BAB IV IMPLIKASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
YANG DITERAPKAN PADA PRAKTEK MULTI PARTAI DI INDONESIA PASCA PERUBAHAN UUD 1945
D. Sistem Pemerintahan Presidensial Pada Praktek Multi Partai Di Indonesia
Negara Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keberagaman suku bangsa, bahasa, agama, kebudayaan, dan adat istiadat. Antara individu yang satu
dengan individu yang lain atau antara kelompok yang satu dengan yang kelompok yang lain memiliki perbedaan yang terkadang sangat prinsip. Oleh karena itu, adanya
sistem keterwakilan tiap kelompok dimakudkan untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah yang disalurkan oleh partai politik sebagai representasi aspirasi
masyarakat.
218
Argumen teoritik untuk memilih sistem presidensial adalah: pertama,
presiden adalah satu-satunya pejabat publik yang dipilih untuk mewakili seluruh rakyat dan wilayah negara. Dengan demikian presiden memiliki mandat yang kuat
untuk melaksanakan kehendak rakyat dan wilayah. Asumsinya, dengan mandat yang demikian maka lembaga ini memiliki dasar untuk melaksanakan suatu pemerintahan
yang kuat dan efektif. Kedua, dalam banyak kasus, presiden biasanya dipilih
langsung oleh rakyat dalam jangka waktu yang pasti. Dipilih langsung akan membuat kedudukannya tidak tergantung pada dinamika lembaga lain. Hubungan ini juga
218
Aminah, Electoral
Threshold Dan
Parliamentary Threshold
sebagai Model
Penyederhanaan Sistem Multipartai dalam Pemilihan Umum di Indonesia, Jakarta: Mahkamah Konstitusi dan P3KHAM PPM Universitas Sebelas Maret, Jurnal Konstitusi Vol.II, No. 1, Juni 2009,
hlm. 64.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memungkinkan terciptanya stabilitas kelembagaan yang berimplikasi terhadap
kemungkinan tercapainya pemerintahan yang kuat dan efektif. Ketiga, Presiden
terpilih dalam jangka waktu yang pasti diharapkan mampu untuk melaksanakan kebijakan publik secara terencana dan responsif, atau dengan kata lain secara efektif.
Sebagai sebuah sistem pemerintahan, untuk efektivitas fungsi pemerintahan maka lembaga presiden harus juga didukung oleh bekerjanya suatu sistem perwakilan
yang efektif. Hubungan antara keduanya harus pula berimbang yang didasarkan pada fondasi check and balances.
Problema tersebut memang secara teoritik menjadi salah satu kelemahan sistem pemerintahan presidensial, seperti diungkapkan Mainwaring:
219
“Replacing a president who has lost the confidence of his party or the people is an extremely difficult proposition…What in a parliamentary sistem would be a
government crisis can become a full-blown regime crisis in a presidential sistem.
Mengganti seorang presiden yang telah kehilangan kepercayaan dari partai atau dari rakyat menjadi persoalan yang sangat menyulitkan…Apa yang menjadi krisis
pemerintahan dalam sistem pemerintahan parlementer menjadi krisis rejim total dalam sistem presidensial.
Persoalan koalisi kekuatan politik pendukung presiden menjadi hanya berkait secara langsung dengan partai politik, apabila presiden diusung oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang memperoleh suara relatif kecil, maka ia harus memperkuat posisinya dengan merekrut tokoh dari berbagai kekuatan politik lain
untuk berbagai jabatan politikpublik strategis. Seringkali hubungan tersebut tidak dilanjutkan dengan formalisasi koalisi menjadi partai-partai yang memerintah. Ini
219
Ibid. hlm. 64.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menimbulkan ketidakjelasan hubungan, hak, dan kewajiban antar-lembaga tersebut. Meskipun dalam pemerintahan presidensial hal itu adalah hak dari presiden, dalam
kenyataanya ketidakpastian kekuatan pendukung presiden untuk memerintah menjadi tidak jelas.
E. Implikasi Sistem Pemerintahan Presidensial Pada Praktek Multi Partai di Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945
. Perubahan UUD 1945 telah menegaskan bahwa partai politik sebagai salah
satu pilar demokrasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam rangka membangun kehidupan politik nasional. Pasal 11 UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik,
disebutkan bahwa partai politik mempunyai fungsi sebagai sarana :
220
a Pendidikan bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; b Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat; c Partisipasi politik warga negara Indonesia;
d Rekruitmen dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Menurut Miriam Budiardjo fungsi partai politik adalah sebagai sarana komunikasi politik,
sosialisasi politik political socialization, sarana rekruitmen politik political recruitment, dan pengatur konflik conflict management.
Sedangkan Yves Meny and Andrew Knapp menegaskan fungsi parpol sebagai mobilisasi dan integrasi, sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih
220
Pasal 11 UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
voting patterns, sarana rekruitmen politik, dan sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan.
221
Berbagai fungsi partai politik tersebut, kelihatannya fungsi rekruitmen jabatan politiklah yang lebih mengemuka. Partai politik sebagai wahana demokrasi
memang tidak bis diabaikan eksistensinya, karena rekruitmen kepemimpinan dan anggota lembaga kenegaraan nasional dan lokal di bidang eksekutif dan legislatif
dilakukan melalui partai politik. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung seharusnya dapat
menghasilkan stabilitas dan efektivitas yang lebih tinggi dalam kehidupan politik Indonesia. Sayangnya harapan tersebut belum tercapai pada masa pemerintahan pasca
Pemilu 2004 dan pemilu 2009 . Sistem multi partai yang dimiliki Indonesia saat ini menyebabkan konfigurasi politik nasional dan daerah menjadi terlalu rumit, amat
terfragmentasi, dan sikap partai oposisi pada pemerintah yang sedang berkuasa belum dipandang suatu tindakan yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi.
Dengan kondisi semacam itu, Presiden terpilih mendapat tekanan yang amat kuat dari lingkungan untuk mengadakan koalisi dengan kekuatan politik yang
terwakili di DPR. Partai-partai yang ingin mendapat jatah dalam pemerintahan baru akan memperkuat posisi tawarnya dengan menggunakan Pemilu Putaran Kedua
sebagai political pressure pada calon Presiden. Ada beberapa implikasiakibat sistem pemerintahan presidensial yang
diterapkan dengan sistem multi partai di Indonesia pasca perubahan UUD 1945, diantaranya adalah:
221
Miriam Budihardjo, Op.cit hlm. 159-163.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Sistem Multipartai yang diterapkan di Indonesia bersifat terfragmentasi,
menyebabkan implikasi deadlock dan immobilism bagi sistem presidensial Indonesia. Alasannya adalah presiden terpilih selalu mengalami kesulitan
untuk memperoleh dukungan yang stabil dari legislatif sehingga upaya mewujudkan kebijakan akan mengalami kesulitan. Pada saat yang sama partai
politik dan gabungan partai politik yang mengantarkan presiden untuk memenangkan pemilu tidak dapat dipertahankan untuk menjadi koalisi
pemerintahan. Tidak ada mekanisme yang dapat mengikatnya. Alasan lain adalah bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat terhadap kesepakatan yang
dibuat pimpinan partai politik jarang bisa dipertahankan. Dengan kata lain tidak adanya disiplin partai politik membuat dukungan terhadap presiden
menjadi sangat tidak pasti. Perubahan dukungan dari pimpinan partai politik juga ditentukan oleh perubahan kontekstual dari konstelasi politik yang ada.
2. Jumlah partai politik yang terlalu banyak menimbulkan dilema bagi
demokrasi, sebab banyaknya organisasi peserta pemilu pada gilirannya mempersulit tercapainya suara mayoritas absolute mayority
222
, sementara ketiadaan partai yang mampu menguasai mayoritas di parlemen merupakan
kendala spesifik bagi terciptanya pemerintahan dan politik yang stabil stabilitas pemerintahan dan stabilitas politik. Sementara itu diketahui bahwa
salah satu kelemahan dari sistem presidensial yang berlangsung pada masa
222
Mirza Nasution, Mempertegas System Presidensial, Jurnal Konstitusi Vol. II, No. 1, Juni 2009,Jakarta: P3KP-FH Universitas Jambi bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi RI, hlm. 75.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
transisi ialah ketiadaan koalisi besar yang permanen di parlemen, sehingga setiap pengambilan keputusan oleh pemerintah hampir senantiasa mendapat
hambatan dan tantangan dari parlemen. Dengan demikian, strategi penting yang perlu diambil ialah bagaimana mendorong terbentuknya koalisi partai
politik di parlemen, baik yang mendukung pemerintahan maupun koalisi partai politik dalam bentuk yang lain. Hal ini diperlukan sekaligus sebagai
upaya agar bisa tetap sejalan dengan prinsip-prinsip checks and balances dari presidensialisme.
3. Banyaknya partai politik sebagai peserta pemilihan umum akhirnya
menyebabkan sistem pemilihan yang digunakan menjadi rumit. Hal ini dikarenakan, semakin banyak partai politik sebagai peserta pemilihan umum
maka semakin banyak pula hal-hal yang perlu dipersiapkan. Termasuk salah satunya adalah yang berkaitan dengan hal teknis pemilihan yang harus
disiapkan Komisi Pemilihan Umum seperti penyediaan surat suara yang harus mengakomodir seluruh partai sampai pada perhitungan suara yang tidak
mudah pelaksanaannya. Selain itu, masyarakat sebagai subjek pemilihan umum pun akhirnya cukup dibuat bingung untuk memilih salah satu diantara
banyak pilihan partai politik yang harus dipilih. 4.
Sistem presidensial Indonesia yang dibangun dengan sistem multipartai menyebabkan hubungan presiden dengan DPR sebagai lembaga Perwakilan
rakyat yang juga di isi oleh partai-partai politik berjalan dengan rapuhtidak
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kuat. Hal tersebut disebabkan oleh partai politik di Parlemen yang membentuk koalisi belum tentu sama pemikirannya untuk membentuk dan mendukung
koalisi di pemerintahan. Selain itu, tidak adanya suara mayoritas di DPR menyebabkan DPR Indonesia sulit untuk menentukan sikap apabila ingin
menjalankan fungsi lembaga perwakilan rakyat tersebut. 5.
Sistem presidensial Indonesia yang diterapkan dengan sistem multipartai menyebabkan sulitnya melakukan konsolidasi politik antara pemerintah
dengan partai politik yang ada, baik untuk kepentingan koalisi pemerintah maupun untuk keperluan partai oposisi pemerintah.
6. Multi partai dalam sistem presidensial juga berdampak pada ketidak dayaan
presiden untuk secara tegas mengambil kebijakan termasuk dalam penentuan kabinetnya. Presiden yang dalam sistem presidensial mempunyai wewenang
penuh atas jalannya pemerintahan termasuk menentukan menteri-menteri dalam kabinetnya, ternyata tidak dapat berjalan dengan baik. Penentuan
menteri harus melakukan kompromi dengan para parpol guna memperoleh dukungan terutama dalam menghadapi partai oposisi di parlemen.
7. Sistem presidensial yang diterapkan dengan multipartai dapat menyebabkan
disharmonisasi antara presiden dengan wakil presiden, apabila pasangan calon presiden dan wakil presiden dicalonkan oleh partai yang berbeda. Maka ketika
menjalankan pemerintahan, seperti
pembuatan kebijakan pemerintah,
keterlibatan wakil presiden akan selalu menjadi pertimbangan bagi presiden,
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akan tetapi apabila sudah menyangkut urusan partai pengusungnya, maka biasanya akan terjadi konflik kepentingan diantaranya. Misalnya pada
pemerintahan SBY-JK yang diusung oleh partai berbeda, dimana pada akhir masa jabatan SBY-JK terjadi disharmonisasi diantara presiden dan wakil
presiden.
Dari implikasi diatas yang terjadi dengan diterapkannya sistem presidensial Indonesia dalam sistem multipartai dapat dilihat bahwa penerapan sistem presidensial
dengan multipartai tidaklah cocok.
223
Presidensialisme yang berlaku dewasa ini perlu disempurnakan agar dapat menghasilkan sistem pemerintahan yang kuat, stabil, dan
efektif di satu pihak, dan terhindar dari perangkap otoriterianisme di pihak lain.
Efektifitas pemerintahan presidensial antara lain dapat dicapai
melalui penyerderhanaan sistem kepartaian dan pengelompokan politik di parlemen,
sedangkan perangkap otoriterianisme bisa dihindari melalui pelembagaan kekuatan oposisi.
Meskipun banyak partai memberi banyak pilihan kepada rakyat, akan tetapi terlalu banyak partai justru membingungkan rakyat pemilih. Pengalaman pemilu
legislatif 2009 yang baru selesai dilaksanakan, dengan jumlah partai sebanyak 38 ditambah 6 partai lokal untuk NAD, membuat rakyat pemilih sulit untuk mengenal
partai-partai tersebut, bahkan untuk menyebut nama partai saja tidak bisa, apalagi
223
Saat ini, Indonesia menerapkan sistem multipartai ekstrim, seyogyanya pelaksanaaan sistem presidensial dapat dilaksanakan dengan sistem multipartai terbatas.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengetahui lebih jauh program-program dari partai tersebut. Rakyat menjadi tidak fokus dalam menentukan partai atau caleg yang menjadi pilihannya.
Fakta menunjukkan bahwa kedewasaan politik rakyat saat ini belum pada taraf ideal, pendidikan politik rakyat belum berjalan dengan baik. Keragaman dari
bangsa merupakan hal yang tidak dapat diingkari. Bangsa Indonesia yang mendiami nusantara terdiri dari beragam etnis, bahasa maupun agama. Semua keragaman
tersebut adalah pluralisme horizontal yang sangat luas skala dan dimensinya. Pluralisme tersebut ditambah dengan adanya pluralisme struktural yang berkaitan
dengan kenyataan luasnya disparitas tingkat perkembangan, baik dari segi ekonomi, akses informasi, pendidikan, dan pusat pengambilan keputusan politik dari satu
tempat ke tempat yang lain, sehingga tingkat keragaman masyarakat Indonesia menjadi angat kompleks dan tidak mudah untuk diurai.
224
Pemilu 2009 dengan 38 partai ditambah 6 partai lokal, menjadi semakin ramai ketika masing-masing partai dan para caleg berebut simpati rakyat dengan
melakukan berbagai cara agar tujuan dalam memperoleh kekuasaan terwujud. Kondisi ini membuat rakyat menjadi bingung dan sulit menentukan pilihan.
Kebingungan rakyat pemilih akan bertambah pada saat pelaksanaan pemilu yang berbeda dengan pemilu sebelumnya. Kartu suara dengan ukuran besar karena
memuat semua gambar partai politik dan nama-nama Caleg dan cara memilih dengancentangcontreng menjadikan pemilih kesulitan untuk menemukan nama caleg
224
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Yang Demokratis, Jakarta: Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008, Hlm.593.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atau partai yang akan dipilih. Hal ini tidak menutup kemungkinan pemilih akan mencontreng secara “ngawur”, asal contreng.
225
Disamping itu tidak dapat dipungkiri, jumlah partai yang sangat banyak berdampak pada besarnya anggaran yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, bukan
hanya anggaran yang harus dikeluarkan untuk partai, tetapi juga anggaran untuk sarana dan prasarana pelaksanaan pemilu. Pasal 12 k UU No. 2 Th 2008
menyatakan bahwa Partai Politik berhak memperoleh bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran dan Belanja Daerah.
Indonesia sudah saatnya menggunakan sistem “Multi Partai Terbatas
226
” atau “Dwi Partai” untuk menata dan mengelola sistem perpolitikan yang lebih efisien dan
efektif dalam menunjang modernisasi ekonomi seperti di Malaysia dan Amerika Serikat. Jusuf Kalla
227
pernah mengatakan bahwa jumlah parpol yang ada di Indonesia sebaiknya dikurangi karena banyaknya jumlah partai menyebabkan fokus
untuk melayani masyarakat akan menjadi berkurang.
225
Erna Sri Wibawanti, Saatnya Electoral Threshold Dilaksanakan Secara Konsisten Menuju Multipartai Terbatas, Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia bekerja sama dengan
PKHK-Fh Universitas Janabadra, Jurnal Konstitusi, 2009, hlm. 17.
226
Penyederhanaan Sistem Kepartaian Indonesia dapat disinkonrinasikan dengan penjelasan UU No. 42 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa: dalam undang-undang ini penyelenggaraan pemilu
presiden dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih presiden dan wakil presiden yang memperoleh dukungan kuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi kekuasaan pemerintahan negara
dalam rangka tercapainya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan undang undang dasar negara republik indonesia tahun 1945. Di samping itu pengaturan terhadap pemilu
presiden dan wakil presiden dalam undang-undang ini juga dimaksudkan untuk menegaskan sistem presidensiil yang kuat dan efektif, dimana presiden dan wakil presiden terpilih tidak hanya
memperoleh legitimasi yang kuat dari rakyat, namun dalam rangka mewujudkan efektivitas pemerintahan juga diperlukan basis dukungan dari dewan perwakilan rakyat.
227
Jusuf Kalla pada saat masih menjabat sebagai ketua umum Golkar memberikan pernyataan di dalam situs kapanlagi.com, “Sudah Saatnya Indonesia Gunakan Sistem Multi Partai Terbatas
diakses tanggal 22 Agustus 2010.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
F. Penyederhanaan Partai Politik Indonesia