nasional.  Berkaitan  dengan  sistem  presidensial  yang  dilaksanakan  di  Indonesia dengan penerapan sistem multi partai  yang tak terbatas membuat instabilisasi dalam
pemerintahan.
E. Kecendrungan Penerapan Sistem Multi Partai di Indonesia
Salah  satu  faktor  yang  menentukan keberhasilan  gerakan  reformasi  adalah berkembangnya  kesadaran  bahwa  persoalan  yang  dihadapi  oleh  bangsa  Indonesia
bukan  semata-mata  persoalan  orang  atau  siapa  yang  berkuasa,  melainkan  persoalan sistem.  Sejarah  politik  menunjukkan  bahwa  pada  masa  berlakunya UUD  1945
sebelum  perubahan  selalu  muncul  pemerintahan  otoriter  karena  setiap  penguasa selalu  mengakumulasikan  kekuasaannya  dengan  menggunakan  celah  yang
terkandung  dalam  UUD  1945.  Oleh  karena  itu  gerakan  reformasi  tidak  sekedar bertujuan  mengganti  orang  yang  berkuasa,  tetapi  mengubah  sistem  yang  dijalankan
agar  lebih  demokratis  dengan  menutup  celah-celah  terjadinya  penyalahgunaan kekuasaan.
198
Salah satu agenda reformasi adalah perubahan UUD 1945 untuk memperbaiki sistem politik dan ketatanegaraan agar lebih demokratis. Agenda yang menguat untuk
segera  diperbaiki  adalah  sistem  pemerintahan  yang executif  heavy dengan kewenangan yang terlalu besar kepada Presiden. Hal itu menyebabkan sebelum orde
198
Muladi, Penguatan Sistem Pemerintahan Presidensial dalam Ketatanegaraan Indonesia di Era  Penerapan  Sistem  Multi  Partai  Guna  Memantapkan  Sinergitas  Antara  Lembaga  Eksekutif  dan
Legislatif Untuk Percepatan Proses Pembangunan Nasional,  Jakarta: Lembaga Ketahanan Nasional RI, 2009 hlm. 1.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
reformasi  tidak  adanya  sistem  dan  mekanisme checks  and  balances. Ketiadaan mekanisme checks  and  balances tersebut  salah satunya  disebabkan  oleh  sistem
presidensial  semu  yang  dianut  dalam  UUD  1945  sebelum  perubahan  dengan kekuasaan Presiden yang sangat besar.
Perubahan UUD 1945 berhasil memurnikan sistem presidensial di Indonesia , ketentuan dalam UUD 1945 hasil perubahan memposisikan kedudukan Presiden dan
DPR  dalam  posisi  yang  sejajar  dan  sama  kuat  berdasarkan  prinsip  pemisahan kekuasaan  agar  sistem  dan  mekanisme checks  and  balances dapat  berjalan.  Dengan
adanya sistem ketatanegaraan yang baru tersebut, maka terdapat perubahan mendasar terhadap  praktik  politik  di  Indonesia,  yang  memungkinkan  Indonesia  menjalankan
praktik  politik  yang  demokratis.  Namun  demikian,  dalam  desain  sistem  dan  praktik ketatanegaraan  dewasa  ini masih  tidak  lepas  dari  berbagai  kekurangan,  di  mana
terjadi  kontradiktif  satu  sama  lain  pada  klausul  dalam  hasil  amandemen  ke-4  UUD 1945,  yaitu  satu  sisi,  ditegaskan  bahwa  sistem  pemerintahan  Indonesia  menganut
sistem presidensial, tetapi di sisi lain, mengemuka praktik pemerintahan parlementer, hal ini antara lain disebabkan karena sistem kepartaian kita saat ini adalah multiparty
system.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut  Muladi  ada  beberapa permasalahan  penguatan  sistem  presidensial dalam  ketatanegaraan  di  Indonesia  yang  diterapkan  di  era  multi  partai,  antara  lain
adalah :
199
a Ketentuan  normatif  konstitusional  mengenai  hubungan  Presiden  dan  DPR mengalami  perkembangan  dalam  tataran  praktik  pelaksanaan.  Hal  itu
dipengaruhi  oleh  banyak  hal,  terutama  kematangan  budaya  politik  serta jumlah dan kekuatan partai politik. Sistem multi partai dengan jumlah partai
terlalu banyak yang saat ini berkembang ikut melemahkan sistem presidensial, sehingga  stabilitas  pemerintahan  menjadi  rentan.  Sistem  multi  partai  telah
mengganggu  jalannya  pemerintahan,  apalagi  mayoritas  DPR  dikuasai kekuatan politik yang berseberangan dengan Presiden.
b Terdapat  ketentuan  dan  praktik  yang  secara  tidak  proporsional  dalam memberikan  wewenang  kepada  DPR  terkait  dengan  kekuasaan  pemerintah,
diantaranya  adalah  dalam  pelaksanaan  hak  konfirmasi  DPR  untuk pengangkatan  jabatan  tertentu  oleh  Presiden,  yang  paling  terlihat  adalah
dalam  pengangkatan  duta  untuk  negara  lain  atau  duta  negara  lain  untuk Indonesia.  Hal  ini  tidak  sesuai  dengan  praktik  sistem  presidensial  dan  akan
menghambat Presiden dalam melaksanakan tugasnya.
c Secara  teoritis  sistem  pemerintahan  presidensial  tidak  mungkin  diterapkan dalam sistem multi partai dengan jumlah partai yang terlalu banyak. Kondisi
ini  telah  menyebabkan  tidak  harmonisnya  hubungan  lembaga  Eksekutif  dan Legislatif  di  Indonesia dan  menimbulkan  fenomena extremely  democratic
defisit.
d Kondisi saat ini adalah kenyataan bahwa koalisi yang terbentuk belum bersifat permanen  dan  mudah  pecah,  karena  dibangun  tidak  berdasarkan  kesamaan
flatform dan  program,  melainkan  lebih  kepada  kepentingan  praktis  dan pertimbangan  pemenang  pemilu  yang  memberikan  tawaran  posisi  paling
besar.  Kecenderungan  ini  tidak  dapat  dilepaskan  dari  perkembangan organisasi  partai  politik  yang  masih  lebih  banyak  ditentukan  oleh  figur
pimpinan,  dan  belum  mampu  mengedepankan  perjuangan mewujudkan program berdasarkan Flatform partai.
Pada Era
Transisi Reformasi
1998 2002  sampai  sekarang sistem presidensial
Indonesia  malah mempunyai kecenderungan
berperilaku seperti
199
Ibid. Hlm. 3-4.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sistem parlementer.
200
Pembentukan SETGAB Parpol Koalisi ternyata masih tidak cukup kuat untuk membangun sistem yang mantap.
Di lain pihak, semenjak merdeka, sistem kepartaian kita juga belum pernah mempunyai
bentuk format
yang sesuai
guna mendukung
sistem presidential
yang demokratis. Tetapi tentu saja masalah penerapan sistem presidential tidak
terletak hanya pada sistem kepartaian. Sistem kepartaian yang dirancang UUD 1945 untuk mendukung  sistem
presidential adalah sistem partai tunggal yang dikena sebagai partai negara, yang juga sering disebut partai pelopor. Hal mana jelas terlihat dari keputusan rapat
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI tanggal 22 Agustus 1945 untuk membentuk Partai Nasional Indonesia bukan PNI 1927 atau PNI Baru
sebagai partai negara dan satu satunya partai.
201
Jika disain
itu jadi
dilaksanakan maka
sistem presidential
dapat diperkirakan berjalan efektif. Anggota DPR seluruhnya akan berasal dari partai
tunggal itu. MPR juga akan didominasi oleh partai pelopor itu dan Presiden adalah pimpinan partai tersebut. Sistem ini mirip dengan sistem yang dikenal di
Jerman fasis, dinegara negara Komunis dan negara berpartai tunggal lainnya. Disain asli itu tidak mengenal checks and balances sistem dan
tidak ada akuntabilitas
pada rakyat
sebagai pemegang
kedaulatan. Masyarakat
Indonesia beruntung  karena keputusan itu dibatalkan kembali oleh PPKI dalam
200
Jakob Tobing, Sistem  Presidential:  Penyederhanaan  Sistem  Kepartaian  Memang  Telah Diamanatkan Sejak Awal Reformasi,  Jakarta: Institut Leimena, 2010, hlm.1.
201
Ibid. hlm. 3.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rapat  tanggal 31
Agustus 1945. Ironisnya,
pembatalan itu
bukan karena
keinginan sendiri tetapi karena tekanan Sekutu, sebagai pemenang.
202
Setelah  perubahan  ketiga  UUD  1945  yang  mengubah  beberapa Pasal krusial tentang Pemerintahan Negara, khususnya mengenai pemilihan presiden
203
dan wakil presiden melalui mekanisme pemilihan langsung oleh rakyat melalui partai politik
204
. Tidak  adanya  pernyataan  didalam  konstitusi  secara  langsung  yang
menyebutkan sistem kepartaian yang bagaimana yang diterapkan di Indonesia bukan berarti  Indonesia  tidak mengakomodir  partai  politik.  Dari  pernyataan Pasal 6A  ayat
2  UUD  1945  mengenai  pemilihan  presiden  dan  wakil  presiden,  telah  jelas disebutkan bahwa adanya keterlibatan partai politik ataupun gabungan partai politik,
jadi  partai  politik  yang  ada  di  Indonesia  tidak  hanya  partai  tunggal  melainkan diperbolehkannya pendirian partai politik lebih dari satu partai politik.
Setelah  MPR  mengesahkan  amandemen  ketiga  dan  keempat  UUD  1945, sistem  pemerintahan  negara  Indonesia  berubah  menjadi  sistem  presidensial.
Perubahan  tersebut  ditetapkan  dengan  Pasal  1  ayat  2  UUD  baru.  MPR  tidak  lagi merupakan  perwujudan  dari  rakyat  dan  bukan locus  of  power, lembaga  pemegang
kedaulatan  negara  tertinggi.  Pasal  6A  ayat  1  menetapkan  “Presiden  dan  Wakil Presiden  dipilih  dalam satu  pasangan  secara  langsung  oleh  rakyat”.  Dua  pasal
tersebut  menunjukkan  karakteristik  sistem  presidensial  yang  jelas  berbeda  dengan
202
Ibid. Hlm 4.
203
lihat Pasal 6A Ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
204
Pasal  6A  Ayat  2  UUD  1945  menyebutkan  bahwa  pasangan  calon  presiden  dan  wakil presiden  diusulkan  oleh  partai  politik  atau  gabungan  partai  politik  peserta  pemilihan  umum  sebelum
melaksanakan pemilihan umum.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
staatsfundamentalnorm yang tercantum dalam Pembukaan dan diuraikan lebih lanjut dalam Penjelasan UUD 1945.
Dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi dalam suatu sistem kepartaian tertentu.  Setiap  partai  merupakan  bagian  dari  sistem  kepartaian  yang  diterapkan  di
suatu  negara.  dalam  suatu  sistem  tertentu,  partai  berinteraksi  dengan  sekurang- kurangnya  satu  partai  lain  atau lebih  sesuai  dengan  konstruksi  relasi  regulasi  yang
diberlakukan.  Sistem  kepartaian  memberikan  gambaran  tentang  struktur  persaingan di  antara  sesama  partai  politik  dalam  upaya  meraih  kekuasaan  dalam  pemerintahan.
Sistem  kepartaian  yang  melembaga  cenderung meningkatkan  stabilitas  politik  dan efektivitas pemerintahan.
Untuk  melihat  sistem  kepartaian  suatu  negara,  ada  dua  pendekatan  yang dikenal  secara  umum.  Pertama,  melihat  partai  sebagai  unit-unit  dan  sebagai  satu
kesatuan  yang  terlepas  dari  kesatuan-kesatuan  lain.  Pendekatan  numerik  ini  pernah dikembangkan  Maurice  Duverger  1950-an,  ilmuwan  politik  kebangsaan  Prancis.
Menurut  Duverger,  sistem  kepartaian  dapat  dilihat  dari  pola  perilaku  dan  interaksi antar sejumlah partai dalam suatu sistem politik, yang dapat digolongkan menjadi tiga
unit, yakni sistem partai tunggal, sistem dwi partai, dan sistem multipartai. Selain  itu,  cara  lain  dapat  dijadikan  pendekatan  yaitu  teori  yang
dikembangkan  Giovani  Sartori,  ilmuwan  politik  Italia.  Menurut  Sartori,  sistem kepartaian  tidak  dapat  digolongkan  menurut  jumlah  partai  atau  unit-unit,  melainkan
jarak ideologi  antara  partai-partai  yang  ada,  yang  didasarkan  pada  tiga  hal,  yaitu
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jumlah  kutub  polar,  jarak  diantara  kutub  bipolar,  dan  arah  perilaku  politiknya. Sartori  juga  mengklasifikasikan  sistem  kepartaian  menjadi  tiga,  yaitu pluralism
sederhana,  pluralisme  moderat,  dan  pluralisme  ekstrem.  Kedua  pendekatan  ini  bisa digunakan untuk melihat sistem kepartain Indonesia di era reformasi saat ini.
Di  Indonesia,  sistem  kepartaian  yang  dianut  dapat juga dilihat  dengan pendekatan  dari  Maurice  Duverger  yang  membedakan  kategori  sistem  kepartaian
menjadi,  sistem  partai  tunggal,  sistem  dwi  partai,  dan  sistem  multi  partai.  Jika menggunakan
pendekatan Maurive
Duverger tersebut,
Indonesia jelas
mempraktekakan  sistem  multi  partai  pada  saat  ini  setelah  pemilu  1999-2009. Sedangkan  menurut  pendekatan  Giovani  Sartori,  Indonesia  menerapkan  Sistem
Kepartaian  Pluralisme  Moderat    lebih  dari  5  partai.  Dari  kedua  pendapat  ahli tersebut, dapatlah dikategorikan sistem kepartaian yang dianut oleh Indonesia dengan
sistem multi partai. Terjadinya  kecendrungan  Penerapan  sistem  multi  partai  dalam  pemerintahan
presidensial  di  Indonesia  setelah  perubahan  UUD  1945  memiliki  beberapa  alasan, diantaranya:
1. Perubahan  UUD  1945  pada  perubahan  ketiga  yang  menghasilkan mekanisme  pemilihan  secara  langsung  oleh  rakyat  melalui  partai  politik
atau  gabungan  partai  politik  membuat  dinamika  politik  menumbuh kembangkan banyaknya partai baru yang mengikuti pemilu.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Dalam Undang-Undang Pemilu UU No. 22 tahun 2007, Undang-Undang Pemilu  DPR,  DPD,  dan  DPRD  UU  No.  10  tahun  2008  serta  Undang-
Undang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden UU No. 42 tahun 2008 tidak  diberi  batasan  yang  jelas  mengenai  penerapan  yang  jelas  mengenai
jumlah  partai  yang  dapat  mengikuti  pemilihan  umum,  hanya  dilakukan pembatasan
dengan mekanisme
electoral threshold
ET dan
parliamentary threshold PT. 3. Tidak  adanya  aturan  yang  jelas  di  dalam  Konstitusi  UUD  1945  dan
Peraturan  Perundang-Undangan  mengenai  sistem  kepartaian  yang diterapkan  di  Indonesia,  mengakibatkan  ketidakpastian  multi  tafsir
dalam penerapan sistem kepartaian di Indonesia. Sistem  pemerintahan  presidensial  di  Era  Multi  Partai  dengan  jumlah  partai
terlalu banyak diikuti budaya politik yang belum matang akan mengganggu jalannya pemerintahan dan dapat  dipandang sebagai masalah konstitusional mendasar. Masih
terbentang  kesenjangan  antara  harapan  demokratisasi  pada  sistem  pemerintahan  dan sistem  politik  yang  mempengaruhi  sektor kehidupan  masyarakat  secara  luas  dan
dimaknai sebagai extremely democratic defisit. Untuk menciptakan pemerintahan  yang kuat, stabil, dan efektif, maka desain
sistem kepartaian semestinya mengarah pada sistem multipartai sederhana. Salah satu alasan terpenting ialah bahwa di dalam sistem multipartai sederhana dapat dihasilkan
tingkat fragmentasi yang relatif rendah pula di parlemen, yang pada gilirannya dapat
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengkondisikan  terciptanya  proses pengambilan  kebijakan  maupun  keputusan  yang relatif tidak berlarut-larut.
205
Untuk  dapat  menyederhanakan  sistem  kepartaian  dapat  dilakukan  melalui beberapa  cara,  yakni:  memperberat  aturan  pembentukan  partai  politik  baru;
memperketat  persyaratan  bagi  partai  peserta  pemilu;  dan  mengkondisikan pelembagaan  koalisi  partai.  Upaya  menyederhanakan  sistem  kepartaian  antara  lain
dapat  dilakukan dengan  memperberat  ketentuan  pembentukan  partai  politik  baru, yakni peningkatan  persyaratan  jumlah  warga  negara  yang  dapat  membentuk  partai,
dan pemberlakuan larangan bagi partai gagal electoral threshold ET untuk berganti nama sebagai partai baru.
F. Koalisi Pemerintahan