Tujuan Pembelajaran Latihan 1 Materi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya udang di Indonesia sudah lama dilakukan oleh masyarakat pembudidaya pada periode 80-an, dari mulai penerapan teknologi yang sangat sederhana hingga penerapan teknologi intensif, berkembangnya penerapan teknologi ini karena permintaan jumlah konsumsi udang yang semakin meningkat dari tahun ke tahun baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri, sehingga menuntut pula produktifitas udang semakin meningkat. Masyarakat pembudidaya udang telah mempunyai prinsip bahwa budidaya udang mampu menjanjikan hasil yang tinggi tetapi juga sebanding dengan biaya dan resiko yang tinggi pula, sehingga bermunculan perorangan maupun kelompok yang membuka lahan untuk melakukan budidaya udang serta tidak sedikit pula perusahaan yang telah lama bergerak dibidang budidaya udang mengalami gulung tikar. Timbul tenggelamnya para pembudidaya udang ini dikarenakan adanya berbagai masalah baru yang menjadi momok kegagalan budidaya, tetapi hal ini malah menjadi tantangan bagi para ilmuan baik dilingkup swasta maupun pemerintahan untuk terus melakukan penelitian agar masalah yang kian timbul mampu ditemukan solusi bagi masyarakat pembudidaya. Sehingga pada tanggal 14 Juli 2001 berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.41MEN2001 Indonesia melakukan introduksi udang Vannamei Litopenaeus vannamei yang berasal dari negeri Paman Sam Amerika, sebagai solusi adanya serangan WSSV White spots syndrome virus terhadap udang asli indonesia yaitu udang windu Penaeus monodon yang pada tahun 2000 terjadi gagal panen akibat serangan WSSV, menyebabkan kerugian negara berupa devisa diperkirakan mencapai 2,5 trilyun rupiah per tahun Ditjen Perikanan Budidaya, 2005.

B. Deskripsi Singkat

Penulisan materi penyuluhan ini adalah sebagai tambahan pengetahuan dan panduan bagi para pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan kususnya udang vaname. Materi penyuluhan ini berjudul Budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannameiyang di dalamnya meliputi biologi udang vaname, pemilihan lokasi budidaya, pemeliharan udang vaname, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, dan panen.

C. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran materi penyuluhan budidaya udang vaname adalah: a. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat menerapkan cara budidaya udang vaname dengan benar 2 b. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat melakukan persiapan lahan dengan baik dan benar c. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat memahami sifat biologi udang vaname sebagai pengetahuan dasar dalam melakukan budidaya udang vaname d. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat menentukan atau memilih lokasi yang sesuai untuk budidaya udang vaname e. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat mengelola pakan dengan benar selama proses budidaya udang f. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat melakukan pengelolaan kualitas air pemeliharaan dengan baik g. Pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat menerapkan cara panen udang dengan baik dan benar 3 MATERI POKOK I Biologi Udang Vaname

A. Materi 1. Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut: Phylum : Arthropoda Kelas : Crustacea Sub-kelas : Malacostraca Series : Eumalacostraca Super order : Eucarida Order : Decapoda Sub order : Dendrobranchiata Infra order : Penaeidea Famili : Penaeidae Genus : Penaeus Sub genus : Litopenaeus Spesies : Litopenaeus vannamei Setelah mempelajari materi penyuluhan ini pembudidaya atau pelaku utama dapat memahami dan menjelaskan biologi udang vaname yang meliputi : klasifikasi dan morfologi, habitat dan penyebaran, siklus hidup dan pemijahan 4 Udang penaeid mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, 3 bercapit dan kulit citin.Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. Udang vaname termasuk salah satu famili penaide termasuk semua jenis udang laut, udang air tawar. Secara morfologi udang dapat di bedakan menjadi 2 bagian: - Cephalothorax bagian.kepala dan badan yang dilindungi carapace - Abdomen bagian perut terdiri dari segmenruas-ruas Bagian kepala Pada ruas kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai. Selain itu, memiliki 2 antena yaitu: antenna I dan antenna II. Antena I dan antenulles mempunyai dua buah flagellata pendek berfungsi sebagai alat peraba atau penciuman. Antena II atau antenae mempunyai dua cabang, exopodite berbentuk pipih disebut prosantema dan endopodite berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Juga, pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke mandibula. Bagain dada thorax Bagian dada terdiri 8 ruas, masing-masing mempunyai sepasang anggota badan disebut thoracopoda. Thoracopoda 1-3 disebut maxiliped berfungsi pelengkap bagian mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda 4-8 berfungsi sebagai kaki jalan periopoda; sedangkan pada periopoda 1-3 mempunyai capit kecil yang merupakan ciri khas udang penaeidae. Bagian perut abdomen Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas. Ruas 1-5 memiliki sepasang anggota badan berupa kaki renang disebut pleopoda swimmered. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang bentuknya pendek dan ujungnya berbulu setae. Pada ruas ke 6, berupa uropoda dan bersama dengan telson berfungsi sebagai kemudi. 5 Gambar 1. Morfologi udang Keterangan gambar: Tanda-tanda anatomi L.vannamei yang penting, antara lain. : 1. Pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas dorsal. 2. Pada badan tidak ada rambut-rambut halus setae 3. Pada jantan Petasma tumbuh dari ruas coxae kaki renang No:1. yaitu protopodit yang menjulur kearah depan. Panjang petasma kira-kira 12 mm. Lubang pengeluaran sperma ada dua kiri dan kanan terletak pada dasar coxae dari pereopoda kaki jalan no.5 . 4. Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dadathorax, antara ruas coxae kaki jalan no: 3 dan 4. yang juga disebut “Fertilization chamber”. Lubang pengeluaran telur terletak pada coxae kaki jalan no:3. Coxae ialah ruas no:1 dari kaki jalan dan kaki renang. 1. Carapace 2. Rostrum 3. Mata majemuk 4. Antennules 5. Prosartema 6. Antena 7. Maxilliped 8. Pereopoda 9. Pleopoda 10. Uropoda 11. Telson a. Oesophagus b. Ruang cardiac c. Ruang pyloric d. Cardiac plate e. Gigi-gigi cardiac f. Cardiac ossicle g. Hepatopancreas h. Usus mid gut i. Anus 6 Gambar 2. Udang vaname

2. Penyebaran

Daerah penyebaran alami L.vaname ialah pantai Lautan Pasifik sebelah barat Mexiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu air laut sekitar 20 o C sepanjang tahun. Sekarang L.vaname telah menyebar, karena diperkenalkan diberbagai belahan dunia karena sifatnya yang relatif mudah dibudidayakan, termasuk di Indonesia.

3. Daur Hidup.

L.vaname adalah binatang catadroma , artinya ketika dewasa ia bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke daerah estuaria berkadar garam rendah. Pada awalnya udang vaname ditemukan setelah matang kelamin akan melakukan perkawinan di laut dalam sekitar 70 m diwilayah Pasifik lepas pantai depan Mexico dan Amerika tengah dan Selatan pada suhu air 26-28 o C dan salinitas 35 ppt. Telurnya menyebar dalam air dan menetas menjadi nauplius diperairan laut lepas off shore bersifat zooplankton. Selanjutnya dalam perjalanan migrasi kearah estuaria, larva L.vaname mengalami beberapa kali metamorfosa, seperti halnya pada udang P.monodon. Diwilayah estuaria yang subur dengan pakan alaminya, larva udang-udang itu berkembang cepat sampai stadia juwana dimana telah terbentuk alat kelaminnya. Tetapi, tidak dapat matang telur karena masih berada pada salinitas rendah. Sehingga ia bermigrasi kembali ketengah laut yang berkadar garam tinggi, tempat udang itu menjadi dewasa, dapat matang kelamin dan kawin serta bertelur. Siklus hidup udang dapat dilihat pada gambar 3. 7 Gambar 3. Siklus hidup udang

4. Pakan dan kebiasaan makan

Semula udang Penaeid dikenal sebagai hewan bersifat omnivorous- scavenger artinya ia pemakan segala bahan makanan dan sekaligus juga pemakan bangkai. Namun penelitian selanjutnya dengan cara memeriksa isi usus, mengindikasikan bahwa udang Penaeid bersifat karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, dan polychaeta cacing. Oceanic Institute di Hawai membuktikan bahwa bacteria dan algae yang banyak tumbuh di badan kolom air kolam yang agak keruh, ternyata berperan penting sebagai makanan udang, menyebabkan udang tumbuh lebih cepat 50 dibanding dengan udang L.vannamei yang dipelihara didalam kolambak yang berair sangat bersih. Catatan ini membuktikan bahwa udang tumbuh optimum dikolam karena adanya komunitas microbial Wyban Sweeney,1991. L.vannamei bersifat nocturnal. Sering ditemukan L.vannamei memendamkan diri dalam lumpurpasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Akan tetapi pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya, ini berarti sifat nocturnal tidak mutlak L.vannamei memerlukan pakan dengan kandungan protein 35 . Ini lebih rendah dibanding dengan kebutuhan untuk udang P.monodon, dan P.japonicus yang kebutuhan protein pakannya mencapai 45 untuk tumbuh baik. Ini berarti dari segi pakan L.vannamei lebih ekonomis, sebab bahan pangan yang mengandung protein banyak tentu lebih mahal. L.vannamei tumbuh cepat jika pakannya mengandung cumi-cumi. Cumi-cumi telah diketahui mengandung banyak lemak tak jenuh HUFA antara lain Cholesterol yang diperlukan untuk pertumbuhan gonada udang, maupun untuk percepatan pertumbuhannya. 8

5. Pertumbuhan

Kecepatan tumbuh pada udang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu frekuensi molting ganti kulit dan kenaikan berat tubuh setelah setiap kali ganti kulit.Karena daging tubuh tertutup oleh kulit yang keras, secara periodik kulit keras itu akan lepas dan diganti dengan kulit baru yang semula lunak untuk beberapa jam, memberi kesempatan daging untuk bertambah besar, lalu kulit menjadi keras kembali. Proses molting dimulai dari lokasi kulit diantara karapas dan intercalary sclerite garis molting dibelakang karapas yang retak pecah memungkinkan cephalothorax dan kaki-kaki appendiges depan ditarik keluar. Udang dapat lepas sama sekali dari kulit yang lama dengan cara sekali melentikkan ekornya. Semula kulit yang baru itu lunak, lalu mengeras yang lamanya tak sama menurut ukuranumur udangnya. Udang yang masih kecil, kulitnya yang baru akan mengeras dalam 1-2 jam, pada udang yang besar bisa sampai 1-2 hari. Kondisi lingkungan dan faktor nutrisi juga mempengaruhi frekuensi molting. Misalnya, suhu semakin tinggi semakin sering molting. Ketika sedang molting, penyerapan oksigen kurang efisien, sehingga seringkali udang mati disebabkan hypoxia kurang oksigen. Udang yang menderita stress, dapat melakukan molting secara tiba-tiba, karena itu tehnisi harus waspada dengan keadaan yang menyebabkan stress itu molting merupakan proses fisiologi. Secara alamiah, udang yang sedang molting membenamkan diri didalam pasir dasar perairan untuk menyembunyikan diri terhadap predator.

6. Pematangan gonad Maturation.

Istilah maturasi ialah proses perkembangan telur oogenesis dalam ovarium udang betina. System reproduksi udang terdiri dari sepasang ovarium, oviduct saluran telur, genital aperture lubang genitalia, dan thelycum. Bakal telur oogonia diproduksi secara pembelahan mitose dari germinal epithelium didalam ovarium yang terjadi sepanjang hidup udang betina. Selanjutnya, oogonia melakukan meiosis, diferensiasi menjadi oocytes, dan dikelilingi oleh sel-sel follicle. Oosites telur lalu menyerap bahan kuning telur yolk dari darah induknya melalui sel-sel folikel. Komponen utama dari kuning telur udang ialah lipoglycoprotein, yang disebut lipovitellin. Sumber kuning telur hanya didalam hemolymph dari induk udang yang sedang dalam proses pematangan gonad, organ itu disebut hepatopancrea .Hepatopancreas terletak dibagian dorsal dari torax , tertutup karapas, terlihat sebagai bayangan putih. 9 Organ reproduksi utama pada udang jantan ialah sepasang testes, vasa diferensia saluran air mani, petasma dan appendix masculina. Sperma udang tidak ber-flagella dan tidak bergerak dengan nucleus yang tidak nyata terkumpul. Bagian sel sperma yang telah matang ialah kepala, topi, dasar dan spika. Dalam perjalanan aliran sperma sepanjang vas diferensia sperma terkumpul dalam cairan yang kental dan tersimpan didalam spermatopora berbentuk bulat kecil berkulit chitine . Perhatikan petasma dan thelycum terbuka pada induk betina L.vannamei

7. Perkawinan dan Pemijahan

Walaupun proses pematangan telur didalam gonad dilakukan rangsangan , seperti ablasi mata, tetapi perkawinan udang di panti pembenihan dilakukan secara alami didalam bak khusus pemijahan. Walaupun proses pematangan telur didalam gonad dilakukan rangsangan , seperti ablasi mata, tetapi perkawinan udang di panti pembenihan dilakukan secara alami didalam bak khusus pemijahan. Perkawinan mating. Udang L.vannamei kawin pada awal senja hari. Durasi lamanya perkawinan hanya 3 – 16 detik .Pejantan mendekati betina dengan cara berjalan didasar bak, dari arah belakang si betina. Setelah dekat dengan si betina , jantan akan merangkak mendekatkan kepalanya ke ekor betina. Hal ini dapat menyebabkan betina akan lari terkejut. Betina seringkali belum siap untuk kawin, bila induk betina siap, induk jantan akan terus merangkak dibawah tubuh betina. Induk betina berenang meliuk sepanjang dinding tegak bak atau berenang kearah tengah bak sejauh 2-3 m. induk jantan menyentuh betina dari bawah dan dalam posisi paralel, terus mengikuti betina. Seekor induk betina mungkin saja didekati oleh 2-3 ekor jantan pada satu saat bersamaan. Betina dengan ovarium yang matang lebih sering didekati induk jantan dari pada yang belum matang gonad. Pada L.vannamei, proses pendekatan itu seringkali tidak selalu jantan dengan betina melainkan jantan dengan jantan, sebab diduga induk betina yang telah matang gonad mengeluarkan pheromon jenis 1 yang dapat merangsang setiap udang jantan dalam satu bak untuk melakukan proses pengejaran. Diketahui adanya 2 macam hormon sebagai sex attractan daya tarik sex yang disebut pheromone yang diproduksi oleh induk betina matang gonad yang merangsang perilaku chasing dan mating . Pheromon 1 merangsang perilaku chasing sifatnya stabil dalam air. Pheromon 2 merangsang proses kawin, bersifat cepat rusak dan mungkin hanya merangsang bila bersentuhan tubuh. Pheromon 2 ini diduga hanya diproduksi oleh 10 induk betina yang benar-benar sudah matang telur dan benar-benar siap untuk kawin. Setelah jantan dan betina berkejaran, Pejantan membalikkan tubuhnya sehingga bagian ventral keduanya berhadapan. Jantan memeluk betinanya dengan kaki jalannya. Posisi berhadapan ventral to ventral itu hanya berlangsung 1-2 detik saja dimana saat itu induk jantan mengeluarkan cairan mani spermatophora yang kental dari petasma. Spermatophora itu tetap melekat pada thelicum. Kadang- kadang dapat terjadi, spermatophora tidak tersalur, maka segera pejantan berbalik keposisi tertelungkup lagi dan berenang berdampingan dengan betina. Dalam waktu singkat, induk jantan berbalik telentang dengan posisi dibawah betina . Proses itu mungkin berulang 2-3 kali . Biasanya bila betina sudah matang gonad, perkawinan akan selalu berhasil tidak gagal. Pada L.vannamei dan L.stylirostris yang ber-thelycum terbuka, spermatophora hanya melekat di sekitar thelycum yang berbentuk cekungan dikelilingi oleh rambut- rambut halus. Perkawinan terjadi saat induk betina dalam keadaan intermolt berkulit keras dimana pematangan gonad sudah sempurna, lalu pemijahan telur terjadi 1-2 jam setelah kawin. Pemijahan Yang disebut memijah ialah proses keluarnya telur-telur yang siap dibuahi dari induk betina. Proses pemijahan hanya berlangsung kira-kira 2 menit saja pada L.vannamei , dimana proses ini terjadi ketika induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya pereopoda. Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ke-tiga, dan mengarah ke depan,sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga yang berada diantara coxa pada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk rongga itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya Wyband Sweeney,1991. Sperma masuk kedalam sel telur lalu menyatu fusi sebagai diuraikan oleh Clark dkk. 1984 dalam Wyban Sweeney 1991. Antara sel telur dan sperma terjadi serangkaian perubahan bio kimia , namun yang berhasil menyatu hanyalah satu sperma dan satu sel telur saja. Proses itu berlangsung selama 11 menit pada suhu 28 o C. 11 L.vannamei biasa memijah di malam hari , beberapa jam setelah kawin. Karena interval antara kawin dan mijah sangat pendek, maka perlu dilakukan tindakan tehnis untuk mengamankan mengendalikan proses pembuahan , penetasan telur dan pemeliharaan larva, didalam panti pembenihan. Udang harus ditinggalkan dalam keadaan tenang dalam bak agar terjadi perkawinan. Tetapi betina yang telah kawin, harus segera ditangkap sebelum memijahkan telur, untuk dipindahkan ke dalam bak pemijahan yang lebih kecil volumenya. Gambar 4. Induk vaname yang telah matang gona Gambar 5. Udang dengan ovarium yang sudah berkembang

8. Perkembangan embrio

Perkembangan embrio udang terjadi secara cepat setelah pembuahan. Pembelahan pertama terjadi setelah 50 menit setelah pembuahan, pada suhu 27oC dan terbagi embrio dan yolk kuning telur menjadi 2 sel, secara kontinyu sampai menjadi banyak sel dan mencapai bentuk blastula. Setelah 12 jam, nauplius pada 12 setiap telur telah terbentu sempurna dan setelah 16 jam telur mulai menetas. Nauplii yang baru menetas berenang perlahan dan phototaksis positif.

9. Perkembangan larva

Larva akan berkembang sempurna pada kondisi suhu 26-28oC, oksigen terlarut 5-7 mgliter, salinitas 35 ppt sesuai dengan kondisi dialamnya. Setelah menetas larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu nauplius, zoea dan mysis. Setiap stadia akan dibedakan menjadi sub stadia sesuai dengan perkembangan morfologinya. Perkembangan stadia terjadi setelah larva mengalami molting. Selama stadia nauplius larva masih memanfaatkannutrisi dari yolk egg yang dibawanya, dan setelah molting menjadi zoea baru mencari makanan dari luar berupa mikroalga. Setelah zoea metamorphosis menjadi mysis, larva berubah dari herbivore menjadi karnivora, yaitu dengan makanan zooplankton. Stadia mysis kemudian berakhir dan menginjak stadia post larva, stadia ini sudah menyerupai udang muda dalam hal makanan maupun tingkah lakunya. Pada stadia larva bersifat planktonik, setelah post larva bersifat bentik. Larva akan berpindah tempat dari laut terbuka bermigrasi kea rah pantai dan estuary sampai menjadi dewasa. Tabel 1. Perkembangan stadia udang Hari ke Stadia Karakteristik 1 Naupli-1 Badan berbentuk bulat telur dengan 3 pasang anggota tubuh 2 Naupli-2 Pada ujung antenna pertama terdapat setae yang satu panjang dan 2 buah yang pendek 3 Naupli-3 Dua buah furctel mulai tampak jelas dengan masing-masing tida duri, tunas maxiliped mulai tampak 4 Naupli-4 Masing-masing furcel terdapat empat buah duri, antenna kedua beruas-ruas 5 Naupli-5 Struktur tojolan pada pangkal maxilliped mulai tampak jelas 6 Naupli-6 Perkembangan stae makin sempurna dan duri pada forcel tumbuh makin panjang 13 7 Zoea-1 Badan pipih dan karapac mulai jelas, mata mulai tampak, namun belum bertangkai, maxilla pertama dan kedua serta alat pencernaan mulai berfungsi 8 Zoea-2 Mata bertangkai, rostrum mulai tampak dan spin suborbital muali bercabang 9 Zoea-3 Sepasang uropoda biramus mulai berkembang dan duri pada ruas-ruas tubuh mulai tampak 10 Mysis-1 Badan berbentuk bengkok seperti udang dewasa 11 Mysis-2 Tunas pleopoda mulai tampak 12 Mysis-3 Tunas pleopoda bertambah panjang dan beruas-ruas 13 Post larva Larva seperti udang dewasa begitu pula cara berenangnya, pada stadia ini udang tidak lagi mengalami perubahan morfologi tubuh Sumber: Subaidah,S., dkk 2006

B. Latihan 1

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar 1. Udang vaname termasuk salah satu family penaeidae, apa cirri khas dari family tersebut 2. L.vannamai adalah binatang catadroma. Apa yang dimaksud dengan catadroma, jelaskan 3. Gambarkan siklus hidup udang penaeid di alam. 4. Jelaskan secara singkat gambar tersebut 5. Gambarkan morfologi udang vaname beserta keterangannya.

C. Rangkuman

Secara morfologi udang dapat di bedakan menjadi 2 bagian: Cephalothorax bagian.kepala dan badan yang dilindungi carapace, dan Abdomen bagian perut terdiri dari segmenruas-ruas. Antena berfungsi sebagai alat peraba atau penciuman. Pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke mandibula L.vaname adalah binatang catadroma , artinya ketika dewasa ia bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke daerah estuaria berkadar garam rendah. Pada awalnya udang vaname ditemukan setelah matang kelamin akan 14 melakukan perkawinan di laut dalam sekitar 70 m. Semula udang Penaeid dikenal sebagai hewan bersifat omnivorous-scavenger artinya ia pemakan segala bahan makanan dan sekaligus juga pemakan bangkai. Namun penelitian selanjutnya dengan cara memeriksa isi usus, mengindikasikan bahwa udang Penaeid bersifat karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, dan polychaeta cacing. L.vannamei bersifat nocturnal. Sering ditemukan L.vannamei memendamkan diri dalam lumpurpasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Kecepatan tumbuh pada udang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu frekuensi molting ganti kulit dan kenaikan berat tubuh setelah setiap kali ganti kulit. Kondisi lingkungan dan faktor nutrisi juga mempengaruhi frekuensi molting. Misalnya, suhu semakin tinggi semakin sering molting. Organ reproduksi utama pada udang jantan ialah sepasang testes, vasa diferensia saluran air mani, petasma dan appendix masculina. Walaupun proses pematangan telur didalam gonad dilakukan rangsangan , seperti ablasi mata, tetapi perkawinan udang di panti pembenihan dilakukan secara alami didalam bak khusus pemijahan. Pada L.vannamei dan L.stylirostris yang ber-thelycum terbuka, spermatophora hanya melekat di sekitar thelycum yang berbentuk cekungan. Perkawinan terjadi saat induk betina dalam keadaan intermolt berkulit keras dimana pematangan gonad sudah sempurna, lalu pemijahan telur terjadi 1-2 jam setelah kawin. D. Evaluasi Pilihlah salah satu jawaban yang benar dibawah ini dengan memberi tanda silang. 1. Alat kelamin udang vaname jantan disebut…. a. Thelycum b. Petasma c. Appendage d. Antenulles

2. Udang vaname ketika dewasa ia bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi,

sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke daerah estuaria berkadar garam rendah. Sifat tersebut dinamakan…. a. Nocturnal

b. Katadroma c. Scavenger

d. Diurnal

3. Proses keluarnya telur-telur dari induk betina yang siap dibuahi disebut a. Fertilisasi

b. Memijah

15

c. Perkawinan d. Maturasi

4. Secara garis besar udang secara mrfogi dibagi menjadi 2 bagian,yaitu: a. Cepalpthorax dan uropoda b. Chepalothorax dan abdomen c. Abdomen dan uropoda d. Uropoda dan periopoda 5. Pada awalnya udang penaeid tergolong binatang pemakan segala dan pemakan bangkai, istilah dari definisi tersebut adalah……. a. Nocturnal b. Omnivore scavenger c. Herbivore karnivora d. Karnivora E. Umpan balik dan tindak lanjut dCocokan jawaban dengan kunci jawaban test formatif yang terdapat diakhir modul ini. Hitung jawaban yang benar, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi ini. Arti tingkat penguasaan: 90-100= baik sekali 80-89 = baik 70-79 = cukup 70 = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, anda dapat meneruskan modul selanjutnya. Jika masih dibawah 80 anda harus mengulangi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai. Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar Jumlah soal X 100 16 MATERI POKOK II Persiapan Pemeliharaan

A. Materi

1. Pemilihan lokasi Salah satu factor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pemilihan lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaru terhadap tata letak dan konstruksi kolam yang akan dibuat. Lokasi untuk mendirikan lahan budidaya udang ditentukan setelah dilakukan studi dan analisis terhadap data atau informasi tentang topografi tanah, pengairan, ekosistem hubungan antara flora dan fauna, dan iklim. Usaha budidaya yang ditunjang dengan data tersebut mememungkinkan dibuat desain dan rekayasa perkolaman yang mengarah kepola pengelolaan budidaya udang yang baik. Lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain: a. Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5-2,5 meter. Paa lokasi yang pasang surutnya rendah dibawah 1 m, maka pengelolaan air menggunakan pompa. b. Tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalgi jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan system tertutup sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas. c. Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir d. Lokasi ideal terdapat jalur hijau green belt yang ditumbuhi hutan mangrovebakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai. e. Keadaan social ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang, seperti: keamanan kondusif, asset jalan cukup baik, lokasi mudah mendapatkan sarana produksi seperti pakan, kapur, obat obatan dan lain-lain. 2. Pengolahan lahan Setelah mempelajari materi penyuluhan ini pelaku utama dan atau pelaku usahapenyuluh perikanan dapat memahami dan menjelaskan persiapan pemeliharaan udang vaname yang meliputi : pemilihan lokasi dan persiapan lahan budidaya 17 Dalam budidaya udang vaname terdapat dua wadah yang digunakan untuk menampung media budidaya, yaitu: kolam dengan konstruksi tanah dan kolam dengan konstruksi wadah plasti atau beton. Yang jelas keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai wadah pemeliharaan.

a. Persiapan lahan tambak plastic

Secara garis besar operasional budidaya udang dengan konstruksi wadah plastik tidak berbeda jauh dengan kegiatan budidaya udang pada umumnya, hanya terdapat sedikit perbedaan pada tahap persiapan lahan, hal ini dikarenakan perbedaan wadah budidaya. Tahapan kegiatan operasional tambak plastic harus dilakukan secara matang dan benar, agar kegiatan budidaya tambak dapat berjalan dengan baik, contoh tahapan jenis kegiatan yang dilakukan antara lain : 18 1 Spesifikasi Tambak Tambak plastic dibuat karena tambak yang digunakan untuk budidaya udang berukuran kecil mini, luasannya tidak seluas tambak budidaya udang pada umumnya, seperti halnya yang terdapat disalah satu perusahaan pertambakan udang di beberapa daerah dengan luasan lahan perpetaknya ± 1-2 ha. Adapun spesifikasi tambak plastic adalah sebagai berikut : Table 2. Spesifikasi tambak plastik NO URAIAN KETERANGAN 1 Jenis plastik HDPE 0,5 mmterpal 2 Luas 500 – 1000 m 2 3 Kedalaman 80 – 110 cm 4 System Semi Close System 2 Pengeringan kolam plastik Lahan tambak yang menggunakan wadah plastic terlebih dahulu dikeringkan, guna keperluan pengukuran luasan petakan sebagai acuan pembuatan plastik wealding, untuk perbaikan kontruksi tambak, membersihkan tambak dari benda-benda yang dapat merusak plastik dan juga penjemuran tanah dasar tambak agar lebih kering sehingga nanti dapat mempermudah pemasangan plasticperbaikan plastic yang rusak. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan pompa untuk membuang lumpur dan sisa kotoran metabolism selama pemeliharaan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan pembilasan dengan menyemprot seluruh bagian permukaan plastic dan mengumpulkan kotoran di bagian kolam yang rendah untuk selanjutnya dibuang keluar kolam. setelah itu dilanjutkan penjemuran selama 2 hari untuk memutus siklus organism yang dapat mengganggu pada saat kegiatan operasional berjalan. 19 Gambar 6. Pengeringan tambak plastic b. Persiapan Lahan tanah Pengolahan lahan tanah, meliputi : - Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa airalkon. - Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun H2S dan Amoniak yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahariultra violet. - Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit- bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing- masing 1 tonha. - Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah- pecah, untuk membunuh bibit penyakit. - Pemupukan. Pemupukan adalah proses pemberian nutrisi atau hara ke dalam petakan kolam untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk dapat dilakukan pada saat pengolahan lahan, yaitu dengan memberikan pupuk dasar dan dapat juga untuk pemupukan air. Beberapa petambak tidak melakukan pengolahan tanah dasar karena tekstur tanah dasarpelataran berpasir dan kuat menahan air atau tidak porous, serta dasar tambak dilapisi plastic. Tujuan pengolahan tanah adalah: - Mengoksidasi tanah dengan oksigen dari udara - Menghilangkan gas-gas beracun setelah pemeliharaan 20 - Menambah suplai O2 pada bakteri aerob untuk merombak dan menguraikan bahan organic melaui proses nitrifikasi - Memutus siklus penyakit, dan - Memperbaiki tekstur tanah. Gambar 7. Pengeringan lahan tanah

c. Pengisian air

Pengisian air dilakukan dapat dilakukan menggunakan pompa atau dengan menggunakan energi gravitasi beda tinggi air di tandon dengan petakan tambak, air yang digunakan adalah air yang sudah diendapkan kurang lebih 3-7 hari dipetakan tandon, sehingga partikel terlarut sudah mengendap didasar tandon dan tidak ikut masuk ke petakan tambak yang akan diisi air. Jika menggunakan pompa untuk mengisi air, maka letak dasar pompa diusahakan tidak menyentuh dasar tandon, sehingga partikel yang mengendap tidak tersedot pompa. Bagian ujung paralon diberi saringgan tiga lapis, pertama saringan paralon yang berlubang dengan diameter 0,5 cm, saringan lapis kedua di buat dari waring dengan diameter 0.2 mm dan saringan lapis ketiga dibuat dari waring dengan diameter 0,1 mm, sehingga kotoran yang mungkin tersedot pompa dapat tersaring dan tidak masuk petakan tambak. Jika menggunakan pompa untuk mengisi air, maka letak dasar pompa diusahakan tidak menyentuh dasar tandon, sehingga partikel yang mengendap tidak tersedot pompa. Bagian ujung paralon diberi saringgan tiga lapis, pertama saringan paralon yang berlubang dengan diameter 0,5 cm, saringan lapis kedua di buat dari waring dengan diameter 0.2 mm dan saringan lapis ketiga dibuat dari waring dengan diameter 0,1 mm, sehingga kotoran yang mungkin tersedot pompa dapat tersaring dan tidak masuk petakan tambak 21 Gambar 8. Saringan air masuk

B. Latihan