Pembuatan Ekstrak Uji Penilaian Organoleptik Sediaan

selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105 o C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, 1995.

3.3.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600 o C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes, 1995.

3.3.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu didinginkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan di udara Depkes, 1995.

3.4 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak rimpang jahe merah dilakukan secara perkolasi menggunakan etanol 96. Cara kerja: sebanyak 400 g serbuk simplisia dibasahi dengan etanol 96 dan dibiarkan selama 3 jam. Kemudian dimasukkan ke dalam alat perkolator, lalu dituang cairan penyari etanol sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya, mulut tabung perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan perkolat diatur 1 mlmenit, perkolat ditampung. Perkolasi dihentikan bila 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan alat rotary evaporator pada suhu ± 40 o C sampai diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer -40 o C Ditjen POM, 1979. Bagan ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 45. 3.5 Pembuatan Sediaan 3.5.1 Pembuatan sediaan gel

3.5.1.1 Formulasi basis gel

Sediaan gel dibuat dengan menggunakan basis gel berdasarkan formula menurut Suardi, dkk., 2008, yaitu: R HPMC 3,5 Propilen glikol 15 Metil paraben 0,18 Air suling ad 100 Setelah dilakukan orientasi basis gel dengan variasi persentasi HPMC sebesar 2,5, 2,75, 3, dan 3,5, maka ditetapkan bahwa formula basis gel yang akan digunakan adalah formula dengan persentasi HPMC sebesar 3 karena dinilai mempunyai daya alir yang paling diinginkan dalam pembuatan sediaan gel ini maka formula basis gel yang digunakan adalah: R HPMC 3 Propilen glikol 12,86 Metil paraben 0,18 Air suling ad 100 Cara pembuatan: air suling sebanyak 20 kali berat HPMC dipanaskan hingga mendidih, kemudian diangkat dan HPMC dikembangkan di dalamnya selama 15 menit, setelah kembang ditambahkan metil paraben yang telah dilarutkan di dalam air suling panas. Ditambahkan propilen glikol sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen, lalu ditambahkan sisa air suling yang dibutuhkan. Bagan kerja pembuatan basis gel dapat dilihat di Lampiran 10 halaman 63.

3.5.1.2 Formulasi sediaan gel

Rancangan formula sediaan gel yang mengandung ekstrak rimpang jahe, yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan gel Keterangan: G1: basis gel tanpa ekstrak rimpang jahe merah blanko G2: sediaan gel dengan ekstrak rimpang jahe merah 2 G3: sediaan gel dengan ekstrak rimpang jahe merah 4 G4: sediaan gel dengan ekstrak rimpang jahe merah 6 G5: sediaan gel dengan ekstrak rimpang jahe merah 8 Cara pembuatan: ditimbang ekstrak rimpang jahe merah 2 g, dimasukkan ke dalam lumpang, diteteskan dengan beberapa tetes pelarut etanol 96 kemudian digerus. Ditambahkan basis gel sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen dan terakhir cukupkan hingga mencapai 100 g sediaan gel. Perlakuan Bahan Sediaan gel G1 G2 G3 G4 G5 Ekstrak g - 2 4 6 8 Basis gel ad g 100 100 100 100 100 yang sama dilakukan untuk membuat sediaan gel dengan ekstrak rimpang jahe merah 4, 6, dan 8. Bagan kerja pembuatan sediaan gel dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 64. 3.5.2 Pembuatan sediaan krim 3.5.2.1 Formulasi dasar krim Sediaan krim yang digunakan adalah krim dengan tipe minyak dalam air dan dibuat berdasarkan formula standar vanishing cream FMS, 1971, yaitu: R Asam stearat 142 Gliserin 100 Natrium biborat 2,5 Trietanolamin 10 Air suling 750 Nipagin q.s. Cara pembuatan: ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak yaitu asam stearat dilebur di atas penangas air dengan suhu 70-75°C, sedangkan fase air yaitu TEA, gliserin, dan metil paraben, dilarutkan dalam air suling panas. Kemudian fase minyak dipindahkan ke dalam lumpang panas. Fase air ditambahkan secara perlahan-lahan ke dalam fase minyak dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim. Bagan kerja pembuatan dasar krim dapat dilihat di Lampiran 12 halaman 65. Ada 5 formula sediaan krim yang akan dibuat dengan masing-masing berat sediaan yaitu 100 g. Oleh karena itu, dibutuhkan sekitar 500 g dasar krim untuk membuat semua formula sediaan dalam penelitian ini, maka formula dasar krim yang akan digunakan adalah sebagai berikut: R Asam stearat 71 Gliserin 50 Natrium biborat 1,25 Trietanolamin 5 Air suling 375 Nipagin 0,5

3.5.2.2 Formulasi sediaan krim

Rancangan formula sediaan krim yang mengandung ekstrak rimpang jahe, yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Rancangan formula sediaan krim Keterangan: K1: dasar krim tanpa ekstrak rimpang jahe merah blanko K2: sediaan krim dengan ekstrak rimpang jahe merah 2 K3: sediaan krim dengan ekstrak rimpang jahe merah 4 K4: sediaan krim dengan ekstrak rimpang jahe merah 6 K5: sediaan krim dengan ekstrak rimpang jahe merah 8 Cara pembuatan: ditimbang ekstrak rimpang jahe merah 2 g, dimasukkan ke dalam lumpang, diteteskan dengan beberapa tetes pelarut etanol 96 kemudian digerus. Ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen dan terakhir cukupkan hingga mencapai 100 g sediaan krim. Perlakuan yang sama dilakukan untuk membuat sediaan gel dengan ekstrak rimpang jahe merah 4, 6, dan 8. Bagan kerja pembuatan sediaan krim dapat dilihat di Lampiran 13 halaman 66. Bahan Sediaan krim K1 K2 K3 K4 K5 Ekstrak g - 2 4 6 8 Dasar krim ad g 100 100 100 100 100

3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap sediaan gel dan krim, meliputi pemeriksaan stabilitas dan homogenitas, penentuan pH, viskositas gel, dan tipe emulsi krim dan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.

3.6.1 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Sebanyak 70 g dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa perubahan konsistensi, warna, dan aroma pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar Ansel, 1989.

3.6.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada dua keping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979.

3.6.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Cara kerja: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan Rawlins, 2003.

3.6.4 Penentuan viskositas sediaan gel

Penentuan viskositas sediaan hanya dilakukan terhadap sediaan gel dengan menggunakan viskometer bola jatuh selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Cara kerja: sediaan dan bola dimasukkan ke dalam tabung gelas dalam. Tabung dan jaket kemudian dibalik, dengan demikian posisi bola berada di puncak tabung gelas dalam. Waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh di antara dua tanda diukur dengan teliti. Dihitung nilai viskositasnya Moechtar, 1989.

3.6.5 Penentuan tipe emulsi sediaan krim

Penentuan tipe emulsi hanya dilakukan terhadap sediaan krim. Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengenceran fase dan dengan pengecatan atau pewarnaan. Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 1 g sediaan krim tangan dengan 50 ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe ma. Sedangkan jika sediaan tidak terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe am Syamsuni, 2006. Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 100 mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi am Syamsuni, 2006.

3.6.6 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan dengan cara uji tempel terbuka patch test. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luastertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari pagi, siang, dan sore hari selama 3 hari berturut-turut. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal- gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan Wasitaatmadja, 1997. Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-35 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi 5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji Ditjen POM, 1985.

3.7 Uji Penilaian Organoleptik Sediaan

Uji penilaian organoleptik dilakukan dengan metode Hedonik Soekarto, 1985, yaitu dengan melakukan analisis menurut uji kesukaan parameter aroma, sensasi di kulit, dan warna sediaan menggunakan 20 orang panelis yang disuguhi contoh sediaan yang mengandung ekstrak rimpang jahe merah. Untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan berdasarkan masing-masing parameter, digunakan skala numerik yang dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3 Skala numerik pada uji penilaian organoleptik sediaan Skala hedonik Skala numerik Amat sangat suka Sangat suka Agak suka Netral Agak tidak suka Sangat tidak suka 5 4 3 2 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Bogor menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah benar rimpang jahe merah Zingiber officinale Roscoe, Suku: Zingiberaceae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 54. 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia rimpang jahe merah adalah rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang; cabang pendek, pipih, bentuk bulat telur terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk potongan, panjang 5 cm sampai 15 cm, umumnya 3 cm sampai 4 cm, tebal 1 cm sampai 6,5 cm, umumnya 1 cm sampai 1,5 cm. Bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang ada serat yang bebas. Bekas patahan pendek dan berserat menonjol. Gambar makroskopik simplisia rimpang jahe merah dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 56.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia jahe merah memperlihatkan adanya serat, sel parenkim berisi tetes minyak yang berwarna merah dengan Sudan III, berkas pengangkut pembuluh kayu, dan pati. Gambar

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Rimpang Jahe Gajah (Zingiber Officinale Roscoe Var. Officinale) Dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var. Amarum) Menggunakan Alat Stahl

15 90 45

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum) dengan GC-MS dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

32 249 106

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP SEL KANK

1 2 16

Formulasi Sediaan Gel dan Krim dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”.

0 0 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Formulasi Sediaan Gel dan Krim dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”.

0 0 13

Formulasi Sediaan Gel dan Krim dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”.

2 2 14