Proses Penangkapan dan Tingkah Laku Ikan

dalam jaring angkat lift net, namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing Subani dan Barus, 1989. Bagan rambo memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak di atas 30 unit lampu. Perahu bagan dapat dikatakan sebagai bangunan utama dari bagan rambo karena selain untuk mengapungkan bangunan bagan juga di atasnya terkonsentrasi seluruh peralatan dan merupakan tempat kegiatan pada saat operasi penangkapan. Bentuk dan konstruksi perahu dirancang khusus yaitu berbentuk pipih memanjang dengan dimensi utama, panjang 30,0 m; lebar 2,0 m dan dalam 3,0 m. Selain perahu, komponen lain dari bagan rambo adalah rangka bagan. Adanya bangunan kayu yang berbentuk rangka merupakan ciri khas dari bagan. Ukuran panjang dan lebar bangunan bagan adalah 32,0 m x 30,0 m, dirangkai pada sisi kiri dan kanan perahu. Semua bahan dari rangka serta perahu terbuat dari kayu pilihan. Selain itu dilengkapi dengan jaring, roller, generator dan lampu merkuri Nadir, 2000. Hal yang menonjol dari penggunaan bagan rambo ini adalah penggunaan cahaya listrik dengan jumlah bola lampu yang dipergunakan berkisar 30 – 66 buah. Berdasarkan fungsinya lampu dapat dibedakan atas dua jenis yaitu, lampu penarik dan lampu yang digunakan untuk mengkonsentrasikan ikan-ikan yang telah tertarik pada cahaya lampu. Alat tangkap bagan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok. Berdasarkan mobilitasnya maka dikenal adanya bagan tancap dan bagan apung. Bagan tancap sifatnya menetap sedangkan bagan apung dapat berpindah dari satu fishing ground ke fishing ground lainnya. Bagan rambo merupakan bagan apung dengan mobilitas tinggi, dapat dioperasikan mulai dari pantai sampai jauh dari pantai. Bagan rambo merupakan perkembangan yang paling mutakhir dari alat tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini. Berbeda halnya dengan dengan bagan apung lainnya, karena ukurannya yang sangat besar sehingga sering pula disebut dengan bagan raksasa Sudirman, 2003.

2.3 Proses Penangkapan dan Tingkah Laku Ikan

Dalam pengoperasiannya jika dibandingkan dengan jenis bagan lainnya, maka operasional bagan rambo dapat dilakukan pada bulan terang, karena kekuatan cahaya yang digunakan sangat tinggi sehingga penetrasi cahaya yang masuk secara vertikal ke dalam air akan lebih dalam dan secara horizontal dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh. Dibandingkan dengan bagan diesel yang dioperasikan di perairan Lampung dengan menggunakan jumlah lampu neon dari 105 – 137 unit, dimana cahaya pada kedalaman 21 – 22 m, iluminasi cahaya mencapai 0,3 – 3 lux, maka daya tembus cahaya lampu mercury pada bagan rambo masih lebih tinggi. Dengan demikian, jumlah tangkapan dan trip penangkapan atau jumlah hauling yang dapat dilakukan pada bagan rambo dapat lebih banyak, pada akhirnya jumlah tangkapan pertripnya akan lebih banyak pula Sudirman, 2003. Konsep aktivitas penelitian dan pengembangan teknologi penangkapan ikan pada masa yang akan datang tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan tetapi juga ditujukan untuk memperbaiki proses penangkapan capture process , mengurangi fishing impact terhadap lingkungan dan bio-diversty Arimoto, et al. 1999. Selanjutnya Chopin and Inoue 1997 telah melakukan penelitian mengenai kecenderungan dan pengembangan teknologi penangkapan ikan di Asia dan menekankan bahwa ada beberapa topik utama yang sangat penting dikembangkan antara lain pengamatan bawah air terhadap proses penangkapan underwater observation on capture process dan tingkah laku ikan atau studi-studi fisiologi. Walaupun tingkah laku ikan mudah diamati tetapi tidak mudah untuk mempelajarinya karena diperlukan perencanaan yang hati-hati untuk mengamati bagian-bagian dari tingkah laku yang menjadi tujuan pengamatan Noakes and Baylis, 1990. Metode pengamatan tingkah laku ikan dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan langsung di lapangan. Selanjutnya dikatakan bahwa studi tingkah laku ikan di lapangan dapat memberikan keuntungan yang lebih baik karena dapat diterapkan pada masalah-masalah praktis. Underwater observation merupakan metode pengamatan di lapangan yang dapat dilakukan untuk tujuan pengamatan tingkah laku ikan. Beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk memahami proses penangkapan telah dijelaskan oleh Arimoto et al. 1999 antara lain video camera, sonar, bio- telemetri. Selanjutnya dikatakan bahwa kontrol tingkah laku ikan dengan menggunakan rangsangan buatan artificial stimuli, bertujuan untuk memperbaiki teknologi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan adalah adaptasi ikan terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal He, 1989. Selanjutnya dikatakan bahwa tingkah laku ikan dapat diklassifikasikan kedalam beberapa bagian seperti instinct behaviour, taxis dan refleks . Karena berbagai keterbatasan dalam pengamatan langsung maka penggunaan remote automatic sampling techniques merupakan salah satu alat untuk tujuan pengamatan tingkah laku ikan.

2.4 Peranan Cahaya dan Sifat-Sifatnya Dalam Air