Struktur Keluarga dalam Masyarakat Agraris a. Struktur Ie atau Keluarga Tradisional Jepang

BAB III STRUKTUR KELUARGA MASYARAKAT AGRARIS

KE INDUSTRI DI JEPANG

3.1. Struktur Keluarga dalam Masyarakat Agraris a. Struktur Ie atau Keluarga Tradisional Jepang

Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat pengakuan secara hukum dalam kode hukum sipil meiji 1868-1912 Fukute, 1988:37 . Pada zaman Meiji, 80 persen dari kegiatan perekonomian adalah pertanian sehingga pada masa itu masyarakat Jepang dikatakan masyarakat Agraris. Oleh karena itu, konsep ie yang dibicarakan disini adalah konsep ie yang terdapat pada masyarakat agraris Jepang sebagai pekerjaan yang dominan pada masa itu. Konsep ie menerangkan hakikat dari keluarga sebagai suatu wujud yang berlangsung terus lewat garis keturunan ayah dari generasi ke generasi dan menjadi inti dari sistem keluarga tradisional. Menurut Kizaemon Aruga Torigoe, 1993:9 yang dimaksudkan dengan ie adalah adat kebiasaan yang khas Jepang, yang berbeda dengan perngertian kazoku keluarga secara umum. Ie adalah kelompok yang menjalankan usaha kekayaan keluarga, dalam pengertian di sini karena keberadaannya sebagai kesatuan kehidupan di masyarakat, keanggotaannya melampaui anggota yang hidup dan mati, sebagai sasaran kesinambungan. Universitas Sumatera Utara Ada tiga cara Ie Torigoe, 199:10-13 , yaitu : - Ie mempunyai Kasan harta kekayaan keluarga sebagai zaisan warisan keluarga agar terbentuk suatu usaha pengelolaan kagyou usaha keluarga - Ie memuja leluhur yang berasal dari leluhur Ie yang terdahulu - Kesinambungan Ie bersifat terus-menerus melampaui generasi ke generasi dan menekankan kemakmuran bersama Dari uraian di atas, menurut Torigoe, ciri khas pertama terlihat dalam Ie petani, nelayan dan pedagang. Contohnya pada petani yang mempunyai warisan berupa tanah atau lahan pertanian, maka pengelolaan pertanian berdasarkan lahan pertanian ini. Ciri khas kedua Ie sebagai pemujaan terhadap leluhur terlihat dari butsudan altar Buddha yang terdapat hampir di setiap rumah honke di Jepang, dan ciri yang ketiga mempunyai makna bahwa masyarakat Jepang sangat mementingkan kesinambungan Ie tersebut. Fukutake 1989:33 menyatakan, ada aturan pokok dalam pergantian seorang kepala Ie yang biasa dilakukan di jepang. Kepala Ie harus digantikan oleh seorang anak laki-laki yang biasanya adalah anak laki-laki tertua chonan . Chonan tersebut akan mengambil alih milik Ie secara keseluruhan atau memiliki prioritas dalam menentukan pembagiannya. Anak laki-laki yang muda, mungkin akan menerima bagian kecil dari kekayaan kalau ia ikut bekerja dan memberikan kontribusi secara ekonomi untuk ie-nya. Meskipun kecil, bagian tersebut cukup untuk membentuk bunke atau cabang keluarga apabila ia menikah kelak, sedangkan sisanya cukup untuk mempertahankan ie asalnya. Apabila anak laki-laki yang muda tersebut Universitas Sumatera Utara mendapatkan pekerjaan di luar pertanian, keluarganya akan memberikan bantuan awal untuk kehidupannya. Di lain pihak, anak perempuan mendapatkan emas sebagai hadiah perkawinannya apabila ia menikah kelak. Lebih lanjut Fukutake menyatakan, kedudukan anak-anak dalam Ie petani dilukiskan dengan pepatah “seorang dijual, seorang menjadi ahli waris, dan seorang lagi menjadi cadangan”. Maksudnya, dalam suatu keluarga idealnya anak tertua adalah anak perempuan, yaitu seorang yang akan pergi atau akan menjadi anggota Ie suaminya apabila ia menikah. Selanjutnya, anak kedua adalah laki-laki yang akan menjadi ahli waris dan yang terakhir adalah anak laki-laki yang akan menjadi cadangan apabila anak laki-laki yang akan menjadi ahli waris mati muda. Anak laki-laki tertua sering diperlakukan berbeda dengan saudaranya yang lain, dan semua orang diberi tahu bahwa Ie lebih penting. Selain ditakdirkan untuk menjadi pengganti kepala Ie, anak laki-laki tertua ini juga akan menerima tanggung jawab untuk merawat orang tuanya kelak. Akan tetapi, pengganti dari kacho ini tidak mutlak harus anak kandung. Laki-laki lain, apakah ia memiliki hubungan keluarga atau tidak dengan kepala Ie, dapat diangkat menjadi anak yang ditetapkan secara resmi sehingga ia menjadi anggota Ie tersebut. Menurut Nakane, ada aturan umum yang mengatur seseorang bisa dijadikan sebagai kepala ie apabila sebuah ie tidak memilikiseorang anak laki-laki atau hanya ada anak perempuan. Pertama, mengangkat seorang anak laki-laki apabila keluarga tersebut tidak memiliki anak laki-laki. Kedua, mengangkat suami anak perempuan menantu sebagai anak dan pada waktunya kelak menantu akan mewarisi ie beserta kekayaannya. Anak menantu angkat ini dikenal dengan istilah Universitas Sumatera Utara mukoyoshi. Apabila ie tersebut tidak memiliki anak laki-laki anak perempuan, kepala ie dapat mengangkat pasangan muda sebagai menantunya. Dengan pengangkatan atau adopsi ini, hubungan “ayah” dan “anak” oyako kankei dikukuhkan dan si anak angkat ini pun akan mengambil nama keluarga ie tersebut sebagai nama keluarganya. Anak laki-laki angkat ini bisa diambil dari sanak saudaranya yang lain termasuk keluarga istri . Akan tetapi, sering diambil anak laki-laki yang tidak punya hubungan kerabat dengan kepala Ie. Dalam beberapa kasus, seorang pelayan atau orang kepercayaan kepala ie diangkat menjadi anak atau menantunya. Dalam hubungan yang seperti ini, yang diperlukan adalah pengganti yang dapat meneruskan kelanggengan sebuah ie karena anak atau menantu angkat tersebut sama haknya dalam pewarisan seperti layaknya anak laki-laki kandung. Pada prinsipnya pengganti ini akan terus melanjutkan kelanggengan dan pengelolaan usaha pertanian ie.

b. Posisi Orang Tua dan Kondisi Perawatannya