32 100
1,9 6
Sumber: Haeru Tb, dkk 2010
c. Penyimpanan Pakan
Prinsip dasar penyimpanan pakan adalah mampu mempertahankan kualitas pakan selama proses budidaya berlangsung, pakan di tumpuk maksimal 6 tumpukan,
bagian dasar di beri alas agar sirkulasi udara lancar. Gudang pakan diberi fentilasi, dan penyusunan tumpukan pakan disesuaikan dengan nomor pakan yang terkecil
sehingga tidak merepotkan dalam pengambilan pakan atau sering menggunakan
istilah “ FIFO” First In First Out.
Gambar 12. Gudang penyimpanan pakan
2. Pengelolaan Air Media Pemeliharaan
a. Aplikasi Probiotik Latar belakang pemberian probiotik ditambak udang intensif adalah adanya
keseimbangan lingkungan yang telah terganggu, ditimbulkan karena padat tebar yang tinggi sehingga feses yang dihasilkan meningkat, banyaknya sisa pakan dan plankton
yang mati, kondisi ini menyebabkan bakteri pengurai dari alam tidak mampu menguraikan, bila kondisi ini dibiarkan akan merusak kwalitas air serta menyebabkan
timbulnya penyakit.
Probiotik adalah mikroorganisme yang dikembangkan dan diaplikasikan melalui pakan maupun lingkungan yang bertujuan memperkuat daya tahan tubuh udang dan
atau memperbaiki kualitas air tambak. Probiotik ini bersifat non patogenik dan dikembangkan secara masal pada media kultur sesuai dengan tujuannya. Jenis mikroba
ini berkembang dan menghasilkan endo dan ekto-enzyme yang berfungsi merombak senyawa beracun dan bahan organik. Penggunaan probiotik bermutu baik, yang diikuti
dengan cara budidaya yang benar, akan dapat membantu penguraian timbunan bahan
33 organik di dasar tambak, menstabilkan kualitas air tambak, menjaga kesehatan udang
dan diharapkan hasil panen yang sesuai. Untuk menjaga kesehatan udang perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Mengurangi endapan organik secara cepat pada masa pemeliharaan. - Mengurangi gas beracun H
2
S, NH
3
, NO
2
sampai batas ambang yang diizinkan. - Mengatur pertumbuhan plankton yang diinginkan udang dengan menyediakan unsur
hara yang sesuai. b. Jenis Bakteri
Prinsip dasar pemilihan jenis bakteri yang dipakai untuk aplikasi di tambak adalah jenis bakteri pengurai ammoniak, antara lain : Bacillus coagulans, Bacillus megateriun,
Bacillus plymyxsa, Bacillus flurenzi, Pseudomona:s aurogeunosa. Dan Pengurai Nitrit antara lain: Nitrosomonas sp., Nitrosobacter sp., Nitrosococcus sp., H2S antara lain:
Desulfucoccus sp., Desulfotovibrio sp.
Beberapa jenis bakteri dapat hidup pada toleransi kisran pH yang berbeda, secara rinci dapat dilihat pada table di bawah ini :
Table 4. berbagai jenis bakteri pengurai di tambak Jenis bakteri
PH B. subtilis
5,0 – 8,0
B. cereus 4,3
– 5,6 B. brevis
8,0 – 8,6
s. licheniformis 5,0
– 6,5 B. megaterium
4,5 – 6,8
B. polymyxsa 5,5
B. maserans 5,0
– 6,0 B. sphaericus
6,0 B. pasteurii
− B. pumilis
5,0 – 8,0
34 B.
stearothermofilus 4,8
– 5,8 B. coagulans
4,2 – 4,8
c. Pergantian Air Media Kualitas air tambak sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan udang,
ketika umur udang telah mencapai 20 hari, biasanya mulai adanya plankton mati dan mengumpul disalah satu pojok tambak, dan ketika umur 40 hari kondisi air tambak telah
jenuh akibat banyaknya plankton mati, sisa pakan dan bahan organic, sehingga menyebabkan kualitas air tambak mulai menurun yang mengakibatkan udang jarang
melakukanm pergantian kulit moulting akibatnya pertumbuhan udang terhambat. Jumlah air yang diganti berkisar antara 5
– 20 tergantung tingkat kejenuhan air tambak. Waktu pergantian dilakukan pada pagi atau sore hari , jika pada saat tersebut
ada jadwal pakan maka pergantian air dilakukan satu jam setelah pemberian pakan, kegiatan ini untuk menghindari tingkat stress yang tinggi. Alat yang dipakai untuk
pergantian air dapat menggunakan pompa submersible atau dengan system manual.
d. Penyiphonan Masa pemeliharaan setelah mencapai umur 45 hari, biasanya ditemukan
endapan lumpur hitam dan berbau. Lokasi mengumpulnya endapan hitam ini tergantung pada letak kincir karena letak kincir menentukan arus air tambak yang mempengaruhi
letak mengumpulnya endapan. Jika kincir dipasang besilangan pada sudut uang berbeda maka biasanya endapan lumpur hitam akan mengumpul di bagian tengah tambak, sudut
tambak yang berarus kecil, di belakang kincir.
Lumpur hitam ini berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, akibat dari plankton mati dan hasil buangan udang. Karena kuantitas yang banyak sehingga
kemampuan bakteri pengurai terbatas, yang mengakibatkan lumpur hitam berbau menyengat, keadaan ini sangat membahayakan udang, karena jika teraduk diperairan
akan menyebabkan racun terhadap udang, sehingga keadaan ini harus dihindari dengan cara membuang endapan lumpur tersebut dengan melakukan siphon, alat siphon yang
dapat digunakan antara lain dengan pompa alcon 2 inch, dengan pompa submersible 2 inch atau jika kondisi tambak lebih tinggi dibanding dengan saluran pembuangan maka
bisa dilakukan dengan teknik gravitasi.
Penyiponan pada kolam yang berada di bawah rata-rata permukaan laut maka digunakan pompa alcon. Pompa alcon diletakan diatas pematang, kemudian bagian inlet
35 disambung dengan selang spiral, sehingga panjang selang spiral disesuaikan dengan
lokasi mengumpulnya lumpur.
Gambar 13. Proses penyiponan dengan pompa alkon e. Pembuangan Plankton Mati
Pembuangan plankton mati mulai ditemukan setelah udang berumur kurang lebih 20 hari, tetapi jumlahnya plankton yang mati masih relatif sedikit. Pada saat umur udang
telah mencapai umur 30 hari merupakan puncak ditemukan adanya plankton mati, disebabkan pertumbuhan plankton yang terus membaik karena ketersediaan unsur hara
dari pakan sekaligus menjadi pupuk bagi plankton, kondisi banyaknya plankton mati dalam jumlah banyak harus dibuang keluar dari tambak, karena akan menyebabkan
kualitas air tambak menurun.
Solusi dari terjadinya plankton mati dapat melakukan pengenceran air di tambak dengan menambahkan air tawar tiap tiga hari sekali, jumlah volume air yang
ditambahkan disesuaikan dengan kondisi air tambak, biasanya sekitar 15 – 20 m³,
hingga mencapai umur 40 hari. Kemudian setelah umur 40 hari dapat dilakukan pergantian air setiap 7 hari sekali. Solusi pergantian air ini ternyata lebih efektif untuk
mengurangi adanya plankton mati.
Gambar 14. Proses pembuangan plankton yang mati
36 f. Parameter Kualitas Air
Untuk perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup sintasan --- SR udang yang dipelihara parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal.
Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan monitoring dan pengamatan parameter kualitas air media. Pengamatan parameter kualitas air yang dilakukan selama
ujicoba berlangsung adalah pH, oksigen terlarut, nitrat, ammonia, bahan organik, suhu, salinitas, dan nitrit Tabel 3.
Table 5. parameter kualitas air fisika dan kimia pada pemeliharaan udang di tambak. No
Parameter air Kisaran optimum
1 Suhu
28-31oC 2
Salinitas 15-25 ppt
3 Kecerahan
30-40 cm 4
Oksigen terlarut 4-8 mgl
5 pH
7-8 6
Alkalinitas 100-120 mgl
7 Karbondioksida
25 mgl 8
Amoniak 0,01 mgl
9 Nitrit NO2
0,1 mgl 10
H2S 0,01 mgl
Sumber: Farchan 2006 Suhu
Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang ditambak adalah suhu air media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang mengalami stres
dan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang perbedaan yang tinggi. Keadaan seperti ini sering terjadi pada tambak dengan kedalaman kurang
dari satu meter. Sebagai contoh musim kemarau dan perbedaan suhu yang sangat mencolok antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian para ahli,
terbukti bahwa pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata berpengaruh terhadap nafsu makan udang Byod, 1989. Sedangkan nilai
suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan udang vaname berkisar antara 28,0
– 31,5 C
Salinitas
37 Salinitas kadar garam air media pemeliharaan pada umumnya berpengaruh
tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang Anonim, 1985. Udang vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15
– 25 ppt Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991, bahkan jenis udang windu mempunyai toleransi cukup luas
yaitu antara 0 – 50 ppt. Namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt
biasanya pertumbuhan udang windu relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang sedang
ganti kulit dan proses metabolisme.
pH Tingkat kesaman pH tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang mengalami pembusukan, logam berat besi, timah dan bouksit, dll. Biasanya pH
tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna Anonim, 1985. pH
tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan
ikan berkisar antara 6,5
– 8,0 Boyd, 1992. Oksigen terlarut
Jumlah kandungan oksigen O
2
yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm part per million. Kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah. Kelarutan
oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang adalah 3 ppm.
Ammonia NH
3
Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen organik oleh bakteri atau dampak dari penambahan
pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir
untuk kehidupan udang dewasa 0,3 ppm Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989, dan ukuran benih 0,1 ppm.
Nitrit
38 Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan
ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi meta- haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit sebaiknya
lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Pada salinitas di
atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah .2 ppm
B. Latihan
Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas 7. Ada 3 cara dalam menentukan jumlah pakan udang sebutkan
8. Apa yang dimaksud pemberian pakan dengan cara blind feeding 9. Jelaskan yang dimaksud probiotik
10. Apa kegunaan probiotik dalam budidaya udang 11. Mengapa sisa plankton yang mati harus dibuang
C. Rangkuman
Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis.
Kelebihan penggunaan pakan akan mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan
akan berdampak pada pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan kanibal, daya tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit
menurun.
Langkah-langkah menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan dapat diketahui dengan cara :
- Menentukan Food Conversation Rate FCR, FCR diupayakan antara 1 – 1.5
- Menentukan size panen dan target biomasa - Menentuntukan Survival Rate SR panen
Metode blind feeding maksudnya adalah menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat