ADAT PADA PROSES MEMBANGUN RUMAH.

Atap rumah penduduk mulai berbentuk perpaduan antara bentuk atap pelana dan atap limas. Akan tetapi, kebanyakan penduduk menggunakan atap pelana, rangka atap terbuat dari kayu dan mulai berasbeskan gipsum dan lantai rumah terbuat dari bahan keramik. Pada zaman ini, rumah telah menggunakan kamar mandi, dahulunya sebagus-bagus apapun rumah, tidak ada kamar mandinya. Sampai saat ini pembuangan air kotor di alirkan ke sawah. Sedangkan air bersih sudah bisa di nikmati langsung ke setiap rumah penduduk. Namun tidak semua penduduk yang mau rela membayar upah tukang supaya air dapat masuk ke rumahnya, karena sumber mata air, seperti pancuran dan sungai Bintangor dekat dari rumahnya.

E. ADAT PADA PROSES MEMBANGUN RUMAH.

Proses dalam membangun rumah sangat penting bagi penduduk di Hutaurat dan Hutabalian. Hal ini dimaksudkan supaya pada saat menempatinya si pemilik rumah akan selalu sehat-sehat dan tidak ada gangguan dari apapun. Hal pertama yang dilakukan oleh orang yang berkeinginan untuk membangun rumah adalah meminta izin kepada marga-marga sagala atau situkkir, walau tanah tersebut sudah sah dibeli. Permintaan izin ini dalam bentuk, mengundang beberapa marga Sagala atau Situkir untuk makan bersama tempatnya berdasarkan kesepakatan bersama, dalam acara ini yang di korbankan adalah ternak babi. Bilamana si calon pemilik rumah, adalah orang yang kurang mampu atau memang tanah keluarganya sendiri, maka yang dikorbankan adalah ayam kampung jantan yang berbulu merah atau putih dan hanya keluarga terdekat saja Universitas Sumatera Utara yang hadir. Pada adat ini, bagian-bagian tertentu diserahkan kepada Tokoh bius, hula-hula, atau salah satu yang mewakili para tetangga. Maka setelah upacara itu dilaksanakan, diberikan izin yang sah kepada si calon pemilik rumah untuk membangun rumahnya di Hutaurat dan Hutabalian. Sehingga, apabila sesuatu terjadi pada waktu membangun rumah ada seseorang yang berusaha menggagalkan proses pembangunan tersebut, maka warga akan membantu si calon pemilik rumah, sampai perkara tersebut selesai. Ini adalah proses etika dan norma-norma adat setempat, dalam perihal izin membangun sebuah rumah. Sampai saat ini masih dilakukan, dan tidak ada sanksi khusus bagi orang yang tidak melakukannya. Sebelum mengetahui aplikasi yang diambil dari rumah adat Batak Toba untuk membangun rumah modern, hendaknya diketahui bagaimana denah rumah adat Batak Toba pada zaman sekarang ini. Berawal dari denah rumah adat ini, dapat diketahui perubahan dan bentuk yang ditiru oleh rumah modern, atau sebaliknya. Denah dibawah ini adalah denah salah satu rumah adat yang berada di Balian galung Hutabalian milik informan H. Sagala. Universitas Sumatera Utara Keterangan Denah Rumah Adat H. Sagala: Lokasi : Balian GalungHutabalian. A : Ruang Tamu Jabu Tonga-Tonga. B : Kamar UtamaJabu Bona. B 1 : Jabu Tamparpiring. B2 : Dahulu Jabu Suhat, Sekarang Kedai. B 3 : Dahulu Jabu Soding, Sekarang tempat menyimpan Peralatan Pertanian. C : SitolumbeaPintu Depan. D : Pintu menuju dapur. Dahulu tidak ada. E : Dapur Dahulu tidak ada. E 1 : Peti kecil tempat menyimpan beras. E 2 : Rak Piring dan Meja makan. Dahulu tidak ada. E 3 : Tempat menyimpan bumbu dapur. Dahulu tidak ada. F : Bara ApiTempat Memasak memakai kayu. Universitas Sumatera Utara Dalam membangun rumah modern, ada beberapa tahapan yang memiliki makna dan nilai yang penting, sehingga tidak dapat terlewatkan. Penulisan ini bukan bermaksud mengetahui bagaimana penduduk membangun rumah bukan di deskripsikan secara arsitektur yang lengkap, akan tetapi bagaimana ”kepercayaan”, ”kepribadian”, ”Ekonomi dan Tekhnologi”, dan ”pandangan hidup setempat” mengenai rumah deskripsi secara antropologi. Berikut ini adalah hal yang paling penting yang tidak dapat terlewatkan dalam proses membangun rumah.

1. Tahap Perencanaan Bangunan Denah Rumah Modern.

Biasanya luas tanah untuk membangun sebuah rumah di Hutaurat dan Hutabalian berkisar panjang tanahnya +8 meter dan lebarnya +5 meter. Denah rumah biasanya disesuaikan dengan panjang dan lebar tanah. Bagi penduduk di Hutaurat dan Hutabalian, tanah adalah sesuatu hal yang sangat penting. Selain kedudukan dan status di dalam adat, luas tanah yang dimiliki adalah salah satu identitas status sosialnya. Berikut ini adalah salah satu denah rumah informan yang dibangun pada tangggal 14 September, 2010. Universitas Sumatera Utara Rumah K. Simanjuntak. Berada di Lingga tongaHutaurat Kepala Tukang dan Tukang Berasal dari Lubuk Pakam Keterangan Denah : A : Ruang Tamu. B : Ruang Keluarga. C : Dapur dan R. Makan. D : Kamar Tidur Utama. E : Kamar Anak Laki-Laki. F : Kamar Anak Perempuan. G1 : Kamar Mandi. G2 : Kamar Mandi. H : Tempat Mencuci Kain. I : Halaman sempitterbuka.

2. PondasiPeletakan Batu Pertama.

Pondasi sangat penting dalam membangun rumah. Konsep aplikasi yang ditiru dalam membangun rumah adat Batak toba pada saat membangun rumah modern adalah posisi peletakan batu pertamanya harus di kanan pada bagian belakang jabu bona Kamar utama. Menurut Tahe Sagala, secara adat makna dari filosofis kedudukan peletakan batu pertama dan mengapa harus di jabu bona?, maknanya adalah pondasi menahan seluruh berat bangunan yang Universitas Sumatera Utara berada di atasnya dan berat bangunan itu sendiri, pemilik rumah yang menempati jabu bona juga demikian, segala keperluan rumah tangga ditanggung oleh pemilik rumah. Dapat dimaknai, kunci kekuatan rumah dan segala isinya itu terletak kepada pemilik rumah. Pondasi yang sering di pasang adalah : Rollag Bata dan Batu kali. Dalam memasang pondasi ada acara khusus yang harus dilaksanakan. Acara peletakan batu pertama ini, harus dilakukan langsung oleh pemilik rumah dan menyerahkan 7 helai napurandaun sirih dan 7 lembar harus ganjil uang kertas kepada kepala tukang. Maknanya adalah supaya tukang dan tuan rumah sehat-sehat dalam membangun rumah dan si pemilik rumah tidak ada gangguan setelah menempatinya. Selain itu, keluarga dan tetangga dipanggil untuk menikmati 7macam kue, ihan sejenis ikan Batak yang katanya hanya ada di Sidikalang yang di arsik, dan tidak ketinggalan memotong babi kepala, leher, dan ekor untuk hula-hula. Nilainya dari kegiatan tersebut adalah supaya para tetangga, keluarga dan tamu yang di undang akan berbahagia pada saat proses pembangunan rumah tersebut. Kebahagiaan mereka diharapkan akan menjadi kebahagiaan pemilik rumah dan keluarga pada saat menempati rumah tersebut.

3. Dinding.

Mayoritas rumah penduduk berbahan kayu papan. Hal ini meniru bentuk rumah adat yang berasal dari kayu yang kuat. Untuk rumah-rumah zaman sekarang dinding berbahan bata merah. Bila dilihat dari kondisi alam setempat, dinding yang berasal dari kayu papan lebih cocok di gunakan di Universitas Sumatera Utara daerah tersebut, alasannya karena kebanyakan penduduk di Hutaurat dan Hutabalian, lebih mengerti cara membangun rumah yang kokoh dari bahan kayu papan, meskipun kayu papannya bukan kayu yang bagus sekalipun, penduduk lebih dapat menyeimbangkannya dengan lingkungan sekitar dari pada bahan lain. Akan tetapi, Penduduk yang membangun rumah di masa sekarang lebih memilih dinding bata merah, karena jauh di anggap lebih indah, lebih murah dan lebih modern. Dalam proses membangun rumah, ketiga hal tersebut yang sering di perhatikan oleh penduduk Hutaurat dan Hutabalian. Hal yang lainnya diserahkan pada tukang. Setelah rumah selesai dibangun, acara adat yang terakhir adalah mamestahon jabumangompoi jabu pesta syukuran untuk meresmikan rumah baru.

F. NILAIMAKNA BENTUK DAN FUNGSI RUMAH ADAT YANG DI APLIKASIKAN PADA RUMAH MODERN.