Peranan Cahaya dan Sifat-Sifatnya Dalam Air

menggunakan rangsangan buatan artificial stimuli, bertujuan untuk memperbaiki teknologi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan adalah adaptasi ikan terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal He, 1989. Selanjutnya dikatakan bahwa tingkah laku ikan dapat diklassifikasikan kedalam beberapa bagian seperti instinct behaviour, taxis dan refleks . Karena berbagai keterbatasan dalam pengamatan langsung maka penggunaan remote automatic sampling techniques merupakan salah satu alat untuk tujuan pengamatan tingkah laku ikan.

2.4 Peranan Cahaya dan Sifat-Sifatnya Dalam Air

Cahaya merupakan bagian yang fundamental dalam menentukan tingkah laku ikan di laut Woodhead, 1966. Stimuli cahaya terhadap tingkah laku ikan sangat kompleks antara lain intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya dan lama penyinaran. Nicol 1963 telah melakukan suatu telaah mengenai penglihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan menyimpulkan bahwa mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitifitasnya terhadap cahaya. Tidak semua cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Cahaya yang dapat diterima memiliki panjang gelombang pada interval 400 – 750 m μ Mitsugi, 1974, Nikonorov, 1975. Penetrasi cahaya dalam air sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan. Dengan demikian maka cahaya biru akan menembus jauh ke dalam perairan daripada warna lainnya. Didalam penerapannya pada operasi penangkapan ikan, maka untuk menarik ikan dari jarak yang jauh baik secara vertikal maupun horizontal digunakan warna biru karena dapat di absorbsi oleh air sangat sedikit sehingga penetrasinya ke dalam perairan sangat tinggi. Untuk mengkonsentrasikan ikan di sekitar Catchable area digunakan warna merah atau kuning karena daya tembusnya rendah. Selain panjang gelombang, faktor lain yang menentukan penetrasi cahaya masuk ke dalam perairan adalah absorbsi cahaya dari partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis Nybakken, 1988. Ben-Yami 1987 menyatakan bahwa nilai iluminasi lux suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut masuk ke dalam air karena mengalami pemudaran. 2.5 Teknik Hidroakustik untuk Pendeteksian Tingkah Laku Ikan Instrumen hidroakustik mengalami perkembangan yang pesat selama Perang Dunia II khususnya dalam mendeteksi kapal selam. Akan tetapi cikal bakal hidroakustik ini dikemukakan oleh Leonardo da Vinci pada tahun 1490 bahwa jika anda menempelkan telinga pada suatu pipa panjang yang dimasukkan dalam air, anda akan mendengar kapal pada suatu jarak yang jauh dari anda Urick, 1975. Instrumen hidroakustik dalam hubungannya dengan pendeteksian kawanan ikan pertama kali dilakukan oleh Kimura tahun 1929 dengan menginstalasikan unit pemancar transmitter dan unit penerima receiver dalam kolam yang digunakan untuk kultivasi ikan, sedangkan Sund pada Tahun 1935 pertama kali mempublikasikan echogram ikan cod Maclennan dan Simmonds, 1992. Metode akustik untuk mengestimasi kelimpahan ikan pertama kali diaplikasikan sekitar tahun 1970. Pada waktu itu hasil yang diperoleh dengan tingkat kesalahan yang cukup tinggi dan metode kalibrasipun belum tepat. Instrumen akustik sekarang ini telah berkembang dengan pesatnya sehingga dapat menghitung target strength ikan melalui pengukuran secara langsung melalui berbagai percobaan-percobaan khususnya echosounder bim ganda dual beam dan bim terbagi split beam, kedua instrumen ini juga telah digunakan untuk estimasi kelimpahan melalui echo counting Maclennan dan Simmonds, 1992. Penggunaan instrumen hidroakustik untuk tingkah laku ikan pun telah digunakan, seperti Blaxter dan Batty 1989 dengan menggunakan echo sounding untuk mendeteksi kelompok ikan herring dewasa pada perbedaan intensitas cahaya selama operasi penangkapan musim panas di Laut Utara, Baskoro 1999 mendeteksi keberadaan kelompok ikan yang tertarik dengan cahaya lampu di bagan apung dengan menggunakan echosounder dan sonar dimana ikan anchovy Stolephorus commersonii biasanya menunjukkan reaksi yang kuat terhadap sumber cahaya di bawah air, dan cenderung berada pada kolom air antara 2 sampai 5 meter dimana intensitas cahaya 10 sampai 100 lux. Pada saat intensitas dikurangi, ikan ini menunjukkan gerakan yang sangat aktif naik-turun di bawah sumber cahaya, Arakawa et al 1998 menggunakan color scanning sonar untuk mengamati pola distribusi cumi-cumi yang tertarik dengan cahaya lampu di kapal pemancingan cumi-cumi, Levenez et al 1990 menggunakan scientific echo sounder dan digital echo integrator untuk mengamati reaksi dari jenis ikan pelagis terhadap cahaya lampu. Penggunaan side scan sonar untuk melihat formasi tingkah laku bergerombol ikan sardine telah dilakukan oleh Midsun et al 2003. Perubahan kawanan ikan membutuhkan waktu rata-rata 2,08 menit untuk terpecah, sedangkan penyatuan kawanan ikan membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Selanjutnya dikatakan pula bahwa rata-rata kecepatan renang kawanan ikan sardine di Afrika Selatan adalah 0,56 – 1,89 mdetik pada kedalaman antara 20 – 48 m. Gambar 2 Jenis formasi kawanan ikan sardine di pantai False Afrika Selatan Midsun et al, 2003 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian