kesejahteraan mencakup di dalamnya aspek-aspek kesehatan, keselamatan, serta pemenuhan kebutuhan psikologis dan emosional.
2.2.7 Konsep Penerapan dan Implementasi CSR
Menurut Wibisono 2007 implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah terkait dengan komitmen
pimpinannya. Perusahaan yang pimpinanannya tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan diharap akan mempedulikan aktivitas sosial. Kedua, menyangkut
ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum
mapan. Ketiga, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin amburadul regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan
perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang
diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Menurut Wibisono 2007 setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab
sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar
bila perusahaan memperhatiakan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat.
Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan discomfort pada masyrakat.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bias tercipta
harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bias berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan. Cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR
bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori Wibisono, 2007 yaitu sebagai berikut : 1.
Hanya sekedar basa-basi dan keterpaksaan belaka, artinya CSR dipraktekkan lebih karena faktor ekternal eksternal driven. Selain itu
juga karena reputation driven, motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan.
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban compliance. CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi, hokum, dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven.
3. CSR bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alian
compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam internal driver.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi bagi pertumbuhan dan keberlanjutan sustainability usaha. Artinya, CSR bukan lagi
dilihat sebagai sentra biaya cost centre melainkan sebagai sentra laba profit centre dimasa mendatang. Logikanya sederhana, bila CSR diabaikan, kemudian
terjadi insiden, maka biaya untuk mengcover resikonya jauh lebih besar ketimbang nilai yang hendak dihemat dari alokasi anggaran CSR itu sendiri.
Belum lagi resiko non-finansial yang berpengaruh buruk pada citra korporasi dan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan.
Aktivitas CSR berada dalam koridor strategi perusahaan yang di arahkan untuk mencapai bottom line business goal yaitu mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan. Implementasi CSR itu merupakan langkah-langkah pilihan sendiri, sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan dan tekanan
masyarakat.
2.2.8 Manfaat Corporate Social Responsibility