1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kepercayaan masyarakat terhadap dunia peradilan semakin berkurang. Salah satu masalah yang dihadapi oleh badan peradilan di Indonesia adalah
lambatnya proses penyelesaian perkara di Mahkamah Agung. Dengan penyelesaian sebanyak 8.500 perkara setiap tahunnya sedangkan penerimaan perkara yang jumlah
dan besarnya selalu bertambah, dapat diperkirakan bahwa penumpukan putusan akan dapat Mahkamah Agung tidak akan dapat diselesaikan
4
. Banyaknya perkara Kasasi Maupun Peninjauan Kembali yang diajukan ke
Mahkamah Agung disebabkan bahwa sistem hukum yang berlaku sekarang ini tidak membatasi perkara apa saja yang dapat diajukan ke Mahkamah Agung, antara lain
sedapat mungkin menyelesaikan perkara di Pengadilan tingkat pertama atau tingkat banding, dengan musyawarah melalui penyelesaian sengketa alternatif baik di luar
pengadilan maupun di dalam pengadilan
5
. Perkembangan teknologi serta kemajuan sistem perbankan tentu saja sangat
menguntungkan pada era globalisasi saat ini. Tetapi tentu saja segala kemudahan tersedianya berbagai produk perbankan tidak semudah yang dibayangkan terkadang
muncul berbagai masalah yang menimbulkan perselisihan antara pihak pengguna
4
Mahkamah Agung RI, 200 stee, Mediasi dan Perdamaian, disampaikan oleh H.Soeharto Ketua Sterring Comitte Penyusunan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan, dalam pengarahan dalam rangka Pelatihan Mediator Dalam Menyambut Penerapan Mediasi, Jakarta.
5
Mahkamah Agung RI, Ibid.hal.
produk perbankan dengan pihak perbankan itu sendiri.Suatu hal yang sering dihadapi dalam situasi semacam ini akhirnya menimbulkan sengketa. Sengketa merupakan
suatu hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa sengketa mulai dikenal sejak adanya manusia, dimana ada kehidupan manusia di situ
ada sengketa. Oleh karena itu, sengketa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Sengketa yang timbul dalam proses pemakaian produk perbankan ini perlu untuk diselesaikan. Masalahnya, siapa yang dapat menyelesaikan sengketa tersebut?
Cara yang paling mudah dan sederhana adalah para pihak yang bersengketa menyelesaikan sendiri sengketa tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh adalah
menyelesaikan sengketa tersebut melalui forum yang pekerjaannya atau tugasnya memang menyelesaikan sengketa. Forum resmi untuk menyelesaikan sengketa yang
disediakan oleh negara adalah Pengadilan, sedangkan yang disediakan oleh lembaga swasta adalah Arbitrase. Penyelesaian sengketa di luar lembaga peradilan sering
disebut juga dengan Alternative Dispute Resolution ADR atau dalam istilah Indonesia diterjemahkan menjadi Alternatif Penyelesaian Sengketa APS.
Mencermati penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan, butuh waktu dan biaya yang cukup mahal, untuk mengantisipasi keluhan tersebut penyelesaian
sengketa bisnis dapat dilakukan oleh pihak ketiga ataupun suatu lembaga swasta sebagai suatu alternatif yakni melalui lembaga arbitrase. Lembaga ini sering pula
disebut lembaga perwasitan. Para anggota dari lembaga arbitrase terdiri dari berbagai keahlian, antara lain, ahli dalam perdagangan, industri, perbankan, dan hukum.
Indonesia telah mengenal dan mengakui cara mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa. Sejak keluarnya peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun
2003 disempurnakan dengan PERMA No.1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di Pengadilan yang merupakan implementasi dari Hukum Acara Perdata Pasal 130
Herziene Inlandsh Reglement HIR yang berlaku untuk wilayah Jawa dan Madura, dan Pasal 154 Rechtsreglemen voor de Buitengewesten R.Bg yang berlaku untuk
wilayah di luar Jawa dan Madura, yang pada intinya mengisyaratkan upaya perdamaian dalam menyelesaikan sengketa. Maka upaya penyelesaian sengketa
dengan mediasi layak pilihan utama. Selain dapat merundingkan keinginan para pihak dengan jalan perdamaian, upaya mediasi tentunya akan menguntungkan pengadilan
karena mengurangi tumpukan perkara. Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai permasalahan perbankan
khususnya pada PT. Bank Danamon, Tbk yang dapat diselesaikan melalui jalur mediasi. Ada banyak produk-produk perbankan yang bermasalah setelah digunakan
oleh nasabah, misalnya kartu kredit, ATM, kredit usaha dan lainnya. Mediasi sebagai Alternaltif Penyelesaian Sengketa berperan penting dalam memberikan kenyaman
kepada nasabah bank sehingga pada saat terjadinya perselisihan, nasabah tidak merasa dirugikan secara berlebihan karena harus berperkara di pengadilan. Hubungan
antara pihak bank dengan nasabah juga akan lebih terjamin membaik kembali setelah mediasi.
B. Permasalahan