Profil dasar perairan fishing ground Proses penangkapan pada bagan rambo

4.3 Profil dasar perairan fishing ground

Fishing ground daerah penangkapan ikan bagan rambo di Selat Makassar masih tergolong daerah pantai karena kedalaman perairannya 25 – 70 meter. Perairan yang tergolong landai ini menyebabkan ikan bermigrasi ke pantai karena faktor lingkungan seperti arus, salinitas, temperatur, musim, pasang surut, topografi, makanan, dan lain-lain sehingga daerah ini menjadi fishing ground yang ideal bagi bagan rambo. Profil dasar perairan lokasi selama pengamatan di perairan Barru Selat Makassar disajikan pada Lampiran 2 dan 3. Lokasi yang ideal mengoperasikan bagan rambo adalah: dasar perairan berlumpur dan terlindung dari ombak dan arus yang kuat. Dasar perairan yang berbatu sebaiknya berada di depan bagan agar terhindar dari arus dan ombak. Dasar perairan berbatu yang tepat berada di bawah bagan kurang baik karena habitat ikan yang berada di ekosisitem batu adalah ikan dasar yang tidak menyenangi cahaya sehingga tidak sesuai dengan tujuan penangkapan bagan rambo yang tujuannya menangkap ikan pelagis yang umumnya berkelompok dan menyenangi cahaya.

4.4 Pola tingkah laku ikan pada bagan rambo

Dalam pengamatan tingkah laku ikan, parameter yang diamati adalah pola kedatangan kawnan ikan, pola distribusi kawanan ikan di sekitar pencahayaan, pola pergerakan kawanan ikan di sekitar pencahayaan, dan pola pergerakan kawanan ikan setelah hauling.

4.4.1 Pola kedatangan ikan

Pengamatan tingkah laku ikan dapat diamati secara visual hanya sampai kedalaman 2 m. Ikan mulai masuk ke daerah pencayahaan di bawah rangka bagan setelah 5 – 10 menit. Jenis ikan yang pertama masuk adalah ikan yang sangat kecil yang tidak teridentifikasi disusul dengan ikan teri, cumi-cumi, ikan terbang, kepiting rajungan dan ada kalanya ular laut. Pengamatan tingkah laku ikan pada kedalaman lebih dari 2 meter diamati dengan menggunakan side scan sonar colour. Hasil pengamatan pola kedatangan ikan pada setting pertama, kedua, dan ketiga dengan menggunakan side scan sonar colour dapat dilihat pada Gambar 15 -17. Gambar 15 Pola pergerakan kawanan ikan pada awal setting pertama A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, perahu observer Pola kedatangan ikan pada saat awal setting pertama memperlihatkan bahwa ikan mendekati sumber cahaya umumnya dari arah kiri dan kanan bagan serta dari kedalaman yang berbeda. Pergerakan kawanan ikan belum terkonsentrasi pada sumber pencahayaan atau belum beradaptasi sempurna dengan intensitas cahaya yang ada. Gambar 16 Pola pergerakan kawanan ikan pada awal setting kedua A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, perahu observer

02:30:15 02:30:27

02:30:39 02:30:51

fish school fish school fish school fish school bagan bagan bagan bagan A B A B 1 2 3 4 Gambar 17 Pola pergerakan kawanan ikan pada awal setting ketiga A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, perahu observer Pola kedatangan ikan pada saat awal setting kedua dan ketiga memperlihatkan bahwa sebagian kawanan ikan masih berada di sekitar bagan. Ikan-ikan tersebut adalah ikan yang berhasil meloloskan diri pada saat hauling pertama. Pola penyebaran kawanan ikan akibat proses hauling berada jauh dari sumber cahaya dan belum terkonsentrasi di catchable area. Pola penyebaran kawanan ikan pada awal setting kedua sama halnya dengan pola penyebaran kawanan ikan pada awal setting ketiga, dimana kawanan ikan yang berhasil lolos dari setting kedua sebagian masih berada di sekitar bagan. 30 m

4.4.2 Pola Penyebaran kawanan ikan di sekitar pencahayaan

Contoh pola penyebaran kawanan ikan di sekitar pencahayaan selama lampu masih dinyalakan semua dapat dilihat pada Gambar 18 dan pola penyebaran ikan pada saat lampu terluar bagan telah dipadamkan dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20. Setelah Gambar 18 Pola penyebaran kawanan ikan pada saat lampu masih dinyalakan semua A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, perahu observer, Kawanan ikan dalam lingkaran A B A B 20:15:16 20:15:28

20:15:52 20:15:40

fish school bagan fish school bagan fish school bagan fish school bagan 1 2 3 4 30 m Pola penyebaran kawanan ikan pada Gambar 18 dapat dilihat bahwa kawanan ikan sudah berada di sekitar pencahayaan dan mulai masuk ke daerah catchable area . Kawanan ikan terlihat bergerak tidak teratur, namun terlihat dalam lingkaran ikan sudah semakin mendekati cahaya. Pola penyebaran kawanan ikan belum diketahui dengan pasti, apakah bergerak memutar atau mendekat dan menjauhi sumber pencahayaan. Gambar 19 Pola pergerakan kawanan ikan setelah lampu terluar bagan dipadamkan A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, . perahu observer A B A B 20:40:20 20:40:32

20:40:44 20:40:56

fish school bagan fish school bagan fish school bagan fish school bagan 1 2 3 4 waring bagan waring bagan waring bagan waring bagan 30 m Pola penyebaran kawanan ikan setelah lampu terluar dipadamkan mempelihatkan kawanan ikan mulai terkonsentrasi di sekitar catchable area, dimana kawanan ikan sudah tidak tersebar lagi dan sudah menyatu dengan bagan. Pola ini terjadi karena cahaya lampu yang menyala hanya di bawah rangka bagan sehingga kawanan ikan mulai berkumpul semakin dekat ke daerah pencahayaan, walaupun masih terlihat ada yang bergerak keluar dari cakupan bagan. Pada Gambar 20 dapat dilihat pola pergerakan kawanan ikan yaitu : A ikan bergerak ke arah bagan, B kawanan ikan bergerak semakin mendekati sumber pencahayaan dan ada kawanan ikan yang bergerak menjauhi daerah pencahayaan B 1 , 3 kawanan ikan yang tetap di sekitar pencahayaan, dan B 1, C 1, D 1 ikan yang menjauhi daerah pencahayaan cenderung mendekat lagi dengan pola pergerakan memutar. Kemungkinan kawanan ikan yang menjauhi daerah pencahayaan kaget pada saat lampu dipadamkan dan dindikasikan kawanan ikan ini akan kembali ke daerah pencahayaan. Gambar 20 Contoh observasi pola pergerakan kawanan ikan setelah lampu luar bagan dipadamkan A B D 1 C B 1 C 1 A,B,C,D : Kawanan Ikan B 1 : Pecahan kawanan ikan A B+B 1 : Bagan : Perahu observer : Pergerakan kawanan ikan 30 m D Gambar 21 Pola penyebaran kawanan ikan sesaat sebelum semua lampu dipadamkan, kecuali lampu fokus A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, platform observer Pola penyebaran kawanan ikan sesaat sebelum hanya lampu fokus yang menyala adalah ikan menyebar di sekitar catchable area dan masih ada yang meninggalkan dan mendekati sumber pencahayaan. Pada Gambar 21 bagian 4 dimana lampu fokus sudah menyala memperlihatkan bahwa ikan telah terkonsentrasi di catchable area. Terkonsentrasinya ikan pada catchable area dikarenakan lampu yang dinyalakan hanya lampu fokus yang arah pencahayaannya tidak lagi menyebar tetapi terfokus ke arah bawah secara vertikal. A B A B 21:15:12 21:15:24

21:15:36 21:15:48

fish school bagan fish school bagan fish school bagan fish school bagan 1 2 3 4 waring bagan waring bagan waring bagan waring bagan 30 m

4.4.3 Pola Penyebaran ikan pada saat hauling

Contoh pola penyebaran ikan pada saat hauling dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23. Pada Gambar 22 terlihat bahwa pola penyebaran ikan pada saat hauling pertama trip I menyebar secara horisontal, sedangkan pada Gambar 23 terlihat pola penyebaran ikan pada saat hauling ketiga trip VI menyebar ke arah vertikal. Perbedaan pola penyebaran ini dikarenakan jenis ikan yang tertangkap juga berbeda. Pada hauling pertama trip I jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan teri dan ikan kembung lelaki, sedangkan pada hauling ketiga trip VI jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan layang dan kembung lelaki. Pola penyebaran ikan pada saat hauling telah selesai dapat dilihat pada Gambar 24. Kawanan ikan yang terlihat pada Gambar 24 adalah ikan yang berhasil meloloskan diri pada saat hauling. Pola penyebarannya terlihat ada yang menjauhi daerah pencahayaan dan ada juga yang masih tetap berada di sekitar jaring bagan. Belum diketahui bagaimana pola pergerakan ikan meloloskan diri pada saat hauling, apakah ikan meloloskan diri pada saat bingkai jaring di tarik ke atas atau ikan yang meloloskan diri berada di luar jangkauan bingkai bagan pada saat haling. A B A B 22:30:00 22:30:12

22:30:24 22:30:36

fish school bagan fish school bagan 1 2 3 4 fish school bagan fish school bagan waring bagan waring bagan waring bagan waring bagan Gambar 22 Pola penyebaran kawanan ikan pada saat hauling pertama trip I A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, platform observer 30 m Gambar 23 Pola penyebaran kawanan ikan pada saat hauling ketiga trip VI A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m platform observer A B A B 22:34:08

22:34:32 22:34:44

fish school bagan fish school bagan 1 2 3 4 fish school bagan fish school bagan waring bagan waring bagan waring bagan waring bagan 30 m

22:45:34 22:45:46

22:45:58 fish school

bagan fish school bagan fish school bagan escape A B A B Gambar 24 Pola penyebaran kawanan ikan pada saat hauling kedua trip IV telah selesai A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m, .............. . platform observer 30 m waring bagan waring bagan waring bagan

4.4.4 Pola pergerakan ikan di sekitar pencahayaan

Pengamatan pola pergerakan kawanan ikan dengan menggunakan side scan sonar colour dapat dilihat pada Gambar 25 dan 26. Pola pergerakan ikan di sekitar pencahayan seperti pada Gambar 25 terlihat bahwa ikan cenderung bergerak mendekati sumber pencahayaan kemudian sedikit menjauh dan mendekati lagi sumber pencahayaan. Pola pergerakan kawanan ikan pada Gambar 25 dan 26 memperlihatkan pergerakan kawanan ikan yang mendekati sumber pencahayaan Gambar 25 : 1 dengan kecepatan 57,69 cmdetik dan kecepatan pergerakan kawanan ikan di sekitar pencahayaan Gambar 25 : 2,3,4,5,6 sekitar 20,93 cmdetik. Pola pergerakan kawanan ikan di sekitar pencahayaan yang diamati secara visual dapat dilihat pada Gambar 27 - 30. Kawanan ikan kecil yang tidak teridentifikasi memperlihatkan pola pergerakan bolak-balik di sekitar pencahayaan Gambar 27. Kawanan ikan teri Gambar 28 memperlihatkan pola pergerakan melingkari secara teratur di dekat sumber pencahayaan. Kawanan ikan layang Gambar 29 memperlihatkan pola pergerakan berputar secara teratur dan berada sedikit diluar sumber pencahayaan. Pola pergerakan cumi-cumi Gambar 30 mmperlihatkan pola pergerakan maju mundur. Cumi-cumi bergerak maju mendekati sumber pencahayaan pada saat memburu mangsa ikan-ikan kecil dan bergerak mundur setelah mendapatkan mangsa. Pola pergerakan ini biasanya terus berlangsung sampai proses hauling dilaksanakan. Gambar 25 Tampilan sonar yang memperlihatkan pola pergerakan kawanan ikan layang, posisi dan indikasi waktu. A tampak dari atas, B kedalaman perairan 70 m

01:30:12 fish school

1 01:32:04

01:35:40 01:33:52

01:36:52 01:30:56

fish school fish school fish school fish school Perahu observer fish school 2 3 5 6 4 Perahu observer Perahu observer Perahu observer Perahu observer Perahu observer A B A B A B 30 m Gambar 26 Contoh observasi pola pergerakan kawanan ikan dengan menggunakan side scan sonar colour pada tanggal 27 April 2005 pukul 01:30:12 – 01:36:52 A,B,C,D,E,F,G : kawanan ikan 30 m Perahu observer E F G 30 m 01:30:12 Perahu observer A B D E C A : 0’00” B : 0’00” C =A+B : 0’:44” D : 1’:44” E : 4’:22” F : 5’:58” G : 6’:56 : bagan : arah dan jarak pergerakan kawanan ikan Gambar 27 Pola pergerakan ikan-ikan kecil di sekitar lampu fokus Gambar 28 Pola pergerakan ikan teri di sekitar lampu fokus yang cenderung berputar ke kanan searah jarum jam Lampu fokus Fish school Fish school Fish school Fish school Fish school Lampu fokus Lampu fokus Lampu fokus Fish school Fish school Gambar 29 Pola pergerakan kawanan ikan layang di sekitar pencahayaan yang cenderung berputar ke kanan searah jarum jam sumber cahaya lampu fokus di sebelah kanan gerobolan ikan Gambar 30 Pola pergerakan maju mundur cumi-cumi di sekitar pencahayaan Fish school Fish school Fish school Fish school 4.5 Hasil tangkapan 4.5.1 Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian pada alat tangkap bagan rambo umumnya adalah ikan small pelagic schooling. Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah teri Stolephorus spp, layang Decapterus ruselli, kembung lelaki Rastrelliger kanagurta, tembang Sardinella fimbriata dan cumi-cumi loligo sp. Kelompok ikan lainnya yang tertangkap bagan rambo adalah ikan kecil- kecil yang tidak teridentifikasi, alu alu atau barakuda Sphyraena genie dan Sphyraena jello , julung-julung Hemirhamphus far, terbang Cypsilurus poeciloterus , bawal putih Pampus argenteus, bawal hitam Formio niger, cendro Tylosourus crocodilus, layur Trichiurus savala, dan peperek Leiognatus aureus, Leiognathus berbis dan Leionathus blochii. Kelompok ikan ini mempunyai hasil tangkapan yang sangat kecil per jenisnya.

4.5.2 Komposisi jenis hasil tangkapan

Jumlah dan komposisi hasil tangkapan pada bagan rambo setiap waktu hauling dan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 31. Jumlah dan komposisi jenis hasil tangkapan selama penelitian menunjukkan bahwa ikan yang dominan tertangkap berturut-turut adalah kembung lelaki Rastrelliger spp 25, teri Stolephorus spp 24, ikan lainnya 19, layang Decapterus sp 17, tembang Sardinella fimbriata 12, cumi-cumi Loligo sp 3 total tangkapan 7,419.5 kg. Gambar 31 Komposisi jenis hasil tangkapan selama penelitian lainnya, 19 cumi-cumi, 3 tembang, 12 kembung lelaki, 25 layang, 17 teri, 24 Tabel 5 Jenis, jumlah dan persentase hasil tangkapan sebelum tengah malam, tengah malam dan setelah tengah malam No. Waktu Jenis ikan jumlah hasil tangkapan persentase Teri 549 36 Kembung lelaki 344 23 Tembang 206 14 Layang 84 6 Cumi-cumi 75 5 Lainnya 260 17 1 Sebelum tengah malam Jumlah 1518 100 Teri 472 22 Kembung lelaki 584 27 Tembang 296 14 Layang 142 7 Cumi-cumi 50.5 2 Lainnya 615 28 2 Tengah malam Jumlah 2159.5 100 Teri 738 20 Kembung lelaki 924 25 Tembang 400 11 Layang 1040 28 Cumi-cumi 100 3 Lainnya 540 14 3 Sesudah tengah malam Jumlah 3742 100 Jumlah dan komposisi jenis hasil tangkapan sebelum tengah malam Tabel 5 menunjukkan bahwa ikan yang dominan tertangkap berturut-turut adalah teri Sardinella spp 36, kembung lelaki Rastrelliger spp 23, tembang Sardinella fimbriata 14, layang Decapterus sp 6, cumi-cumi 5 dan ikan lainnya 17 total tangkapan 1.518 kg. Jumlah dan komposisi jenis hasil tangkapan setelah tengah malam Tabel 5 menunjukkan bahwa ikan yang dominan tertangkap berturut-turut adalah ikan lainnya 28, kembung lelaki Rastrelliger spp 27, teri Sardinella spp 22, tembang Sardinella fimbriata 14, layang Decapterus sp 7, , cumi-cumi 2 total tangkapan 2.159,5 kg. Jumlah dan komposisi jenis hasil tangkapan setelah tengah malam Tabel 5 menunjukkan bahwa ikan yang dominan tertangkap berturut-turut adalah layang Decapterus sp 27, kembung lelaki Rastrelliger spp 25, teri Sardinella spp 20, ikan lainnya 14, tembang Sardinella fimbriata 11, cumi-cumi Loligo sp 3 total tangkapan 3742 kg.

4.5.3 Hubungan antara hasil tangkapan dengan waktu hauling

Analisis hasil tangkapan selama penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil tangkapan pada hauling setelah tengah malam 287,85 kg lebih besar dari hauling sebelum tengah malam 253,00 kg dan pada saat tengah malam 196,32 kg Gambar 32, sementara itu rata-rata hasil tangkapan pada hauling sebelum tengah malam lebih tinggi dari hauling tengah malam Gambar 33. 13 11 6 N = Setelah tengah malam Tengah malam Sebelum tengah malam 95 C I 500 400 300 200 100 Jum lah tan gkapan k g Gambar 32 Distribusi rata-rata hasil tangkapan bagan rambo selama penelitian sebelum tengah malam pukul 18.00-22.00, tengah malam pukul 22.00-02.00 dan setelah tengah malam pukul 02.00-06.00. 100 200 300 400 500 600 100 200 30 400 500 600 700 700 Sebelum tengah malam kg Setelah tengah malam kg 45° Gambar 33 Perbandingan antara hasil tangkapan sebelum tengah malam dan setelah tengah malam selama penelitian 5 PEMBAHASAN

5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas besar sekitar 20 kW memungkinkan bagan rambo dapat dioperasikan pada saat bulan terang. Daya tembus dari cahaya mercuri pada kedalaman 25 m iluminasi cahaya mencapai 0,0585 lux dan secara horizontal pada jarak 50 m iluminasi cahaya mencapai 0,5 lux. Pengoperasian bagan rambo pada saat bulan terang memungkinkan karena kekuatan cahaya yang digunakan besar sehingga penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan secara vertikal akan lebih dalam dan secara horisontal masih dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh. Dengan demikian bagan rambo terogolong alat yang efektif karena dapat digunakan walaupun pada saat bulan terang. Fishing ground bagan rambo hubungannya dengan topografi dan dasar perairan sebaiknya berada di belakang karang atau batu untuk menghindari arus dan gelombang yang besar. Penempatan ini memungkinkan bagan rammbo dapat dioperasikan pada saat Musim Barat. Dasar perairan yang berlumpur merupakan fishing ground yang ideal bagi bagan rambo Lampiran 2 dan 3. Fishing ground bagan rambo yang berada di belakang batu atau karang serta dasar perairan yang berlumpur diindikasikan memberikan hasil tangkapan yang baik. Faktor oseanografi mempengaruhi operasi penangkapan bagan rambo. Arus adalah salah satu faktor oseanografi yang mempengaruhi proses pengoperasian bagan rambo. Arus yang kuat akan menyebabkan proses hauling terganggu. Pengaruh arus akan menyebabkan posisi bingkai dan waring bagan tidak tepat berada di bawah bingkai bagan, hal ini akan mengakibatkan ikan dapat meloloskan diri pada saat hauling. Pengaruh arus yang kuat oleh nelayan setempat diatasi dengan menggunakan tali penahan arus yang ditempatkan pada setiap sudut bagan. Tali arus ini diikatkan pada sebuah roller dan ujung yang lainnya diikatkan sebuah batu sebagai pemberat. Penggunaan tali penahan ini dimaksudkan untuk menahan bingkai bagan agar tepat berada di bawah rangka bagan. Pada kecepatan arus permukaan lebih besar 0,34 mdetik, nelayan bagan rambo tidak menurunkan waring Sudirman, 2003. Oleh karena itu kecepatan arus merupakan salah satu pembatas dalam mengoperasikan bagan rambo. Jika dibandingkan dengan set net, kecepatan arus yang bisa di tolerir adalah 0,25 mdetik dan pada kecepatan lebih dari 0,75 mdetik akan merusak jaring Martasuganda 2002, dengan kata lain set net lebih kuat menahan arus dari bagan rambo. Suhu berkisar 26-27 °C, salinitas berkisar 33-35 per mil dan kecerahan 13 – 14,5 di Selat Makassar selama penelitian. Kondisi suhu, salinitas dan kecerahan ini baik untuk tujuan penangkapan ikan. Ben-Yami 1987 mengemukakan bahwa kecerahan air di atas 10 m tergolong baik untuk mengoperasikan alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya. 5.2 Analisis Tingkah Laku Ikan pada Bagan Rambo 5.2.1 Proses tertangkapnya ikan pada bagan rambo