Komposisi Rumah Tangga Jepang Saat Ini

Wanita yang telah menikah yang telah diterima oleh keluarga suami hanyalah dianggap sebagai bagian dari anggota ie, yaitu sebagai istri anaknya. Dengan kata lain, seorang calon pengantin wanita harus lebih tunduk kepada kepala ie daripada kepada suaminya. Ia harus menyesuaikan diri dengan “kebiasaan keluarga” sebagai menantu perempuan bukan sekedar istri, dan apabila ia gagal, kepala ie atau orang tua suami dapat secara sepihak meminta cerai. Statusnya sebagai istri akan susah dipertahankan, kecuali kalau ia dapat melayani mertua perempuan dengan baik. Adakalanya bagi seorang wanita yang masuk ke dalam keluarga ie suami, kelahiran anak adalah langkah pertama untuk menjamin kelanggengan dengan keluarga itu Fukutake, 1989:41 . 3.2. Struktur Keluarga dalam Masyarakat Industri

a. Komposisi Rumah Tangga Jepang Saat Ini

Pertumbuhan ekonomi yang pesat diperkuat oleh urbanisasi dan industrialisasi membawa dampak besar terhadap kehidupan rumah tangga. Salah satu perubahan yang mencolok adalah meningkatnya jumlah orang yang tinggal di dalam keluarga inti, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pada tahun 1955, sebanyak 44 persen dari semua rumah tangga terdiri dari keluarga besar, tetapi rasio ini berangsur-angsur menurun dan merosot menjadi 19 persen pada tahun 1970, 16,2 persen pada tahun 1980 dan 15,2 persen pada tahun 1985. Rasio keluarga inti meningkat menjadi 61,1 persen dari jumlah seluruh rumah tangga pada tahun 1985 Jepang dewasa ini, 1989:79 Menurut Sodei 1995:219-230,ada beberapa faktor penyebab menurunnya proporsi jumlah generasi muda yang tinggal bersama dengan orang tua. Universitas Sumatera Utara Pertama, menurunnya jumlah anak perpasangan. Pada zaman Meiji 1868- 1912 jumlah anak dalam satu keluarga adalah lima orang. Salah satu penyebabnya adalah anak berfungsi sebagai tenaga kerja pertanian mereka. Akan tetapi, seiring dengan industrialisasi, jumlah ini terus menurun menjadi tiga sampai dua orang dalam satu keluarga pada masa Showa 1926-1989 . Kedua, meningkatnya mobilitas penduduk dari desa ke kota, khususnya pada tahun 1960, yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang cepat menyebabkan meningkatnya permintaan untuk tenaga kerja dalam sektor industri dan jasa. Sektor ini membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Banyak pemuda yang semula bekerja di bidang pertanian primer pindah pekerjaan ke industri sekunder atau tersier. Untuk mendukung pekerjaannya, mereka juga pindah dari desa ke kota. Keinginan bekerja di bidang industri yang tidak ada di desanya menyebabkan anak laki-laki pertama yang mungkin juga anak laki-laki satu-satunya meninggalkan rumah. Oleh karena itu, di wilayah pedesaan kaum tua atau lansia menjadi orang yang kesepian karena ditinggalkan oleh anak-anaknya. Ketiga, perubahan sikap terhadap pengaturan tempat tinggalindustrialisasi, modernisasi, dan urbanisasi mempunyai hubungan langsung dalam mengubah sikap terhadap living arrangement pengaturan tempat tinggal ini. Keempat, kurangnya perumahan di wilayah perkotaan. Tingginya harga tanah menyulitkan pasangan muda untuk memiliki rumah sendiri. Perumahan dengan sewa murah cenderung berada di luar kota, sehingga tidak mudah untuk menemukan ukuran rumah atau apartemen yang memadai bila pasangan muda dan orang tuanya ingin hidup bersama. Universitas Sumatera Utara

b. Posisi Orang Tua dan Kondisi Perawatannya Pada Zaman Sekarang