Mediasi sebagai Penyelesaian Sengketa Alternatif

30 BAB III MEDIASI DALAM PERBANKAN DI INDONESIA

A. Mediasi sebagai Penyelesaian Sengketa Alternatif

Dalam alternatif penyelesaian sengketa proses mediasi merupakan salah satu bentuk dari alternatif penyelesaian sengketa secara non litigasi. Defenisi mediasi yakni proses negosiasi penyelesaian masalah sengketa dimana suatu pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang besengketa, membantu mereka yang bersengketa mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan 21 . Lovenheim memberikan penjelasan mediasi sebagai sebuah proses dimana ada dua atau lebih orang berada pada sebuah sengketa yang bersamaan, saling berusaha mencari jalan keluar sebagai sebuah solusi untuk permasalahan mereka yang oleh 3 tiga orang yang netral disebut mediator. Tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No.85PBI2005, angka 5 defenisi “Mediasi” adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang disengketakan. 21 Goodpaster, Gary. Panduan Negosiasi dan Mediasi. Jakarta: Proyek ELIPS. 1999. hal 12. Mediasi adalah Non-Coercive. Ini berarti bahwa tidak ada suatu sengketa yang diselesaikan melalaui jalur mediasi akan dapat diselesaikan, kecuali hal tersebut disepakatidisetujui bersama oleh pihak-pihak yang bersengketa. Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pemahaman mengenai mediasi ini, mediasi dapat dikaitkan dengan 2 dua unsur mediasi, antara lain 22 : 1. Dalam suatu proses mediasi akan dijumpai adanya dua atau lebih pihak-pihak yang bersengketa. Dengan demikian jika dalam suatu proses mediasi hanya dijumpai adanya suatu pihak yang bersengketa, maka hal itu menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur pihak-pihak yang bersengketa. 2. Adanya “Mediator” yang membantu mencoba menyelesaikan sengketa diantara para pihak. Sebaiknya mediator memiliki kriteria sebagai berikut agar proses mediasi dapat berjalan dengan semestinya, kriteria tersebut antara lain : a. Mediator harus mempunyai kemampuan dan keahlian sehubungan dengan bidang masalah yang disengketakan. Mengenai syarat-syarat pengangkatan mediator dapat dipergunakan syarat-syarat pengangkatan Arbiter sebagaimana termaktub dalam Pasal 12 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. b. Mediator harus mempunyai kemampuan dan keahlian sehubungan dengan bidangmasalah yang disengketakan. c. Mediator juga tidak boleh mempunyai benturan kepentinganhubungan afiliasi dengan pihak-pihak dalam sengketa masalah yang disengketakan. 22 Bahan Diskusi Terbatas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan oleh Bank Indonesia dan Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan”. Kerjasama Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Bank Indonesia. Yogyakarta, 21 Maret 2007 Keberadaan mediator dalam proses mediasi tentu saja memiliki perbedaan dengan hakim sebagai arbiter di pengadilan. Seorang mediator tidak dalam posisi tidak mempunyai kewenangan untuk memutus sengketa para pihak. Tugas dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi pihak-pihak yang bersengketa agar dapat mencapai suatu keadaan untuk dapat mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang disengketakan. Tujuan utama diberlakukannya alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah membantu mencarikan jalan keluaralternatif penyelesaian atas sengketa yang timbul diantara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oleh para pihak yang bersengketa. Dengan demikian proses negosiasi adalah proses yang forward looking dan bukan backward looking. Yang hendak dicapai bukanlah mencari kebenaran danatau dasar hukum yang diterapkan namun lebih kepada penyelesaian masalah.

B. Keberadaan Perbankan di Indonesia