114 Penilaian  acuan  kriteria  sangat  bermanfaat  dalam  upaya  meningkatkan
kualitas  hasil  belajar  sebab  peserta  didik  di  usahakan  untuk  mencapai standar  yang  telah  ditentukan,  dan  hasil  belajar  peserta  didik  dapat
diketahui derajat pencapaiannya. Penilaian  berdasarkan  acuan  patokan  digunakan  apabila  tujuan
pengajaran  secara  khusus  diarahkan  untuk  menguasai  seperangkat kemampuan secara tuntas.
2.  Prosedur Pengolahan Skor dengan PAK
Sebagaimana  telah  diketahui  secara  luas,  proses  penentuan  nilai  akhir menggunakan  PAK  relatif  sederhana  dilakukan.  Secara  umum  langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut : a.  Pertama,  perlu  ditentukan  terlebih  dahulu  skala  penilaian  yang
digunakan. Di sekolah dan madrasah, pada umumnya skala 1-10 b.  Tentukan  komponen  apa  saja  yang  akan  di  pertimbangkan  dalam
penentuan nilai akhir serta proporsi masing-masing c.  Menjumlahkan skor dari seluruh komponen itu
Contoh penghitungan nilai akhir dengan PAK
No  Komponen Asli
Skor Jadi Sementara
Bobot Nilai Akhir
1 Tugas
65 dari 80 65:80x10=
8,13 15
8,13x0,15  = 1,22
2 Ulangan
Harian 78 dari 100
7,80 20
1,56 3
UTS 75 dari 100
7,50 25
1,88 4
UAS 80 dari 100
8,00 40
3,20 Total
7,86 Dari  tabel  di  atas  dapat  diketahui  cara  menghitung  skor  jadi  sementara
yaitu : Skor jadi sementara =
Nilai akhir = Skor jadi sementara x bobot Penerapan PAK sesuai dengan Materi Pokok, dan Indikator Hasil Belajar.
3.  Sistem Penilaian Acuan Kriteria
Sesuai  dengan  nama  yang  digunakan  dalam  memakai  istilah kriteria,  penilaian acuan kriteria ini tidak berurusan dengan perbandingan
115 diantara  kolompok  peserta  didik  lainnya  dalam  suatu  komunitas  di
kelasnya, tetapi lebih berkaitan dengan penguasaan bagi masing-masing peserta didik terhadap satu atau seperangkat tujuan yang telah ditetapkan,
jadi lebih bersifat personal individu. Untuk  itu,  bila  hal  ini  diperhatikan  lebih  seksama  acuan  kriteria  akan
memudahkan  orang  lain  untuk mengetahui  kemampuan  kepada masing- masing  peserta  didik  yang  ada.  Karena  di  dalamnya,  telah  terkandung
pengertian bahwa hasil belajar tersebut menunjukkan kemampuan peserta didik  secara  jelas,  apakah  telah  bergerak  maju  atau  tidak  tertera  sangat
jelas, dari keadaan “tidak menguasai materi”, “menguasai materi”, “sampai pada  tahap
“sangat  menguasai  materi”,  maka  wajar  hal  tersebut  bisa menggambarkan  dengan  jelas  seberapa  jauh  tingkat  penguasaan
dianggap  memadai,  tergantung  kepada  standar  yang  tertuang  dalam tujuan pembelajarannya.
Memang,  sistem  penilaian  acuan  kriteria  ini  secara  khusus  untuk menguasai  sejumlah  teori  atau  keterampilan  tertentu.  Konsep  tersebut
pada  umumnya  diasosiasikan  dengan  pengajaran  yang  bersifat  mandiri atau  belajar  tuntas  mastery  learning.  Para  pendidik  lebih  menekankan
pada penguasaan materi kepada peserta didik .
Kriteria yang dicapai sebagai pembanding dari hasil belajar dapat berupa “ketercapaian tujuan pengajaran” atau “presentasi dari penguasaan materi
pengajaran”,  yang  dapat  dinyatakan  dengan  jelas.  Untuk  itu  tes  yang disusun  hendaknya  dapat  menggambarkan
keseluruhan  bahan pengajaran,  atau  keseluruhan  tujuan  pengajaran.  Apabila  pengambilan
sampel tidak memadai, gambaran presentasi tersebut akan menjadi salah, yang berakibat dibawah perkiraan under estimate. Artinya bahwa bisa jadi
presentasi  sebenarnya  lebih  rendah  atau  lebih  tinggi  dari  gambaran kemampuan penguasaan bahan sebenarnya yang telah dirancang.
Dari sistem pelaksanaan penilaian acuan kriterian ini, bisa diketahui bahwa kelebihannya  adalah  lebih  memudahkan  untuk  mengetahui  sejauhmana
kemampuan  yang  dimiliki  oleh  peserta  didik,  bisa  memahami  kemajuan dan  kemunduran  prestasi  peserta  didik  secara  lebih  spesifikasi,
ditambahkan lagi bahwa kelebihan dari tes acuan kriteria adalah pertama bersifat  fleksibilitas  penggunaannya  untuk  berbagai  persyaratan  individu,
116 kedua keberlanjutan pengukuran kemajuan siswa, ketiga penilaian tentang
siswa relatif terhadap kekuatan dan kelemahan yang bersangkutan.
4.  Konsep dan Fungsi KKM