9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
1.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai
pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Padmawati 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan setsuzokushi Shikashidan Demo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki
Murakami”. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian Padmawati ialah pada tahap pengumpulan data menggunakan metode agih dibantu dengan
teknik sadap. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian Padmawati adalah teknik bagi unsur langsung yang membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur. Untuk teknik lanjutan yang dipakai adalah teknik baca markah yang digunakan untuk mengetahui makna setsuzokushi shikashi dan
demo setelah itu dilanjutkan dengan teknik baca markah yang digunakan untuk mengetahui makna setsuzokushi shikashi dan demo.Metode yang digunakan pada
tahap penyajian hasil analisis data yaitu metode informal dan metode formal. Teori yang digunakan oleh Padmawati ialah teori yang dikemukakan oleh Yuriko
1998. Hasil dari penelitian Padmawati adalah setsuzokushi demo lebih banyak digunakan untuk menyampaikan hal-hal atau pendapat yang bersifat pribadi yang
menyatakan perasaan pembicara itu sendiri. Sedangkan setsuzokushi shikashi
lebih sering digunakan pada saat menceritakan tokoh dan digunakan dalam bahasa tulisan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Padmawati ialah penelitian padmawati hanya memfokuskan dua setsuzokushi yang menyatakan kalimat
berlawanan sedangkan penelitian ini mengangkat tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan atau yang disebut dengan gyakusetsu no
setsuzokushi. Selain itu, penelitian dari Padmawati hanya menjelaskan perbedaan penggunaan dari dua setsuzokushi yang menyatakan hal berlawanan yaitu
setsuzokushi shikashi dan demo, sedangkan penelitian ini membahas mengenai struktur dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi yang terdiri dari tujuh
setsuzokushi, serta membahas mengenai makna dari masing-masing setsuzokushi tersebut. Manfaat yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu dapat
mengetahui cara menganalisis setsuzokushi yang memiliki arti yang hampir sama dengan menggunakan teori makna, sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dwita 2011 dalam skripsinya yang berjudul
“ Analisis Penggunaan Setsuzokushi Ga danKeredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa
Ryuunosuke”. Dalam penelitian Dwita membahas mengenai fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan
keredomo. Penelitian Dwita, menggunakanmetode simak dan teknik catat dalam pengumpulan datanya, kemudian dilanjutkan dengan penganalisisan data dengan
metode agih dan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah, dalam penyajian analisis penelitian Dwita menggunakan metode formal dan informal. Penelitian
Dwita mengambil teori dari beberapa ahli diantaranya teori gramatikal dari Abdul Chaer dan teori setsuzokushi ga dan keredomo menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Takayuki. Dalam penelitian Dwita dapat disimpulkan bahwa fungsi dari setsuzokushi keredomo dan ga ada empat fungsi yang sama yaitu
menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang
belum selesai. Setsuzokushi keredomo memiliki fungsi yang tidak dimiliki oleh setsuzokushi ga yaitu saat menyatakan dua hal yang berbeda. Setsuzokushi ga
lebih sering digunakan dalam bentuk tulisan. Setsuzokushi ga juga bisa digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat. Sedangkan setsuzokushi keredomo
tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dwita hanya mengangkat dua setsuzokushi yang menyatakan kalimat
berlawanan, sedangkan penelitian ini mengangkat tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan. Selain itu penelitian ini juga membahas
mengenai struktur dan makna dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi tersebut. Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Dwita dapat dipahami cara
menggunakan metode agih, cara membandingkan setsuzokushi yang memiliki padanan kata yang sama dengan teori makna, sehingga dapat dijadikan referensi
dalam penelitian ini. Shihhatul 2008 dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis penggunaan
kata sambung setsuzokushi ~temo dan ~keredomo dalam wacana tulis bahasa Jepang”. Teori yang digunakan dalam penelitian Shihhatul adalah teori yang
dikemukakan oleh Moleong tentang penelitian bahasa jenis kualitatif. Hasil
penelitian Shihhatul adalah kata sambung temo dan keredomo kedua-duanya mempunyai fungsi yang menyatakan pertentangan. Perbedaan kata sambung temo
dan keredomo bahwa penggunaan keduanya bukan hanya pertentangan, tetapi ada juga penggunaan yang lainnya. Temo berfungsi sebagai penekanan dan batas
jumlah, keredomo berfungsi sebagai penghalusan dan pengharapan. Kedua kata sambung tersebut dapat disubstitusikan penggunaanya sesuai dengan konteks
kalimat dari setsuzokushi tersebut. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Shihhatul pada jumlah objek penelitiannya. Penelitian Shihhatul hanya meneliti
dua kata sambung yang menyatakan kalimat berlawanan yaitu temo dan keredomo sedangkan penelitian ini membahas tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat
berlawanan. Melalui penelitian Shihhatul dapat diketahui cara membandingkan dua buah setsuzokushi yang memiliki makna hampir sama sehingga dapat
dijadikan bahan referensi dalam penelitian kali ini.
1.2 Konsep