PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO

(1)

i

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL

BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK

WIDYA YAHYA GADINGREJO

(Skripsi)

Oleh

PUTRI ANGGAR KESUMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ii ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL

BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK

WIDYA YAHYA GADINGREJO

Oleh

PUTRI ANGGAR KESUMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar gerak dasar guling belakang melalui reciprocal teaching dan commannd styles pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan pre test (tes awal) dan post test (tes akhir). Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMK Widya Yahya Gadingrejo pada bulan Oktober 2011. Sampel yang digunakan sebanyak 34 orang yang di bagi menjadi dua kelompok, yaitu Reciprocal Teaching dan Command Styles, pembagian kelompok berdasarkan Ordinal Pairing. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah format penilaian gerak dasar guling belakang.

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data yang diperoleh didapat nilai thitung pada tes akhir = -3,354 tidak terletak pada rentang nilai tabel = 2,038 sampai -2,038 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Reciprocal Teaching dan Command Styles terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang. Kemudian pada uji pengaruh kelompok Reciprocal Teaching dan Command Styles didapatkan bahwa kedua kelompok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang, tetapi dilihat dari selisih nilai thitung kedua kelompok, kelompok Reciprocal Teaching thitung = 9,389, sedangkan Command Styles thitung = 11,367 maka dinyatakan bahwa Command Styles memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.


(3)

iii

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL

BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK

WIDYA YAHYA GADINGREJO

Oleh

PUTRI ANGGAR KESUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Program studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

iv

Judul Skripsi : PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR

RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO.

Nama Mahasiswa : PUTRI ANGGAR KESUMA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613051027

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Sudirman Husin, M.Pd. Dr. Marta Dinata, M.Pd. NIP 19581021 198503 1 003 NIP 19670325 199703 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(5)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Sudirman Husin, M.Pd …………

Sekretaris : Dr. Marta Dinata, M.Pd. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ………….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Putri Anggar Kesuma

NPM : 0613051027

Tempat Tanggal Lahir : Gunung Besar, 6 Mei 1989

Alamat : Jl. P. Puting Marga No. 53 Kec. Tanjung Raja Lampung Utara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Reciprocal Teaching dan Command Styles Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Guling Belakang Pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo” adalah benar hasil karya penulis. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, plagiat dan ataupun hasil karya orang lain. Dan jika dikemudian hari ternyata ada hal yang melanggar ketentuan akademik maka saya bersedia untuk menerima sangsi akademik sesuai peraturan yang berlaku. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, 2013


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Putri Anggar Kesuma, dilahirkan di Desa Gunung Besar Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 06 Mei 1989, anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Imron Hardi dan Ibu Rohaini.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain : Sekolah Dasar (SD) di SDN 01 Gunung Besar selesai pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP PGRI 2 Ogan Lima selesai pada tahun 2003 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 3 Kotabumi selesai tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).


(8)

viii MOTTO

“ Orang berilmu itu sungguh beruntung. Karena mereka punya

peluang untuk hidup lebih mulia dari orang lain jika ilmunya benar-benar bisa diamalkan ’’

(Pramono Dewo)

“ Tidak ada seorangpun yang bisa memotivasi dengan sangat baik kecuali dirinya sendiri ’’

(Putri Anggar Kesuma)

Musibah & kesulitan-kesulitan itu tak pernah salah alamat. Semua telah ALLAH atur dengan sangat tepat &

adil. Demikian pula rezeki & kemudahan-kemudahan, sebab itulah kita harus selalu percaya kepadaNYA.


(9)

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapakan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Kedua orang tua ku ayah dan mama yang telah memberikan segalanya kepadaku nafas, kasih sayang,

kesabaran, materi juga doa mereka yang tak pernah putus. Terimakasih ayah & mama mau dengan sabar menungguku menyelesaikan kuliahku, dan anggar

bersujud meminta maaf untuk air mata yang jatuh tertumpah.

Ayuk Enja, Abang dali, & adek Halid terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, & keceriaan kalian

sehingga membuat aku semakin dewasa .

My Best Friend and my best love yang memberikanku banyak arti tentang kehidupan.


(10)

x

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Reciprocal Teaching dan Command Styles Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Guling Belakang Pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo” penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si Selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP, sekaligus Pembahas yang telah memberikan masukan, saran serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis.

3. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Marta Dinata, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu


(11)

xi

6. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama masa studi di universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan semasa penulis menyelesaikan studi di Universitas Lampung.

8. Bapak dan ibu Staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah bekerja sama dengan pelayanannya sehingga terselesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2006, serta sahabatku Entong, Mamang, Yulay, konce’, acipoa, & dede’ku eti terimakasih atas kebersamaannya & smua kisah, I will always miss everything.

10. Esron Sinaga terimakasih telah mendengarkan keluhanku setiap saat dengan sabar memberiku semangat dan motivasi, juga mengingatkan dalam kebaikan. 11. Siswa kelas X TKJ SMK Widya Yahya Gadingrejo, terimakasih atas waktu dan data yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ihklas, semoga diberikan kebaikan yang berlimpah dari Tuhan yang Maha Esa.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Wasalammualaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2013 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 10

B. Konsep Dasar Penjas ... 12

C. Gaya Mengajar ... 19

D. Reciprocal Teaching ... 24

E. Command Styles ... 33

F. Hasil Belajar... 39

G. Teori Belajar Gerak atau Motorik ... 40

H. Senam ... 45

I. Senam Lantai ... 47

J. Guling Belakang ... 49

K. Kerangka berpikir ... 53

L. Hipotesis... 54

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 56

B. Variabel Penelitian ... 57

C. Definisi Operasional Variabel ... 57

D. Populasi dan Sampel ... 58


(13)

xiii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 69

B. Hasil Penelitian ... 71

1. Uji Normalitas ... 71

2. Uji Homogenitas ... 72

3. Uji t Perbedaan ... 73

3. Uji t Pengaruh ... 75

E. Pembahasan ... 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Gaya pengajaran menurut Muska Mosston ... 20

2. Format Pembelajaran Dengan Reciprocal Teaching... 31

3. Tahap pelaksanaan kegiatan ... 60

4. Format Analisis Tes Kemampuan Gerak Dasar Guling Belakang ... 62

5. Deskripsi Data Hasil Penelitian. ... 70

6. Uji Normalitas... 72

7. Uji Homogenitas... 73

8. Hasil Analisis Uji t Perbedaan... 73


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Konsep Dasar Penjas ... 12

2. Langkah gerakan guling belakang ... 50

3. Gerakan latihan pertama ... 51

4. Gerakan latihan Kedua. ... 52

5. Gerakan latihan ketiga... 52

6. Gerakan latihan keempat... 52

7. Diagram Batang Perbandingan Hasil Tes Awal Antara Kelompok Reciprocal teaching dan Command styles... 70

8. Diagram Batang Perbandingan Hasil Tes Akhir Antara Kelompok Reciprocal teaching dan Command styles... 71


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Surat-surat ... 84

2. Pengolahan Data Uji Coba Instrumen ... 91

2. Pedoman Penilaian Keterampilan Gerak Dasar guling belakang ... 105

3. Contoh Lembar Umpan Balik Siswa ... 108

4. Program Latihan... 109

5. Tabel Penilaian Gerak Dasar Guling Belakang Dari Penilai Pertama (Tes Awal) ... 113

6. Tabel Penilaian Gerak Dasar Guling Belakang Dari Penilai Kedua (Tes Awal) ... 114

7. Tabel Penilaian Gerak Dasar guling Belakang Dari Penilai Ketiga (Tes Awal) ... 115

8. Tabel Nilai Rata-rata Penilaian tes awal ... 116

9. Tabel Penilaian Gerak Dasar Roll Belakang Dari Penilai Pertama (Tes Akhir)... 117

10. Tabel Penilaian Gerak Dasar Roll Belakang Dari Penilai Kedua (Tes Akhir)... 118

11. Tabel Penilaian Gerak Dasar Roll Belakang Dari Penilai Ketiga (Tes Akhir)... 119

12. Tabel Nilai Rata-rata Penilaian Tes Akhir ... 120

13. Pembagian Kelompok dengan Ordinal Pairing ... 121

14. Uji Normalitas Tes Awal Reciprocal Teaching ... 122

15. Uji Normalitas Tes Awal Command Styles ... 123

16. Uji Normalitas Tes Akhir Reciprocal Teaching ... 124

17. Uji Normalitas Tes Akhir Command Styles ... 125

18. Uji Homogenitas Tes Awal ... 126

19. Uji Homogenitas Tes Akhir ... 127

20. Analisis Uji t Perbedaan Tes Awal ... 128

21. Analisis Uji t Perbedaan Tes Akhir ... 130

22. Analisis Uji t Pengaruh Reciprocal Teaching ... 132

23. Analisis Uji t Pengaruh Command Styles... 133

24. Tabel Z ... 134

25. Uji Normalitas ... 135

26. Harga Kritik dari r Product-Moment... 136

27. Uji t ... 137

28. Uji Homogenitas dengan distribusi F tabel α 0,05 ... 138


(17)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL

BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK

WIDYA YAHYA GADINGREJO

Oleh

PUTRI ANGGAR KESUMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar gerak dasar guling belakang melalui reciprocal teaching dan commannd styles pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan pre test (tes awal) dan post test (tes akhir). Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMK Widya Yahya Gadingrejo pada bulan Oktober 2011. Sampel yang digunakan sebanyak 34 orang yang di bagi menjadi dua kelompok, yaitu Reciprocal Teaching dan Command Styles, pembagian kelompok berdasarkan Ordinal Pairing. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah format penilaian gerak dasar guling belakang.

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data yang diperoleh didapat nilai thitungpada tes akhir =

-3,354 tidak terletak pada rentang nilai tabel = 2,038 sampai -2,038maka dinyatakan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara Reciprocal Teaching dan Command Styles terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang. Kemudian pada uji pengaruh kelompok Reciprocal Teaching dan Command Styles didapatkan bahwa kedua kelompok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang, tetapi dilihat dari selisih nilai thitung

kedua kelompok, kelompok Reciprocal Teaching thitung = 9,389, sedangkan Command Styles

thitung = 11,367 maka dinyatakan bahwa Command Styles memberikan pengaruh yang lebih

besarterhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.


(18)

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan pendidikan. Hal ini secara tidak langsung menuntut para pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme dan kualitas mengajarnya untuk menghasilkan out put (siswa) yang berdaya saing tinggi, memiliki skill sehingga mampu untuk berkompetisi dalam perkembangan IPTEK.

Kondisi pendidikan indonesia semakin hari semakin terpuruk, juga semakin kehilangan tujuannya yang mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini, liberalisasi dalam berbagai sisi kehidupan bangsa, termasuk didalamnya dunia pendidikan sehingga apa yang paling diharapkan dari pendidikan untuk dapat melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas dan mencerdaskan serta memiliki motivasi untuk terus berprestsi bagi diri dan bangsanya.

Proses pendidikan merupakan suatu bentuk pengembangan kepribadian yang dilakuakan oleh setiap orang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sengaja dilakukan karena seseoramg dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dimana ia tinggal. Pendidikan disekolah


(20)

diartikan sebagai proses kegiatan terencana dan terorganisir yang terdiri atas kegiatan belajar, kegiatan ini bertujuan menghasilkan perubahan yang positif.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.

Senam dapat dilakukan untuk semua tingkatan usia khususnya pada anak-anak. Melalui berbagai macam kegiatan yang dilakukan, akan membeerikan pengaruh yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan si anak. Melalui gerakan akan menimbulkan rangsangan yang mengakibatkan terjadinya proses adaptasi menurut Letzerter dalam Sayuti Sahara (2004:1.45). kecuali daya tahan, semua komponen fisik dapat dilatih dan dikembangkan seperti kekuatan,


(21)

kelentukan, kecepatan, dan koordinasi. Dengan konstruksi alat maupun lahan yang ada, kegiatan tersebut akan mampu melibatkan ssejumlah baggian tubuh secara terpisah maupun perkembangan yang lebih menyeluruh, sejauh susunan alat dapat disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat usia yang berbeda.

Dengan kegiatan yang dilakukan, si anak sudah melakukan pengamatan dan memiliki pengalaman secara fissik maupun teknik. Pada gerakan dasar si anak sudah mulai mampu mengamati maupun mengalami, bagaimana matras lunak sangat sulit digunakan sebagai landasan tolak, tetapi disisi lain dia akan merasakan suatu pendaratan yang lembut dan aman apabila dia melompat dan mendarat diatas matras tadi, seorang anak akan belajar bagaimana tidak mampu mengakhhiri gerakan mengguling kedepan sampai berdiri, seandainya pada saat itu dia bergerak kedua kakinya tetap diluruskan. Tampa adanya kemampuan ini, maka akan banyak gerakan (walaupun mudah) tidak dapat diselesaikan dengan baik. Melalui senam mereka akan diberikan pelajaran dan pemahaman tentang bagaimana mereka mengamati sesuatu melalui badannya sendiri. Bagaimana sikap yang tepat terhadap alat maupun gerakan, bagaimana dia merasakan beratnya bagian-bagian tubuh sewaktu digerakan. Tanpa semua kemampuan pengamatan, akan banyak gerakan senam menjadi sukar dipelajari.

Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu senam juga berpotensi


(22)

mengembangkan ketrampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan ketrampilan teknik suatu cabang olahraga. Lebih penting lagi senam lebih dapat meningkatkan kesegaran secara efektif bagi siapapun yang melakukannya.

Ada beberapa macam jenis senam seperti, senam aerobic, senam pembentukan dan senam lantai. Roll belakang merupakan salah satu jenis senam lantai yang dilakukan berguling belakang dengan menggunakan bagian belakang badan ( tengkuk, punggung, piggang, dan panggul bagian belakang). Guling belakang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu guling belakang dengan sikap awal jongkok dan guling belakang dengan sikap berdiri.

Gerak dasar guling belakang bukan merupakan gerakan yang mudah. Hal ini disebabkan karena pada waktu melakukan gerakan tersebut siswa harus mempunyai penguasan teknik dasar guling belakang dengan baik. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar guling belakang maka perlu dilatih secara baik dan benar baik secara teori maupun praktek agar anak didik dapat memahami rangkaian gerak dasar guling belakang dengan maksimal. Ini tidak hanya akan mendorong terhadap peningkatan hasil belajar tetapi juga akan mempermudah terhadap gerakan pengembangan roll tersebut. Berdasarkan kenyataan bahwa aspek-aspek yang menopang pencapaian keberhasilan dalam melakukan gerak dasar guling belakang perlu ditingkatkan secara optimal tidak hanya gerakan khususnya itu sendiri melainkan juga proses pengajaran gerakan guling tersebut. Aspek yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan adalah aspek gerak dasar guling belakang dan model


(23)

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para siswa harus balajar secara baik dan teratur dengan menggunakan Reciprocal Teaching dan Command Styles. Dengan penerapan kedua model pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan gerak dasar guling belakang.

Kenyataan di lapangan, pada saat guru memberikan materi guling belakang, siswa kelas X TKJ Widya Widya Yahya Gadingrejo terlihat masih kurang memahami tentang rangkaian serta teknik gerak dasar guling belakang yang benar itu terlihat saat siswa melakukan gerakan masih banyak yang melakukan kesalahan seperti sikap awalan yang tidak dilakukan dengan serius, posisi tangan yang tidak tepat, teknik memindahkan berat badan yang tidak benar sehingga gerakan guling belakang tersebut tidak maksimal dilakukan, gerakan tangan mendorong badan saat sudah berguling tidak maksimal sehingga siswa tidak berbalik pada posisi yang benar cenderung kekiri atau kekanan. Itu juga disebabkan karena minimnya pemahaman guru pada bentuk atau model pembelajaran yang tepat dan sesuai sehingga hasil belajar gerak dasar guling belakang siswa kurang. Faktor lainnya adalah kurang ketersediannya sarana dan prasarana yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Yang biasa dilakukan guru hanya menjelaskan tentang teknik guling belakang, kemudian guru memberikan contoh satu atau dua kali tentang kelangsungan gerak dasar guling belakang dari awalan sampai akhiran saja kemudian memerintahkan anak untuk mempraktekan gerakan tersebut. Hal tersebut mengakibatnya siswa kurang memahami tentang materi guling belakang dengan benar.


(24)

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul ” Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Reciprocal Teaching Dan Command Styles terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Guling Belakang Pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pengembangan gaya mengajar yang dipakai oleh guru sehingga membuat siswa kesulitan dlm menangkap materi guling belakang baik dalam sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhiran.

2. Kurangnya referensi gaya mengajar yang perlu dikembangkan dalam proses pengajaran guling belakang.

3. Banyak Gaya pengajaran dalam pendidikan jasmani yang perlu dipertimbangkan guru penjas di sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar guling belakang.

4. Rendahnya keterampilan gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.

C. Batasan Masalah

Oleh karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan hanya dibatasi pada,” Perbedaan Pengaruh Gaya Mengajar Reciprocal


(25)

Teaching Dan Command Styles Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Guling belakang Pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifisikasi masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah perbedaan yang sigsnifikan antara Reciprocal Teaching dan Command Styles terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo?

2. Apakah Reciprocal Teaching memiliki pengaruh yang signifika terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo?

3. Apakah Command Styles memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan pengaruh antara Reciprocal Teaching dan Command Styles terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.


(26)

b. Untuk memperoleh data dan fakta mana yang lebih besar pengaruhnya antara Reciprocal Teaching dan Command Styles terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Penulis

Untuk mengetahui gaya mengajar manakah yang lebih besar pengaruhnya dalam meningkatkan hasil belajar gerak dasar guling belakang pada siswa kelas X TKJ di SMK Widya Yahya.

2. Siswa

Sebagai pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar gerak dasar guling belakang dan dapat menambah wawasan yang dimiliki oleh siswa.

3. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar, bahwa banyak alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam berbagai pembelajaran keterampilan gerak pada materi pendidikan jasmani lainnya.

4. Peneliti Lainnya

Dapat menambah wawasan tentang pembelajaran gerak dasar guling belakang serta dapat juga dijadikan sebagai sebuah referensi dalam tulisan. 5. Bagi Program Studi Penjaskes FKIP UNILA.

Sebagai alternatif pilihan untuk menerapkan berbagai model pembelajaran pada mata kuliah lain.


(27)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian dilaksanakan di SMK Widya Yahya Gadingrejo. 2. Objek penelitian yang diamati adalah Reciprocal Teaching dan Command

Styles terhadap hasil belajar gerak dasar guling belakang.

3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas X TKJ Widya Widya Yahya Gadingrejo.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani, namun tetap berorientasi pendidikan,, pengembangan jjasmani bukanlah merupakan tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk meencapai tujuan pendidikan. Menurut Nixcom dan Cozens dalam Ade Mardiana (2009 : 1.4) Pendidikan jasmani adalah pase dari proses pendidikan kesseluruhan yang berhubungan dengan aktivitass berat yang mencakup sistem, otot sserta hasil belajar dari partisipasi dalam aktivitas tersebut.

Ateng dalam Ade Mariana (2009:1.4) mengemukakan Pendidikan Jasmani merupakan bagian integrasi dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, neuromaskuler, intelektual, emosional. Seato dalam Ade Mariana (2009:1.5) mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan yang memberikan perhatian pada pengajaran, pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak manusia.


(29)

Menurut Bucher dalam Ade Mariana (2009:1.5) kata pendidikan jasmani terdiri dari dua kata yaitu jasmani ( phsycal ) dan pendidikan ( education ). Kata jasmani memberi pengertian pada kegiatan bermacam-macam kegiatan jasmani, yang meliputi kekuatan jasmani, pengembangan jasmani, kecakapan jasmani, kessehatan jasmani dan penampilan jasmani. Sedangkan tambahan kata pendidikan yang kemudian menjadi pendidikan jasmani ( phsycal education ) merupakan satu pengertian yang tidak dapat dipisahkan antara pendidikan dan jasmani saja.

Ketika seseorang sedang melakukan aktivitass jasmani dalam bermain, berenang, berlari, sepak bola, senam, dan kegiatan jasmani lainnya, maka intenss pendidikan harus selalu ada dalam permainan itu. Dengan berpartisipasi dalam program pendidikan jasmani akan bermanfaat untuk :

1. Memperbaiki tingkat kesehatan jasmani.

2. Memberikan dasar keterampilan yang akan membuat bekerja lebih efisien, menarik dan hidup penuh semangat.

3. Sebagai pendidikan sosial yang akan memberikan sumbangan pada pembentukan karakter dan hubungan antara manusia yang baik.

Seaton dalam Ade Mardiana (2009:1.5) mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan yang memberikan perhatian pada pengajaran pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak manusia. Pendidikan jasmani memiliki keunikan dibandingkan dengan pendidikan yang lain, yaitu yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan karakter dan sifat sosial yang lebih besar untuk diwujudkan dalam praktek pengajaran.


(30)

Pendidikan jasmani memiliki dua komponen bermain dan olahraga, tetapi tidak mesti harus selalu ada keduanya, baik salah satu atau lengkap dalam takaran yang berimbang antara keduanya. Mengingat pendidikan jasmani adalah aktivita fisik yang mempunyai tujuan pendidikan. Yang akan dicapai adalah pendidikan, tapi olahraga dan bermain meskipun keduanya dapat dipakai dalam proses pendidikan tidak selalu mengandung takaran spendidikan sebagai tujuan yang penting.

B. Konsep Dasar Penjas

MANUSIAN SEUTUHNYA

Sehat/cerdas Spiritual ASPEK JASMANI ASPEK ROHANI Sehat/cerdas

Intelektual Sehat/cerdas

Emosional Sehat/cerdas Mental

Sehat/cerdas sosial

Terampil Segar

Bugar

Gambar 1. Konsep dasar pendidikan jasmani (Siendentop dalam Husin, 2008).

a. Bugar

Bugar adalah dasar bagi semua bentuk penampilan keterampilan gerak tingkat tinggi (ekselency). Perkembangan kebugaran fisik dan kesehatan


(31)

memberikan kontribusi pada efektivitas kehidupan dan kesenangan hidup, dan setiap komponennya harus diajarkan melalui perpaduan tubuh dan pikiran. Pertama, para siswa diharapkan mencapai tingkat kebugaran tertentu, dan kedua, para siswa mendapatkan sejumlah pengetahuan dan berkeinginan untuk hidup sepanjang hayat. Salah satu aspek dari kebugaran fisikal adalah kesehatan terkait kebugaran, termasuk komponen-komponen kekuatan, kelenturan, daya tahan, dan komponen tubuh. Kebugaran gerak memperluas definisinya termasuk keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kecepatan.

b. Segar

Segar akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur, dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan pernapasan akan tambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan dan koordinasi. Pendidikan jasmani juga membentuk gaya hidup yang sehat. Dengan kesadarannya anak akan mampu menentukan sikap bahwa kegiatan fisik merupakan kebutuhan pokok dalam hidupnya, dan akan tetap dilakukan sepanjang hayat. Sikap


(32)

itulah yang kemudian akan membawa anak pada kualitas hidup yang sehat, sejahtera lahir dan batin, yang disebut istilah wellness. Konsep sehat dan sejahtera secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk meraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman dan prakteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga mencakup juga kesejahteraan mental, moral dan spiritual. Tanda-tandanya adalah anak lebih tahan menghadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman, dan tentram dalam kehidupan sehari-hari.

c. Terampil

Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah pada keterampilan yang digunakan dikehidupan sehari-hari.

d. Cerdas

Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan anak. Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang efektif mampu merangsang kemampuan berfikir dan daya analisis anak ketika terlibat dalam kegiatan fisiknya. Pola permainan yang memerlukan


(33)

tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan nalar anak dalam hal membuat keputusan. Taktik dan strategi yang melekat dalam berbagai permainan pun perlu dianalisis dengan baik untuk membuat keputusan yang cepat dan tepat. Secara tidak langsung, keterlibatan anak dalam pendidikan jasmani merupakan latihan untuk menjadi pemikir dan pengambil keputusan yang mandiri. Dalam kegiatan pendidikan jasmani banyak selaki adegan pembelajaran yang memerlukan diskusi terbuka yang menantang penalaran anak. Teknik gerak dan prinsip-prinsip yang mendasarinya merupakan topik yang menarik untuk didiskusikan. Peraturan permainan dan variasi gerak juga bisa dijadikan rangsangan anak untuk memikirkan cara pemecahannya.

e. Cerdas Sosial

Cerdas sosial atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Anak yang rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin memecahkan masalah dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar berbagai ketentuan. Pendidikan jasmani menyediakan pengalaman nyata untuk melatih keterampilan mengendalikan diri, membina ketekunan dan motivasi diri. Hal ini diperkuat lagi jika proses pembelajaran direncanakan sebaik-baiknya. Setiap adegan pembelajaran dalam permainan dapat dijadikan arena dialog dan perenungan tentang apa sisi baik/buruknya suatu keputusan. Tak pelak, ini merupakan cara pembinaan moral yang efektif.


(34)

f. Cerdas Mental

melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita menilai diri sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian diri anak. Dengan citra diri yang baik seorang merasa aman dan berkeinginan mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil resiko, berani berkomunikasi dengan teman, dan orang lain, serta mampu menaggulangi stre. Disitulah penjjas menyediakan kesempatan pada anak untuk membuktikannya. Ketika anak berhasil mempelajari berbagai keterampilan gerak dan kemampuan tubuhnya, perasaan positif akan berkembang dan ia merasa optimis atau mampu berbuat sesuatu. Dengan perasaan itu anak akan merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan (intelektual) yang baik dan pada gilirannya akan mempengaruhi pula kwalitas usahanya dilain waktu, agar sama seperti yang dicitrakannya. Kejadian demikian yang berulang-ulang akan memperkuat kepercayaan bahwa dirinya memiliki kemampuan, sehingga terbentuk menjadi kepercayaan diri yang kuat. Karna itu penting bagi guru penjas untuk menyajikan tugas-tugas mengajar yang bisa menyediakan pengalaman sukse dan menimbulkan perasaan berhasi (feeling of succes) pada setiap anak. Salah satu siasat yang dapat dilakukan adalah ukuran keberhasilan belajar tidak bersifat mutlak. Tiap anak memakai ukurannya masing-masing.


(35)

Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatan yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun kelompok besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk bertanggung jawab melaksanakan peranannya sebgai anggota masyarakat. Di dalam masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang melandasinya. Melalui penjas norma dan aturannya dipelajari, dihayati dan diamalkan. Untuk dapat berperan aktif, anak pun akan menyadari dirinya dan kelompoknya harus menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan. Sesungguhnya bahwa kegiatan pendidikan jasmani disebut sebagai ajang nyata melatih keterampilan-keterampilan hidup (life skill), agar seseorang dapat hidup berguna dan tidak menyusahkan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari bukan hanya keterampilan gerak dan fisik semata, melainkan terkait pula dengan keterampilan sosial, seperti berempati pada orang lain, menahan sabar, memberikan respect atau penghargaan pada orang lain serta mempunyai motivasi yang tinggi, dan lain-lain. Seorang ahli menyebut bahwa kesemua keterampilan diatas adalah keterampilan hidup sedangkan ahli yang lain memilih istilah kecerdasan emosional (emotional intellegence).

h. Cerdas Intelektual

pemahaman tentang pentingnya aktivitas jasmani dan bagaimana keterkaitannya dengan kesehatan dan kesejahteraan adalah penting. Pengetahuan prinsip – prinsip ilmiah terkait aktivitas jasmani, latihan, dan kesehatan perlu dimasukan dalam program pendidikan jasmani. Karena itu,


(36)

penting untuk mengajarkan tentang tubuh sebagaimana pentingnya mengajarkan matematika dan bahasa. Unsur – unsur yang terkait pengetahuan dan pemahaman ini keterampilan merencanakan dan mengimplementasikan kebugaran atau program pengendalian berat badan, evaluasi kebugaran, dan keamanan dan kenyamanan berapartisipasi dalam aktivitas jasmani. Pengetahuan tentang aturan permainan, strategi, dan teknik meningkatkan partisipasi kedalam berbagai aktivitas jasmani. Permainan juga dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dalam situasi emosional tertentu. Para siswa juga perlu belajar proses untuk menampilkan keterampilan fisikal dan prinsip-prinsip dasar gerakan (seperti: kesetimbangan, penyerapan daya) yang sering ada dalam berbagai aktivitas jasmani.

i. Cerdas Spiritual

Melalui pendidikan jasmani siswa diarahkan pada pembentukan konsep religius dimana terbentuknya melalui nilai-nilai moral, sportivitas, disiplin dan tanggung jawab mengarahkan siswa pada pemahaman nilai spiritual. Selain itu pemahaman akan rasa berbagi dan kerjasama memupuk anak menjadi pribadi yang utuh dan memiliki nilai spiritual. Dari penjelasan diatas, manusia seutuhnya dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai kepribadian yang baik. Kepribadian itu terdiri dari empat aspek yaitu religius, sosial, psikis, dan fisik. Aspek religius yaitu hubungan manusia dengan tuhan, yang berarti manusia yang beriman. Aspek sosial mempunyai arti bahwa manusia itu selalu ada keberuntungan dengan manusia lain.


(37)

Aspek psikis yang berkaitan dengan daya fikir, penalaran dan emosi, sementara itu aspek fisik berkenaan dengan kondisi tubuh dan kemampuan motorik. Apabila keempat aspek kepribadian tersebut berkembang dengan baik, maka akan mewujudkan manusia yang seutuhnya.

C. Gaya Mengajar

Belajar dibidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika anda harus belajar dengan terpaksa. Misalnya, anda harus belajar karna itulah satu-satunya cara untuk lulus, mendapatkan pekerjaan atau bahkan kenaikan pangkat. Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seorang untuk berkosentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karna itu anda perlu mencari jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.

Para ahli bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya mengajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjali hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkosentrasi sangat berhubungan dengan gaya mengajar, jika anda dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana anda dapat memaksimalkan pembelajaran.

Pada tahun 1966, Muska Mosston telah membuat sumbangan yang sangat monumental terhadap metodologi pengajaran pendidikan jasmani. Mosston telah mengidentifikasi bahwa dalam pengajarannya cara guru bisa dibedakan


(38)

dari bagaimana ia memperlakukan dan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Cara guru melibatkan siswaini akhirnya lajim disebut gaya mengajar (teaching style). Pemilahan gaya pengajaran menurut Mosston lebih berupa sebuah kontinum, dengan spektrum gayanya didasarkan pada jumlah pembuatan keputusan yang diberikan guru pada murid. Kontinum berarti berangkai secara bersinambung dari satu titik ke titik lain, tanpa ada pemisahan yang jelas. Dengan demikian, gaya yang satu lebih dibedakandari gaya lainnya oleh besarnya pemberian kesempatan dari guru kepada murid dalam hal mengambil keputusan.

Pada ujung kontinum yang satu, guru membuat semua keputusan,sedang pada sisi yang lain, mayoritas pengambilan keputusan diserahkan kepada murid. Uraian selintas tentang gaya-gaya mengajar diperlihatkan pada kotak 1-1.Sejak itu, banyak guru semakin mengerti tentang kompleksitas proses pengajaran. Disadari benar, bahwa proses pengajaran penjas

mengandung banyak kondisi yang harus diperhitungkan, termasuk dalam hal betapa bervariasinya keadaan murid, terutama gaya belajarnya. Oleh karena itu, sebenarnya amatlah mustahil jika guru hanya memanfaatkansatu gaya dalam seluruh fase suatu pelajaran.. Setiap aksi pengajaran mengedepankan keputusan-keputusan yang sama, tetapi dapat ditangani dengan cara yang berbeda dalamwaktu yang berbeda. Misalnya, guru dapat memutuskan untuk memberi umpan balik kepada siswa dengan memberitahukan secara langsung, dengan meminta siswa memecahkan masalahnya sendiri, atau dengan meminta siswa lain untuk membantu mereka. Dalam hal tersebut, telah pula disadari bahwa memutuskan metode gaya pengajaran apa yang akan


(39)

digunakan bukan hanya mempertimbangkan tentang bagaimana melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Guru dapat memilih gaya khusus didasarkan tujuan guru, apakah untuk proses kognitif, untuk mendorong interaksisosial yang positif di antara siswa, atau untuk menggunakan ruang dan alat secara lebih efisien. Guru dapat memilih untuk merancang pelajaran dengan format pengorganisasianyang berbeda. Mereka juga dapat memilih cara yang berbeda untuk mengkomunikasikantugas kepada siswa dan menyediakan tahapan pembelajaran, umpan balik, danpenilaiannya. Karena gaya mengajar intinya memberikan kesempatan pada murid untuk mengambil keputusan, di manakah siswa dan guru dapat berbagi kesempatan tersebut. Menurut Mosston, guru dan siswa dapat saling tawar menawar dalam memperoleh kesempatan dalam perihal perencanaan, pelaksanaan, dan dalam penilaianpelaksanaannya. Atau dalam istilah yang di pakainya, Mosston menyebutnya setting pre-impact, impact, dan post-impact.

Tabel 1. Gaya pengajaran menurut Muska Mosston

Gaya A Komando (Command Styles)

Semua keputusan dikontrol guru. Murid hanya

melakukan apa yangdiperintahkan guru. Satu aba-aba, satu respons siswa.

Gaya B Latihan (Practice Style)

Guru memberikan beberapa tugas, siswa menentukan di mana,kapan, bagaimana, dan tugas mana yang akan dilakukan pertamakali. Guru memberi umpan balik.

Gaya C Berbalasan (Reciprocal Style)


(40)

1.Pre-impact set , mencakup semua keputusan yang harus dibuat sebelum terjadinyatatap muka antara guru dengan murid. Keputusan dalam setting ini mencakup tugasgerak yang harus dipelajari, waktu, pengorganisasian alat, tempat berlangsungnyagerak, kriteria keberhasilan, serta prosedur dan materi penilaiannya. Keputusan inimenegaskan tentang maksud

Gaya D Menilai diri sendiri (Self Check style)

Siswa diberi petunjuk untuk bisa menilai penampilan dirinya sendiri. Pada saat latiha, siswa berusaha

menentukan kekurangan dan mencoba memperbaikinya. Gaya E Partisipatif atau Inklusif (Inclusion Style)

Guru menentukan tugas pembelajaran yang memiliki ria yang berbeda tingkat kesulitannya, dan siswa

diberikeleluasaan untuk menentukan tingkat tugas mana yang sesuaidengan kemampuannya. Dengan begitu, setiap anak akanmerasa berhasil, dan tidak ada yang merasa tidak mampu.

Gaya F Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Guru membimbing siswa ke arah jawaban yang benar melaluiserangkaian tugas atau permasalahan yang dirancang guru.Guru setiap kali meluruskan

atau memberikan petunjuk untukmengarahkan anak pada penemuan itu.

Gaya G Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Guru menyediakan satu tugas atau permasalahan yang akanmengarahkan siswa pada jawaban yang bisa diterima untukmemecahkan masalah itu. Oleh karena itu, jawaban ataupemecahan yang diajukan siswa bisa bersifat jamak.

Gaya H, I, J Program yang dirancang siswa/Inisiatif siswa/Pengajaran diri Sendiri (Learner designed program/learner

initiated/self-teaching), Siswa mulai mengambil tanggung jawab untuk apa pun yangakan dipelajari serta bagaimana hal itu akan dipelajari


(41)

2. Impact set, meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan maksud di atas, atau hal-hal yang diputuskan pada tahap pre-impact set. Keputusandalam tahap ini menentukan aksi.

3. Post-impact set, memasukkan keputusan yang berhubungan dengan penilaianpenampilan atau pelaksanaan tugas pada masa impact set serta kesesuaian antara maksud dan aksi. Pemberian koreksi dan umpan balik serta penilaian, termasuk pada setting ini

Baik guru maupun murid memiliki kemungkinan untuk membuat keputusan dalam setiap setting pembelajaran di atas. Ketika sebagian atau seluruh keputusan dari setiap kategori ditentukan oleh seorang pembuat keputusan (misalnya saja guru), maka tanggung jawab orang itu menjadi sangat maksimum, sedangkan orang lain (siswa) tanggung jawabnya menjadi minimum. Dengan melihat dan menetapkan siapa yang mengambil keputusan tentang apa, dimana, dan bagaimana-nya, kita dapat mengenal struktur gaya mengajar yang dipilih guru. Kita dapat mengenali apakah guru mencoba memberi tanggung jawab pada siswa atau tidak. Sebagai contoh, pada gaya A, guru yang membuat keputusan tentang apa, di mana,kapan, dan bagaimana-nya dari pembelajaran, murid hanya mengikuti keputusan itu. Dalam gaya B, keputusan tentang apa, di mana, kapan, dan bagaimana itu diserahkankepada siswa pada saat memasuki tahap impact set, sehingga beberapa tujuan baru dapatdicapai. Pada setiap gaya berikutnya, keputusan-keputusan lain secara sistematis dialihkan kepada siswa sehingga spektrum gaya mengajar tergambarkan secara penuh.


(42)

Menurut Dra. Tite Juliantine, M.pd (2009:2) strategi belajar-mengajar sering juga disebut dalam istilah gaya (style) mengajar merupakan suatu prosedur memilih, menetapkan, dan memadukan kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Ada berbagai macam bentuk strategi pengajaran, yaitu (1) strategi komando, (2) strategi dua kawan berpasangan, (3) strategi tugas perorangan, (4) strategi pemecahan masalah tertuntun, (5) strategi inkuiri. Penyusunan suatu strategi merupakan kegiatan awal dari seluruhproses belajar-mengajar. Strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan, bahkan sangat menentukan. Oleh sebab itu seorang guru jika ingin tercapai tujuan pengajarannya, maka dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi belajarmengajar. Mengajarkan sejumlah kegiatan belajar merupakan upaya pokok dalam mewujudkan pendidikan jasmani untuk mencapai tujuannya. Pada dasarnya, hal tersebut menuju kepada peningkatan kemampuan dan kondisi fisik, perkembangan mental dan sosial anak didik melalui kegiatan anak seutuhnya.

Dalam proses-belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang menandaskan bahwa hanya satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi dalam menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu proses belajar-mengajar berlangsung.

D. Reciprocal Teaching

Dalam pembelajaran reciprocal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan


(43)

Peningkatan interaksi sosial antara teman sebaya dan umpan balik secara langsung. Pengamat diharuskan untuk memberikan umpan balik dari hal yang mereka amati. Pembelajaran reciprocal merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menekankan pada umpan balik yang diberikan teman sebayanya.

Mosston dan Asworth (1994) dalam Yudha M. Saputra (2010:38) memaparkan, “Dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi reciprocal, guru akan memulai dengan memperhatikan perubahan yang lebih besar dalam membuat keputusan dari guru kepada anak”. Anak memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan penampilan dari teman atau pasangannya dan memberikan umpan balik atau komentar segera pada setiap kali melakukan aktivitas pembelajaran.

Gaya reciprocal tersebut memiliki karakteristik dapat mengaktifkan siswa dan guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dalam batas batas tertentu, gaya mengajar reciprocal memberi kesempatan siswa belajar menguasai keterampilan lebih lama dan kesempatan mengevaluasi oleh pasangannya lebih intensif. Dengan pendekatan gaya mengajar tersebut, siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan memperoleh bimbingan belajar, termasuk didalamnya memperoleh kesempatan mengevaluasi yang lebih lama dan intensif.

1. Anatomi Gaya Reciprocal

Didalam perangkat keputusan sebelum pertemuan, pengadaan umpan balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a).


(44)

a. Kelas diatur berpasanggan dengan peranan-peranan khusus untuk setiap patner.

1. Salah satu dari pasangan adalahh “ pelaku” (p). 2. Lainnya menjadi pengamat (a).

3. Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan pengamat.

p

p a p a G

G

4. Peranan pelaku sama seperti dalam gaya latihan.

5. Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku dan berkomunikasi dengan guru.

6. Guru mengamati baik “p” maupun “a” tetapi hanya berkomunikasi dengan “a”.

- Guru membuat keputusan sebelum pertemuan. - Pelaku membuat keputusan selama pertemuan.

- Pengamat membuat keputusan umpan balik sesudah pertemuan.

Pra pertemuan Dalam pertemuan Pasca Pertemuan

G G G G S P G G A


(45)

Keterangan :

G : Keputusan Guru S : Keputusan Siswa P : Pelaku

2. Sasaran Gaya Reciprocal

Sasaran gaya reciprocal ini berhubungan dengan tugas dan peranan siswa. a. Tugas

1. Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat.

2. Siswa menerima umpan balik langsung.

3. Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan mengenai penampilan tugas.

b. Peranan siswa

1. Memberi dan menerima umpan balik.

2.Mengamati penampilan teman, membandingkan dan mempertentangkan dengan kriteria yang ada, menyampaikan hasilnya kepada pelaku.

3. Menumbuhhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman. 4. Memberikan umpan balik.

3. Pelaksanaannya Gaya Reciprocal

a. Dalam gaya reciprocal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat.


(46)

2. Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik. 3. Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya.

b. Keputusan-keputusan 1. Sebelum pertemuan

Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini.

2. Selama pertemuan

a. Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a).

b. Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru.

c. Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan.

3. Sesudah pertemuan a. Menerima kriteria.

b. menggamati penampilan pelaku.

c. membandingkan dan Mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang berbeda.

d. Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah. e. Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku. 4. Peranan guru adalah :


(47)

b. Berkomunikasi dengan pengamat saja.

- Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan pengamat.

- Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat.

5. Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat bergantian peranan.

6. Proses pemilihan partner dan pemantau keberhasilan proses adalah penting.

7. Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran berlangsung.

4. Pertimbangan-pertimbangan khusus untuk Reciprocal Teaching

Interaksi antara guru dan pengamat :

a. Pengamat harus dianjurkan untuk berkomunikasi menurut kriteria yang telah disusun.

b. Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik yang akurat yang berhubungan dengan kriteria.

1. Seringkali pengamat terlalu kritis dan harus belajar mengikuti kriteria yang telah ditentukan.

2. Guru perlu menekankan tanggung jawab positif dari pengamat. 3. Guru perlu membantu pelaku dan pengamat untuk berkomunikasi. c. Pada akhir beberapa pelajaran yang pertama dengan menggunakan


(48)

pengamat dan menekankan perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam perilaku mereka.

d. Teknik untuk mengatur kelas dalam pasangan-pasangan.

e. dalam beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan Reciprocal Teaching ini sasaranny akan memerlukan pemusatan perhatian pada penerimaan siswa terhadap peranan pelaku dan pengamat.

f. Kelompok kecil yang terdiri lebih dari dua orang juga dapat memakai cara ini.

1. Dalam kelompok-kelompok ini mungkin ada pencatat, pemberi nilai, atau pengawas.

2. Peranan pelaku dan pengamat tidak berubah, tetapi setiap siswa dalam kelompok yang lebih besar menerima peranan-peranan ini secara bergantian.

3. Kekurangan peralatan, ruang atau jumlah siswa yang besar menyebabkan perlunya penggunaan lebih dari dua siswa dalam kasus ini.

Dalam penerapan reciprocal teaching, guru harus mempersiapkan lembar umpan balik yang menjelaskan tugas yang harus dilakukan anak. Dengan memberikan kriteria evaluasi berupa gambar anak yang sedang beraktivitas, sehingga anak dapat membedakan bahwa aktivitas yang

dilakukan oleh teman sebaya anak tersebut itu bagus atau kurang. Deskripsi semacam ini akan membantu anak mengasah kemampuan intelektualnya. Contoh lembar umpan balik yang harus diisi oleh anak selama proses pembelajaran sebagai berikut :


(49)

Materi pelajaran :

Nama anak yang diamati :……… Nama anak yang mengamati :……… Instruksi untuk pengamat :

1) ... 2) ... 3) ... 4) ...

Tugas : Pelaku akan melakukan semua instruksi guru. Setelah anak itu mempraktekkan semua instruksi guru, pengamat akan meminta anak tersebut untuk menggulanginya.

Tabel 2. Format Pembelajaran Dengan Reciprocal Teaching

k

Ket: Pengamat tinggal memberi tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia

secara umum setiap kali guru akan mengajarkan materi pembelajaran seperti pengembangan fisik, pengembangan bahasa, pengembangan kognitif, pengembangan sosial emosional, pengembangan seni, dan

Sesuatu yang perlu dilakukan pelaku saat

melakukan gerakan Bagus Kemampuan Perlu pengulangan 1.

2. 3. 4. 5.

Ya,membutuhkan pengulangan lagi


(50)

pengembangan moral dan nilai-nilai agama dengan menggunakan strategi mengajar reciprocal, guru harus memulainya dengan terlebih dahulu

memberikan peragaan atau demonstrasi. Dengan menguraikan cara melaksanakan aktivitas tersebut, dan memberikan lembar umpan baliknya. Aktivitas selanjutnya, anak-anak melakukannya secara bersama-sama dengan pasangan masing-masing dimana yang satu bertindak sebagai pengamat dan yang lainnya melakukan aktivitas yang telah ditugaskan oleh guru. Lakukanlah aktivitas tersebut secara bergantian, Anak-anak seharusnya didorong untuk memberikan umpan balik yang positif terhadap pasangannya dan juga membantu mereka dalam mengoreksi kesalahan dalam setiap kali melakukan aktivitasnya. Dalam model mengajar reciprocal guru harus selalu berada diantara anak-anak, membantu untuk menjelaskan tugas baik yang dilakukan oleh pelaku maupun pengamat dan berikanlah bantuan apabila diperlukan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Reciprocal Teaching

a. Kelebihan dari gaya mengajar reciprocal teaching yaitu :

1. Memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda-tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik ini berupa informasi tentang apa yang diperbuat baik yang benar atau yang keliru.

2. Dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil, sehingga aspek sosialnya berkembang.


(51)

3. Meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman.

b. Kekurangan dari gaya mengajar reciprocal teaching yaitu : 1. Sering menimbulkan situasi yang emosional antara pelaku dan

pengamat yang disebabkan prilaku yang berlebihan dalam menyampaikan materi dengan nada mengejek atau menghakimi. 2. Pelaku tidak tahan dengan kritik yang diberikan oleh pengamat. 3. Terdapat perbedaan penafsiran deskripsi gerakan atau pokok bahasan

yang tertera dalam lembar kerja.

E. Command Styless ( Gaya Komando )

Pendekatan proses pembalajaran dalam metode ini sepenuhnya didominasi guru. Gurulah yang membuat tentang bentuk, tempo, urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Siswa sangat mematuhi perintah guru. Secara teoritis bahkan dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya.

1. Latar Belakang Teoritis.

Pada dasarnya, teori yang mendasari metode ini adalah teori belajar

stimulus-respon yaitu stimulus (perangsang) X akan menghasilkan respon (reaksi 25 prilaku) Y. Bila siswa secara berulang-ulang melakukan serangkaian stimulus respon yang telah direncanakan, maka ia akan


(52)

menguasai respon tersebut yang relatif tetap. Artinya, bila ia dirangsang stimulus itu dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja maka respon yang telah dikondisikan maka akan muncul lagi dengan mulus. Inilah proses belajar menurut teori tersebut. Oleh karena siswa itu harus dirangsang terus menerus. Itulah maka siswa dianggap sebagai objek. Guru adalah yang memproduksi rangsangannya, jadi guru adalah subjek. Stimulus itu direncanakan dan diberikan sepenuhnya oleh dan dari guru itu sendiri dan siswa meresponya secara berulang-ulang. Selain prinsip ulangan, metode ini juga mengandung prinsip ganjaran (renforcement). Ganjaran, bila diberikan secara tepat, akan memperkuat hubungan stimulus dan respon. Ganjaran itu dapar berupa benda, tetapi juga dapat berupa bukan benda. Termasuk ganjaran yang berupa benda adalah uang dan barang, termasuk bukan benda adalah pujian atau hadiah seperti piagam dan piala.

2. Prosedur

Pada umunya prosedur metode ini mengikuti langkah-langkah seperti berikut:

1. Guru menyiapkan seperangkat kegaiatan belajar mengajar yang pada umunya berkenaan dengan bentuk, tempo, urutan, frekuensi, intensitas, penilaian dan tujuan pengajaran.

2. Guru menetapkan bentuk aba-aba atau komando berupa verbal atau bentuk lambang lainnya. Yang termasuk lambang adalah bendera, tepuk tangan, peluit, dsb.


(53)

3. Pada saat guru mendemonstrasikan kegiatan belajarnya baik berupa gerakan maupun aba-abanya. Demontrasi ini dapat dilakukan oleh guru sendiri atau model yang diambil dari siswa yang pandai atau orang lain. Guru menyiapkan siswanya untuk menerima aba-aba melakukan gerakan sesuai dengan komando guru. Gerakan dilakukan berulang-ulang.

4. Guru menghentikan pengajaran bila ia menganggap bahwa siswa telah menguasai gerakan yang dimaksud.

5. Sangat efektif bila ingin membina keseragaman dan keserentakan gerakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan guru, mempertinggi disiplin dan kepatuhan. Metode ini memberikan kesempatan untuk menyampaikan bahan ajar atau praktek yang cukup banyak dengan waktu yang tidak lama.

3. Anatomi Gaya Komando

Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjaunya dari tiga perangkat keputusan yaitu: pra pertemuan, selama pertemuan, dan pasca pertemuan. Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada siswa dinyatakan sebagai berikut: KG= Keputusan Guru; KS= Keputusan Siswa. Untuk gaya komando atau gaya perintah ini, semua keputusan diambil oleh guru. Jadi bagan tentang keputusan-keputusan untuk gaya komando sebagai berikut:

Pra Pertemuan : KG Dalam Pertemuan : KG Pasca Pertemuan : KG


(54)

4. Sasaran Gaya Komando

1. Bagian ini akan merinci peranan guru, peranan siswa, dan hasil yang dicapai karena menggunakan gaya yang diuraikan.

2. Dengan menggunakan gaya komando, maka sasaran yang akan dicapai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti petunjuk-petunjuk guru, dengan sasaran-sasaran sebagai berikut:

a. Respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan b. Penampilan yang sama/seragam penyesuaian

c. Penampilan yang disinkronkan

d. Mengikuti model yang telah ditentukan e. Mereproduksi model (mengikuti) f. Ketepatan dan kecermatan respons g. Meneruskan kegiatan dan tradisi kultural h. Mempertahankan tingkat estetika

i. Meningkatkan semangat kelompok j. Penggunaan waktu secara efisien k. Pengawasan keamanan

sasaran yang berhubungan dengan tugas penampilan siswa adalah:

a. Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dan dijelaskan.

b. Memperagakan/mendemonstrasikan, tugas penampilan yang diberikan


(55)

d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru dalam berbagai bentuk.

5. Menyusun Pelajaran Gaya Komando

1. Semua keputusan pra-pertemuan dibuat oleh guru a. Pokok bahasan

b. Tugas-tugas c. Organisasi d. Dan lain-lain

2. Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru a. penjelasan peranan guru dan siswa

b. Penyampaian pokok bahasan c. Penjelasan prosedur organisasi d. Urutan Kegiatan

1. peragaan 2. Penjelasan 3. Pelaksanaan 4. Penilaian

3. Keputusan pasca pertemuan a. Umpan balik kepada siswa

b. Sasarannya: harus memberi banyak waktu untuk pelaksanaan tugas.


(56)

a. Standar penampilan sudah mantap dan pada umumnya satu model untuk satu tugas.

b. Pokok bahasan dipelajjari secara meniru dan mengingat melalui penampilan.

c. Pokok bahasan dipilah-pilah menjadi bagian yang dapat ditiru. d. Tidak ada perbedaan individual: diharapkan menirukan model.

7. Unsur-unsur Khas dalam Pelajaran dengan Guru Komando

a. Semua keputusan dibuat oleh guru.

b. Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas merupakan kegiatan utama dari siswa.

c. Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi.

d. Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi.

e. Mengembangkan prilaku berdisiplin karna menaati prosedur yang telah ditetapkan.

8. Kelebihan dan Kekurangan Command Styles

a. Kelebihan dari gaya mengajar Command Styles yaitu : 1. Kerang mengembangkan penalaran siswa.

2. Kurang mengembangkan pembentukan sifat.

3. Tidak demokratis dalam penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif.

b. Kekurangan dari gaya mengajar Command Styles yaitu : 1. Keseragaman gerak.


(57)

2. Jika dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana menyenangkan.

3. Mengembangkan prilaku disiplin.

4. Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi.

F. Hasil Belajar

Belajar adalah proses berfikir. Proses berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam belajar berfikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. (Wina Sanjaya, 2006:105). Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia yang selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.

Menurut Romiszowski dalam Lutan (1981: 241) bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari. Selanjutnya Bloom dalam Lutan (1981:7) mendifinisikan hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yakni, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, (6) evaluasi. Ketiga kemampuan pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah, selanjutnya ketiga


(58)

ketiga kemampuan lainnya yaitu, analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi; (1) penerimaan, (2) perhatian, (3) penanggapan, (4) penyesuaian, (5) penghargaan dan penyatuan. Ranah psikomotor meliputi: (1) peniruan, (2) penggunaan, (3) ketelitian, (4) koordinasi, dan (5) naturalisasi.

Gagne dan Briggs dalam Lutan (1978: 49-50) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Jadi kesimpulannya bahwa belajar adalah suatu proses, fungsi, dan juga hasil dari perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi dihasilkan dari pengalaman atau berbuat berulan-ulang. Perubahan yang terjadi bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama, maksudnya adalah perubahan itu tidak langsung hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan.

G. Teori Belajar Gerak atau Motorik

a. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik

Belajar motorik merupakan seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam prilaku terampil (Schmidt, 1982 dalam Lutan 1988:102). Meskipun tekanan belajar motorik yaitu penguasaan keterampilan tidak berarti aspek lain, seperti peranan dominan kognitif diabaikan. Menurut Meinel (1976) dalam Lutan (1988:102) belajar gerak itu terdiri dari tahap penguasaan,


(59)

penghalusan dan penstabilan gerak atau keterampilan teknik olahraga. Dia menekankan integrasi keterampilan di dalam perkembangan total dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan, kordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang. Ditambahkannya belajar gerak dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan yang disadari dimana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Schnabel (1983) dalam Lutan ( 2001:102) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar ialah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa atau atlet yang belajar. Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan.

Belajar gerak secara khusus dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan kondisi lingkungan (Drowatzky, 1981). Lebih lanjut Schmidt (1988), menyatakan bahwa belajar gerak mempunyai beberapa ciri, yaitu :

a) merupakan rangkaian proses, b) menghasilkan kemampuan untuk merespon, c) tidak dapat diamati secara langsung, bersifat relatif permanen, d) sebagai hasil latihan, e) bisa menimbulkan efek negatif.

Dari beberapa pengertian belajar gerak dari para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut, Belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses pertumbuhan yang diwujutkan


(60)

melalui respon–respon, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian tubuh.

b. Tahapan Belajar Gerak atau Motorik

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya adalah prasyarat untuk tahap berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.

Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah sebagai berikut :

- Tahap Kognitif

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak,


(61)

maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

- Tahap Asosiatif / Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Menurut Winkel (1984: 54) Tahap latihan adalah tahap dimana siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup. Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.

- Tahap Otomatis

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa


(62)

berpikir lagi terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar.

Dalam Lutan (1988) dijelaskan bahwa untuk mempelajari gerak maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima pembelajaran.

b. Kesempatan belajar. Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

c. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan berlatih, semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan dapatkan. Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya.

d. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.


(63)

e. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan dalam hal ini merupakan feed back.

f. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar kecilnya motivasi yang dimilikinya.

H. Senam

Menurut Muhajir (2006: 88), Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Senam atau gymnastik merupakan suatu sistem latihan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan fisik melalui latihan tubuh (Sayuti Sahara, 2004:1.4).

Olahraga senam mempunyai sistematika tersendiri, serta mempunyai tujuan yang hendak dicapai seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan, koordinasi, atau bisa juga diperluas untuk meraih prestasi, membentuk tubuh yang ideal, dan memelihara kesehatan. Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan.


(64)

Senam dalam bahasa inggris disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “Gymnos” dalam bahasa Greka atau Yunani kuno yang berarti berpakaian minim atau telanjang. Orang Yunani kuno melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Tujuannya ialah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang melakukan senam ini hanya kaum pria.

Senam di negeri kita sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Waktu itu namanya “Gymnastiek” sedangkan pada zaman jepang dinamakan “Taiso”. Pemakaian istilah senam sendiri kemungkinan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport.

Olahraga senam sendiri ada bermacam-macam, seperti : senam si buyung, senam sekolah, senam alat, senam tera, senam irama, senam jantung sehat, senam aerobik, senam kesegaran jasmani, senam artistik dan lain-lain. Disamping itu, ada juga bentuk senam lain yang sering terdengar dalam konteks pertandingan, seperti senam prestasi, senam artistik, dan senam akrobatik. Menurut FIG (Federation Internatioanale de Gymnastiqua) senam dapat dikelompokkan menjadi: (1) senam artistik (artistic gymnastics), (2) senam ritmik (sportive rhythmic gymnastics), dan (3) senam umum (general gymnastics).


(65)

I. Senam Lantai

Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam artistik. Dikatakan senam lantai karena seluruh keterampilan gerakan dilakukan pada lantai yang beralas matras tanpa melibatkan alat lainnya. Menurut Muhajir ( 2006 : 69 ), Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang mengandalkan aktivitas seluruh anggota badan, baik untuk olahraga senam sendiri maupun untuk cabang olahraga lain. Senam lantai mengacu pada gerak yang dikerjakan dengan kombinasi dari kemampuan komponen motorik/gerak seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan.

Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kakiuntuk memperthankan sikap seimbang atau pada saatmeloncaat kedepan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya, bentuk-bentuk katihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya unuk putri anyak unsur gerak balet. Jenis senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus.


(1)

MOTTO

“ Orang berilmu itu sungguh beruntung. Karena mereka punya peluang untuk hidup lebih mulia dari orang lain jika

ilmunya benar-benar bisa diamalkan ’’ (Pramono Dewo)

“ Tidak ada seorangpun yang bisa memotivasi dengan sangat baik kecuali dirinya sendiri ’’

(Putri Anggar Kesuma)

Musibah & kesulitan-kesulitan itu tak pernah salah alamat. Semua telah ALLAH atur dengan sangat tepat & adil. Demikian pula rezeki & kemudahan-kemudahan, sebab itulah kita harus selalu

percaya kepadaNYA. (Putri Anggar Kesuma)


(2)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Putri Anggar Kesuma NPM : 0613051027

Tempat Tanggal Lahir : Gunung Besar, 6 Mei 1989

Alamat : Jl. P. Puting Marga No. 53 Kec. Tanjung Raja Lampung Utara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbedaan Pengaruh Gaya

MengajarReciprocal Teaching danCommand Styles Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Guling Belakang Pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo”adalah benar hasil karya penulis. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, plagiatdan ataupun hasil karya orang lain.Dan jikadikemudianhariternyataadahal yang

melanggarketentuanakademikmakasayabersediauntukmenerimasangsiakademiksesuaiperaturan yang berlaku.Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, 2013


(3)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapakan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Kedua orang tua ku ayah dan mama yang telah memberikan segalanya kepadaku nafas, kasih sayang, kesabaran, materi juga

doa mereka yang tak pernah putus. Terimakasih ayah & mama mau dengan sabar menungguku menyelesaikan kuliahku, dan

anggar bersujud meminta maaf untuk air mata yang jatuh tertumpah.

Ayuk Enja, Abang dali, & adek Halid terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, & keceriaan kalian sehingga membuat

aku semakin dewasa .

My Best Friend and my best love yang memberikanku banyak arti tentang kehidupan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Putri Anggar Kesuma, dilahirkan di Desa Gunung Besar Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 06 Mei 1989, anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Imron Hardi dan Ibu Rohaini.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain : Sekolah Dasar (SD) di SDN 01 Gunung Besar selesai pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP PGRI 2 Ogan Lima selesai pada tahun 2003 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 3 Kotabumi selesai tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).


(5)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Pengaruh Gaya

MengajarReciprocal Teaching danCommand Styles Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar

Guling Belakang Pada Siswa Kelas X TKJ di SMK Widya Yahya Gadingrejo” penulis

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si SelakuDekanFakultasKeguruan Dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung.

2. Drs. BaharudinRisyak, M.PdSelaku Ketua JurusanIlmuPendidikan FKIP, sekaligusPembahasyang telah memberikan masukan, saran serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis.

3. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Marta Dinata, M.Pd. selaku Pembimbing IIyang selalu

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembahas, atas saran danbimbingan yang telahdiberikanuntukkesempurnaanskripsipenulis.

6. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama masa studi di universitas Lampung.


(6)

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan semasa penulis menyelesaikan studi di Universitas Lampung.

8. Bapak dan ibu Staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah bekerja sama dengan pelayanannya sehingga terselesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2006, serta sahabatku Entong, Mamang, Yulay, konce’, acipoa, & dede’ku eti terimakasih atas kebersamaannya & smua kisah, I will always miss everything.

10. Esron Sinaga terimakasih telah mendengarkan keluhanku setiap saat dengan sabar memberiku semangat dan motivasi, juga mengingatkan dalam kebaikan. 11. Siswa kelas X TKJ SMK Widya Yahya Gadingrejo, terimakasih atas waktu dan data yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ihklas, semoga diberikan kebaikan yang berlimpah dari Tuhan yang Maha Esa.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Wasalammualaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2013

Penulis


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista (eksperimen di MAN 2 Bogor)

1 15 148

Hubungan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Di Sma Negeri 46 Jakarta)

6 25 142

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

PEMBELAJARAN LONCAT HARIMAU DENGAN PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS XI TKJ 5 DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 71

SISTEM INFORMASI ALUMNI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO

8 53 47

Perbedaan Pendekatan Mengajar Guling Belakang Bulat dan Lurus Terhadap Hasil Belajar Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA Kartika III 1 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010 2011

0 10 126

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X AK DI SMK NEGERI 1 KISARAN TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 31

(ABSTRAK) PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

(ABSTRAK) PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2