Keberadaan Perbankan di Indonesia

Keberadaan mediator dalam proses mediasi tentu saja memiliki perbedaan dengan hakim sebagai arbiter di pengadilan. Seorang mediator tidak dalam posisi tidak mempunyai kewenangan untuk memutus sengketa para pihak. Tugas dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi pihak-pihak yang bersengketa agar dapat mencapai suatu keadaan untuk dapat mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang disengketakan. Tujuan utama diberlakukannya alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah membantu mencarikan jalan keluaralternatif penyelesaian atas sengketa yang timbul diantara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oleh para pihak yang bersengketa. Dengan demikian proses negosiasi adalah proses yang forward looking dan bukan backward looking. Yang hendak dicapai bukanlah mencari kebenaran danatau dasar hukum yang diterapkan namun lebih kepada penyelesaian masalah.

B. Keberadaan Perbankan di Indonesia

Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang. Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya 23 . Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang 23 www.wikipedia.com pada tanggal 28 Mei 2012 pukul 16.23 WIB memegang peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De Algemenevolks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappij NHM, Nationale Handles Bank NHB, dan De Escompto Bank NV 24 . Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank- Bank tersebut antara lain: Bank Nasional Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The Matsui Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank 25 . Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan, antara lain 26 : a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946. b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE ALGEMENE VOLKCREDIET Bank atau Syomin Ginko. c. Bank Surakarta MAI Maskapai Adil Makmur tahun 1945 di Solo. d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. e. Bank Dagang Nasional Indonesiatahun 1946 di Medan. f. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949. 24 ibid 25 ibid 26 ibid Sistem perbankan pada hakekatnya merupakan bagian dari sistem keuangan yang mempunyai cakupan luas yaitu lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi, instrumen keuangan seperti saham, obligasi, surat berharga pasar uang, treasury note, dan pasar sebagai tempat perdagangan instrumen keuangan seperti bursa saham dan pasar uang antar bank. Lembaga keuangan memberikan jasa intermediasi berupa jembatan antara surplus unit dengan defisit unit dalam ekonomi, dan semua bank termasuk golongan ini. Secondary financial intermediation, adalah lembaga keuangan yang memanfaatkan dana pinjaman dari lembaga keuangan lain, yang termasuk ke dalam kategori ini adalah lembaga keuangan bukan bank. Jelaslah, bahwa lembaga keuangan terdiri atas bank, lembaga keuangan bukan bank, di antaranya lembaga pembiayaan pembangunan, lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat- surat berharga dan lembaga keuangan jenis lain, seperti asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan leasing 27 . Menurut G.M Veryn Stuart, “Bank diartikan sebagai suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang-uang giral.” 28 27 ibid 28 Melayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Bumi Aksara, Bandung, Agustus 2001, hlm.2 Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Perbankan mendefenisikan bank sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat berbentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Pengertian bank dapat disimpulkan sebagai suatu lembaga keuangan berbentuk badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang kemudian simpanan tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit. Dalam melaksanakan kemitraannya antara bank dan nasabah perlu dilandasi beberapa asas hukum supaya tercipta suatu kemitraan yang baik. Beberapa asas hukum tersebut antara lain : a. Asas Demokrasi Ekonomi Asas ini secara tegas ada dalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan: “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.” b. Asas Kepercayaan Dalam penjelasan Pasal 29 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, menurut Sutan Remy Syahdani: “Bunyi pasal itu mengandung makna bahwa nasabah menyimpan dana dalam hubungan dengan bank dilandasi oleh kepercayaan bahwa bank akan membayar kembali simpanan nasabah penyimpan dana itu pada waktu ditagih sehingga hubungan antara kreditur dan debitur bukan hanya secara kontekstual semata melainkan hubungan berdasarkan kepercayaan.” 29 c. Asas Kerahasiaan Confidential Principle Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman bank wajib merahasiakan. d. Asas kehati-hatian Prudental Principle Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercaya. Sesuai Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Perbankan, perbankan mempunyai fungsi pokok sebagai financial intermediasi atau lembaga perantara keuangan serta mempunyai fungsi tambahan memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Iswantoro, bank mempunyai fungsi sebagai berikut: a Mengumpulkan dana yang sementara menganggur untuk dipinjamkan kepada pihak lain atau membeli surat-surat berharga Financial Investment; b Mempermudah di dalam lalu lintas pembayaran uang; c Menjamin keuangan masyarakat yang sementara tidak digunakan; d Menciptakan kredit Credit Money Deposit yaitu dengan cara menciptakan Demand Deposit deposit yang dapat diuangkan sewaktu-waktu dari kelebihan cadangan excess reserves. 30 29 Sutan Remy Syahdeni, beberapa Permasalahan Undang-Undang Hak Tanggungan Bagi Perbankan dalam Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan Perbankan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm.10 Dalam Pasal 4 Undang-Undang Perbankan diatur tentang tujuan Perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataanpertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Undang-Undang Perbankan dalam Pasal 5, dikenal 2 dua jenis bank yaitu: a. Bank Umum Bank umum menurut Pasal 1 ayat 3 dan 4 Undang-Undang perbankan diartikan sebagai Bank yang dapat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat Adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut fungsinya, bank dibagi 3 tiga jenis yaitu: 1. Bank Sentral yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 2. Bank Umum yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran 3. Bank Perkreditan Rakyat yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 30 Iswandono, Uang dan Bank, edisi ke-4, cetakan pertama, BPFE, Yogyakarta, 1990, hlm.62 4. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan mengkhususkan kegiatan tertentu antara lain: melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemahusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan perumahan. 31 Dasar hukum bagi kegiatan bank umum adalah : - Undang-Undang Perbankan - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3233KEPDIR tentang Bank Umum tanggal 13 Mei 1999 - Pasal 1 angka 3, Pasal 5 ayat 1, Pasal 6 Undang-Undang Perbankan Dalam Pasal 6 Undang-Undang Perbankan, disebutkan usaha bank umum meliputi: a Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro berjangka, sertifikat deposito dan tabungan. b Memberikan kredit. c Memberikan surat pengakuan hutang. d Membeli, menjual atau menjamin resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. e Memindahkan uang bank untuk kepentingan sendiri maupun nasabah. 31 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta 2001, hlm.26 f Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. g Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. h Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. i Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan lain berdasarkan suatu kontrak. j Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam surat berharga yang tercatat di bursa efek. k Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitor tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut dicairkan secepatnya. l Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. m Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. n Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perbankan. Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana tersebut di atas, bank umum dapat pula : a. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementarauntuk mengatasi akibat kegagalan kredit dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yagn ditetapkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. Dasar hukum bagi kegiatan Bank Perkreditan Rakyat adalah: - Undang-Undang Perbankan - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3235KEPDIR tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah tanggal 12 Mei 1999 - Pasal 1 angka 4, Pasal 13, Pasal 14 Undang-Undang Perbankan Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit. c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yagn ditetapkan dengan peraturan pemerintah. d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain. Kegiatan berbagai bank sebelum diberlakukan Undang-undang Pokok Bank Indonesia No.111953 sangat beragam. Bank-bank pemerintah umumnya masih berbenah diri, misalnya BNI pada periode ini masih aktif membantu para pengusaha pendatang baru melalui sistem importir benteng melalui fasilitas devisa, kredit bank dan subsidi pemerintah. Bank Rakyat Indonesia gencar mendorong pertumbuhan bank desa, dari 1769 buah di tahun 1951 menjadi 4640 buah tahun 1954. Pada periode yang sama, Bank Industri Negara berhasil meningkatkan pemberian pinjaman dari Rp. 130 juta, menjadi Rp. 426 juta, terutama untuk industri gula. Setelah aktif kembali Bank Tabungan Pos memberi pinjaman pada pemerintah daerah untuk pembiayaan pembangunan pasar, penyaluran tenaga listrik, dan pembangunan stasiun bis. Bank-bank asing masih terlihat dominan memberi kredit pada debitur asing hingga sebesar 78 dan hanya porsi kecil yang didapat debitur nasional. Di samping bank, terdapat satu yayasan yang didirikan tahun 1950 dan berperan memberi jaminan terhadap nasabah bank yang meski potensial tetapi tidak memenuhi standar kelayakan dari bank. Yayasan Pemusatan Jaminan Kredit Rakyat ini kemudian melakukan efisiensi kinerja di tahun 1956 dan berganti nama dengan Yayasan Lembaga Jaminan Kredit. Pada akhir tahun 1951, dengan perantaraan yayasan, kredit yang disediakan untuk 44 nasabah dengan nilai Rp. 2,7 juta, dan perusahan-perusahaan ekspor, impor dan pengangkutan untuk 26 nasabah nilai pinjaman Rp. 4,7 juta. Perkembangan kegiatan Perbankan setelah Undang-undang No. 11 tahun 1953, semakin dinamis misalnya 32 : - Bank BNI berhasil mencatat kenaikan kredit rata-rata 62 pertahun, dari Rp. 160 juta, ditahun 1955 mencapai Rp. 380 juta tahun 1959, bahkan ikut mendirikan badan usaha seperti Maskapai Asuransi Indonesia, perusahaan pelayaran Jakarta Loyd. - BRI juga mampu meningkatkan kredit 18 sepanjang tahun 1958 dan 24 tahun 1959 melalui 118 kantor cabangnya. - Bank Industri Negara mampu meningkatkan gironya 31 per tahun, yaitu dari Rp. 340 juta tahun 1956 menjadi Rp. 552 juta pada tahun 1958, sementara itu kreditnya naik 62 pertahun, dari Rp. 515 juta tahun 1955 menjadi Rp. 1.844 juta di tahun 1959. Dalam rangka menambah modal bank, telah diterbitkan obligasi, yang selain dijual melalui Bursa Efek Jakarta juga berhasil diperdagangkan melalui Bursa Efek Belanda. - Bank Koperasi, Tani dan Nelayan memfokuskan kegiatannya membantu petani, buruh tani dan nelayan agar terlepas dari jeratan lintah darat dan mampu mengembangkan usahanya. - Bank Tabungan Pos dana tabungan yang dipelihara meningkat dari Rp. 214 juta pada tahun 1955 menjadi Rp. 489 juta di tahun 1959, kemudian ditanamkan dalam bentuk obligasi pemerintah, bilyet perbendaharaan negara. 32 ibid - Bank swasta nasional mampu meningkatkan pemberian kredit kepada nasabahnya, dari Rp 529,2 juta tahun 1955 naik menjadi Rp. 1.481,3 juta tahun 1959 atau naik sebanyak 280. Bank-bank asing yang mendominasi pemberian kredit kepada perusahaan- perusahaan asing, perannya makin menurun karena terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda disamping itu perusahaan Belanda dinasionalisasi. Sistem pengawasan perbankan Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, di jaman Hindia Belanda, sistem pengawasan belum terbentuk. De Javasche Bank, sebagai bank sirkulasi waktu itu, tugasnya hanya sampai tingkat analisis dari laporan berkala bank-bank yang diserahkan secara sukarela. Setelah dinasionalisasi tahun 1951, kondisi ini masih sama, karena yang berubah hanya kepemilikannya saja, dan tidak tugasnya. Mengingat aktivitas bank sebagai penghimpun dana masyarakat, maka patut mendapat pengawasan ketat. Pengawasan dilakukan berdasarkan UU No. 111953 mulai dari pemberian sampai dengan pencabutan ijin. Wewenang dalam pengawasan terhadap bank meliputi berbagai tahap yaitu : 2. Perizinan, diteliti dan diperiksa apakah bank tersebut sudah memiliki ijin operasi, sebelum melakukan segala aktifitasnya. 3. Pengaturan, diterapkan aturan-aturan yang ketat agar pengoperasian bank terbebas dari penyimpangan kebijakan yang merugikan nasabah. 4. Pengawasan, dilakukan baik secara langsung maupun melalui laporan berkala secara cermat guna mencegah penyelewengan dan terakhir adalah pengenaan sanksi yang bergantung pada tingkat penyimpangan termasuk pencabutan ijin bila terbukti terjadi pelanggaran berat. Pengawasan yang efektif dalam bentuk ketetentuan pelaksanaan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1955, yang didasarkan pada Undang-undang No.111953.oleh oleh sebab itu, UU No.111953 dan PP No.11955 sering disebut tonggak sejarah perkembangan pengawasan perbankan di Indonesia.Dikemudian hari kedua peraturan ini kelak disempurnakan melalui UU No.141967 dan UU No.71992. Dua hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1959 adalah dimulainya sistem pengawasan bank tahun 1955 dan menurunnya peran bank-bank asing dalam pembiayaan sektor swasta. Sehingga bank- bank nasional semakin giat berkiprah dalam pembangunan ekonomi nasional.

C. Perkembangan Mediasi Perbankan di Indonesia