakan sebagai berometer dalam mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah adalah inflasi. Nilai inflasi digunakan sebagai salah satu
indikator untuk mengetahui kondisi kestabilan harga barang dan jasa. Kondisi inflasi Kota Surabaya selama tahun 2014 cukup bergejolak. Pada akhir tahun 2014 inflasi Kota Surabaya
yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik BPS mencatat sebesar 7,90 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Timur yang tercatat sebesar 7,77 persen namun lebih rendah
dibanding nilai inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,36 persen.
Gambar 1.3 Perkembangan Inflasi Kota Surabaya, Jawa Timur dan Nasional
Tahun 2009- Tahun 2014
Sumber data: BPS Kota Surabaya, Januari 2015 Catatan : data sementara
Pemicu inflasi disebabkan oleh kelompok bahan makanan yang bergejolak volatile food, kelompok barang yang diatur oleh pemerintah administered price dan kelompok inti
core inflation, inflasi surabaya selama 1 tahun berjalan utamanya dipicu oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yaitu premium dan solar 24,96 persen, tarif listrik dari kelompok rumah
tangga besar atau tarif listrik dalam golongan R3 21,41 persen, bahan bakar rumah tangga 12 kg yang terjadi pada awal tahun 2014 22,26 persen, beras 6,48 persen dan angkutan
dalam Kota 7,93 persen. Adanya kenaikan tarif angkutan kota merupakan dampak multiplier
2009 2010
2011 2012
2013 2014
Surabaya 3,39
7,33 4,72
4,39 7,52
7,9 Jawa Timur
3,62 6,96
4,09 4,5
7,59 7,77
Nasional 2,78
6,96 3,79
4,3 8,38
8,36
1 2
3 4
5 6
7 8
9
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya
Catatan Atas Laporan Keuangan 14
effect dari adanya kenaikan harga BBM di samping dampak langsung adalah kenaikan harga BBM itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa inflasi Kota Surabaya yang hampir mencapai angka 8 persen tersebut mayoritas disebabkan oleh inflasi dalam kelompok barang yang diatur oleh
pemerintah atau yang kita kenal sebagai inflasi administered price sebagai dampak kebijakan pusat. Selama ini pemerintah daerah tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapai inflasi
dalam kelompok ini. Namun di sisi lain, patut diapresiasi mengingat pencapaian Kota Surabaya dalam mengendalikan inflasi dari kelompok bahan makanan volatile food
sehingga inflasi Kota Surabaya masih tetap terkendali. Oleh karena itu, dalam rangka pengendalian inflasi selanjutnya dibutuhkan koordinasi
dan sinergi secara terpadu mengingat ketergantungan Kota Surabaya sangat tinggi terhadap daerah–daerah lain untuk pemenuhan kebutuhan pangan Kota Surabaya. Koordinasi tersebut
dilakukan guna menjaga kelancaran pasokan beberapa komoditas yang berpotensi memicu inflasi Kota Surabaya.seperti daging, telur, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Adanya
gangguan produksi dari daerah lain dapat menyebabkan gejolak harga yang siginifikan bagi Kota Surabaya. Oleh karena itu koordinasi antar daerah sangat dibutuhkan guna menjaga arus
produksi dan distribusi.
2.2. Kebijakan Keuangan a. Pendapatan Daerah