110 mendukung tercapainya tujuan itu, serta strategi belajar mengajar yang
sesuai untuk mencapai tujuan itu. Media pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal itu, yang meliputi tujuan, materi, dan
strategi pembelajarannya. Pemanfaatan media secara pembelajaran di luar situasi dapat dibedakan
menjadi dua
kelompok utama,
yaitu pemanfaatan
secara bebas.Pemanfaatan secara bebas adalah bahwa media itu digunakan
tanpa control atau diawasi. Pembuatan program media mendistribusikan program media di masyarakat pemakai media, baik dengna cara
diperjualbelikan maupun didistribusikan secara bebas. Hal itu dilakukan dengan harapan media itu aka digunakan orang dan cukup efektif untuk
mencapai tujuan tetentu.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah kegiatan pembelajaran,BapakIbu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini :
1. Apa yang BapakIbu pahami setelah mempelajari materi pemanfaatan media pembelajaran geografi?
2. Pengalaman penting apa yang BapakIbu peroleh setelah mempelajari materi pemanfaatan media pembelajaran geografi?
3. Apa manfaat materi pemanfaatan media pembelajaran geografi, terhadap tugas BapakIbu?
4. Apa rencana tindak lanjut BapakIbu setelah kegiatan pelatihan ini?
111
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 PENILAIAN ACUAN PATOKAN A. Tujuan
1. Melalui tanya jawab dan diskusi, peserta diklat dapat menjelaskan ciri- ciri penilaian autentik.
2. Melalui praktik, peserta diklat dapat menjelaskan penilaian autentik sesuai tuntutan kurikulum 2013
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan ciri-ciri penilaian autentik. 2. Menerapkan penilaian autentik dalam proses pembelajaran
C. Uraian Materi
Penilaian Acuan kriteria disebut sebagai penilaian acuan patokan Creterion Referenced Test. Secara mendasar acuan kriteria adalah
penilaian yang membandingkan hasil belajar peserta didik terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya atau dengan kata
lain ditegaskan oleh Dick dan Carey bahwa criterion referenced test adalah sekumpulan soal atau items yang secara langsung mengukur tingkah laku
yang dinyatakan di dalam seperangkat tujuan performance objectives, maka soal-soal tersebut didasarkan atas behavioral objectives.Tiap soal
pada acuan kriteria menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan penampilan yang dinyatakan dalam tujuan. Jadi, misalnya dalam hal ini,
sebuah hasil penilaian tersebut mengacu kepada kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya kepada peserta
didik untuk dikuasainya dengan baik. Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan tentang materi
pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu, secara umum acuan ini menunjukkan “apa yang seseorang
ketahui” atau “yang dapat dilakukan”, endingnya “sejauh mana siswa telah mempelajari suatu keterampilan” atau “mencapai pengetahuan”.
Dalam keseluruhan tahapan kegiatan evaluasi, dan khususnya pengolahan data dilakukan, nilai-nilai kejujuran, objektivitas dan keadilan harus
diperhatikan dan dijunjung tinggi. Tetapi disisi lain praktek tak terpuji itu justru menunjukkan betapa sebagian orang memperlakukan evaluasi
112 sebagai tujuan. Padahal seharusnya evaluasi itu dipandang dan
diperlakukan sebagai alat, Alat untuk mengetahui berhasil tidaknya atau sejauh mana tingkat keberhasilan siswa. Untuk mencapai yang demikian
ini salah satu prosedur evaluasi, yakni pengolahan hasil pengukuran, sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Oleh karena itu,
dalam penilaian membutuhkan pengolahan yang sebenarnya merupakan proses perbandingan hasil pengukuran dengan kriteria tertentu dalam
rangka pengambilan keputusan kualitatif atau penilaian tersebut. Setelah skor untuk seluruh siswa sudah diberikan, maka langkah berikutnya yang
harus dilakukan adalah mentran sformasi atau “mengubah” skor menjadi
nilai jadi atau nilai akhir. Nilai akhir ini pada umumnya merupakan kumulasi dari seluruh komponen evaluasi .
Hasil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka ataupun huruf sebagai tanda untuk mengetahui perkembangan proses belajar mengajar yang
sangat berguna untuk, guru, peserta didik, lembaga pendidikan, lingkungan masyarakat maupun bagi orang tua wali murid sendiri.
Khusus dalam hal ini, guna ingin mengetahui sejauhmana tingkat kemajuan dari peserta didik dalam proses belajarnya di sebuah lembaga pendidikan
yang biasanya dilambangkan dengan menggunakan tanda angka dengan skala antara 0
– 100, ada juga yang menggunakan tanda angka itu dengan skala antara 0
– 10. Disamping itu juga, ada sebagian dijumpai pada lembaga pendidikan menggunakan tanda angka-angka tersebut diubah
dengan menggunakan lambang huruf sebagai tandanya, yaitu dilambangkan dengan A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-, D, E dan model ini
biasanya dipakai dalam sebuah lembaga pendidikan tinggi, yang terpenting bahwa lambang-lambang tersebut bisa digunakan untuk menunjukkan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam proses belajarnya. Tanda angka ataupun tanda huruf itu pada umumnya ---tidak harus
mengklaim semua hasil tes--- merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan pengajar kepada peserta didiknya yang telah mengikuti proses
belajar mengajar selama jangka waktu yang ditentukan. Tanda penilaian tersebut bisa jadi dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan rapor,
surat tanda tamat belajar STTB, ijasah atau daftar nilai lainnya.
113 Nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam buku rapor dan lain-lain itu
merupakan hasil pengolahan yang diperoleh dari pekerjaan peserta didik dalam tes, atau mungkin juga merupakan hasil pengolahan dari nilai
subsumatif, formatif, nilai tugas penyusunan makalah, nilai ujian akhir semester dan lain-lain.
Pengolahan nilai-nilai untuk menjadi nilai akhir bagi seorang peserta didik dapat dilakukan dengan mengacu dua cara pengolahan, yakni dinamakan
Penilaian Acuan Norma Norm-Referenced Evaluation dan Penilaian Acuan Kriteria Criterion-Referenced Evaluation.
1. Konsep Dasar Penilaian Acuan Kriteria PAK