Pada tabung reaksi I: ditambahkan asam nitrat HNO
3
pekat, bila terjadi warna kuning maka menunjukkan hasil positif mengandung protein reaksi
Xanthoprotein. Pada tabung reaksi II: ditambahkan NaOH dan CuSO
4
dan bila terjadi warna ungu maka menunjukkan hasil positif mengandung protein reaksi Biuret.
3.7 Penetapan Kadar Protein Kasar
Penetapan kadar protein kasar dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum pada Sudarmadji 1984, yang ditetapkan dengan metode Kjeldahl. Ditimbang 0,2 gram
sampel kering yang telah di haluskan, dimasukkan kedalam labu kjeldahl, dan ditambahkan 2 gram katalisator campuran K
2
SO
4
dan CuSO
4
1:1 dan 3 mL H
2
SO
4
pekat. Didekstruksi sampai cairan berwarna hijau jernih ± selama 3 jam dan didinginkan. Setelah dingin ditambahkan 10 mL akuades, dipindahkan kedalam
erlenmeyer. Campuran ditambahkan 30 mL NaOH 40 sampai terbentuk warna hitam dan didestilasi. Destilat ditampung dalam erlenmeyer berisi 25 mL H
2
SO
4
0,02 N dan 3 tetes indikator mengsel di dalam erlenmeyer. Destilat dititrasi dengan larutan NaOH
0,02 N sampai terjadi perubahan warna dari warna ungu menjadi hijau. Dilakukan hal yang sama terhadap blanko.
Kadar N-total dihitung sesuai dengan rumus yang tercantum pada Winarno 1991 yaitu:
Kadar Nitrogen = Vb- Vt
Berat sampel mg ×N NaOH×14,007×100
Perhitungan kadar N-total dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 50 dan data hasil penetapan kadar N-total pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 51.
Universitas Sumatera Utara
Kadar protein kasar dihitung sesuai dengan rumus yang tercantum pada Winarno 1991 yaitu:
Kadar Protein = Vb- Vt
Berat sampel mg ×N NaOH×14,007×FK×100
Keterangan: Vb
= Volume blanko mL Vt
= Volume titrasi mL N NaOH
= Normalitas NaOH hasil pembakuan FK
= Faktor Konfersi pada makanan = 6,25 Perhitungan kadar protein kasar dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 54 dan
data hasil penetapan kadar protein kasar pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 55.
3.8 Pemisahan Protein dari Non Protein Nitrogen NPN
Pemisahan protein dari NPN dilakukan sesuai prosedur yang tercantum pada Silalahi 1994, yaitu mengendapkan protein yang terdapat dalam sampel dengan
menggunakan larutan asam trikloroasetat ATA 10. Timbang 0,2 gram sampel kering yang telah di haluskan, kemudian ditambahkan kedalamnya larutan asam trikloroasetat
ATA 10 bv sebanyak 10 mL. Biarkan selama 30 menit, kemudian disaring. Endapan berisi protein, dan filtratnya mengandung senyawa NPN. Protein dapat
diketahui sudah mengendap semuanya apabila tidak terjadi lagi endapan dengan penambahan larutan asam trikloroasetat ATA 10 kedalam filtrat Gambar dapat
dilihat pada Lampiran 37, halaman 103.
3.9 Penetapan Kadar Protein Murni