Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah menjadi suatu kenyataan bahwa penafsiran dan pemahaman terhadap ayat- ayat Al-Quran mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan umat. Prinsip-prinsip Al-Quran telah dijadikan pijakan untuk menjawab tuntutan perkembangan zaman yang bersifat temporal dan partikular. Berbagai penafsiran Al- Quran sepanjang sejarahnya telah mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran masyarakatnya. 1 Salah satu kegelisahan umat terkait penafsiran Al-Quran adalah adanya kesenjangan antara produk tafsir yang hadir dan dikonsumsi oleh masyarakat dengan problematika sosial yang dihadapinya. Kebutuhan masyarakat terhadap Al-Quran saat ini tidak hanya pada kandungan makna dan hukum-hukumnya saja sebagaimana yang biasa mewarnai tafsir-tafsir klasik, tetapi lebih pada penafsirannya yang realistis dan aplikatif. 2 Perkembangan zaman yang terus berubah dihadapkan dengan penafsiran teks yang monoton inilah yang melahirkan sebuah kesenjangan. Kesenjangan antara teks dengan persoalan-persoalan kemanusian dapat diartikan sebagai kegagapan atau ketidakmampuan umat Islam untuk mengaitkan ajaran-ajaran Islam dalam Al-Quran dengan isu-isu kemanusiaan. Disinilah urgensinya upaya mendialogkan ayat-ayat Al-Quran dengan realitas sosial yang dinamis. Upaya yang dilakukan tentunya membutuhkan sebuah pembaharuan dalam tafsir, karena setiap muslim harus meyakini bahwa Al-Quran bukan sekedar dibaca secara lafdziah tetapi harus selalu direnungkan kandungan maknanya sehingga Al-Quran benar-benar berfungsi sebagai ppetunjuk kehidupan. Kajian Al-Quran yang menjadi fokus utama studi ke Islaman, bisa menjadi inspirator bagi pengembangan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Indonesia. 1 Abdul Mustaqim, Epistemologi TafsirKontemporer: Yogyakarta: LKIS Salakan Baru no 1 Sewon Bantul Cet ke III 2012 hal 54. 2 Nasr Hamid Abu Zaid , al-Imam asy- Syafi‟i wa ta‟sis al-aidologiah al-wasathiyah, Cairo: Sina‟ li an-Nasyr , 1992, h. 4 Al-Quran tidak hanya berfungsi sebagai sumber ritual belaka, melainkan ia mampu dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi pedoman dan pijakan dalam merumuskan tatanan masyarakat Indonesia yang modern dan beradab. Al-Quran sebagai sumber keilmuan ke-Islam-an merupakan sesuatu yang menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam di Indonesia. Oleh sebab itu tafsir yang dikembangkan harus memiliki ciri khas pembeda dengan yang sudah ada, diantaranya adalah pengayaan perspektif serta pemuatan budaya nlokal dalam corak penafsirannya. Konteks ke Indonesiaan menjadi penting dalam kajian Islam di Indonesia karena beberapa alasan. Diantaranya pertama institusi pendidikan Islam di Indonesia baik perguruan tinggi maupun pesantren dan madrasah sangat banyak bahkan mencapai ribuan. Banyaknya jumlah institusi pendidikan Islam meniscayakan model kajian Islam yang berwawasan ke Indonesiaan sebagai salah satu pilar pembangunan peradaban Islam yang sejatinya memiliki ciri khas ke Nusantaraan yang bisa dibandingkan dengan pusat Islam yakni Timur Tengah. Kedua nuansa kajian Islam yang dikembangkan baik di pesantren, madrasah maupun perguruan tinggi masih bernuansa budaya Arab. Ketiga persoalan sosial kemasyarakatan di Indonesia juga membutuhkan kontribusi kajian keagamaan, tidak terkecuali kajian tentangtafsir Al-Quran. Dengan demikian Islam tidak saja menjadi bahan perbincangan dari sudut pandang ritual semata, melainkan bisa memberikan kontribusinya dalam bentuk perspektif dalam membantu menjawab permasalahan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan. 3 Beberapa hal yang dianggap menjadi problem dalam penafsiran adalah soal misogini stereotype perempuan dalam berbagai permasalahan seperti perceraian, karir perempuan dan keharusan menutup kepala atau berjilbab. Pembahasan masalah- masalah tersebut dalam kitab-kitab tafsir klasik sangat dianggap diskriminatif. Persepsi masyarakat tentang masalah-masalah perempuan yang dipengaruhi oleh penafsiran yang dianggap diskriminatif tersebut harus diluruskan. Anggapan laki-laki lebih utama daripada kaum perempuan yang dikenal dengan paham patriakhal, mengakibatkan peran perempuan terpinggirkan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam bidang pekerjaan. Ajaran Islam sendiri tidak sejalan dengan paham patriakhal yang tidak memberikan peluang bagi perempuan untuk berkarya di dalam ataupun di luar rumah. 3 M Nur Kholis setiawan, Pribumisasi Al-Quran Tafsir berwawasan ke Indonesiaan Penerbit Kaukaba Dipantara YOGYAKARTA Cet I Mai 2012, hal12-13 Bila terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu adalah akibat fungsi dan peran yang diemban masing-masing, yang dimaksudkan untuk mendukung misi pokok Al-Quran, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang. Penelitian ini mengetengahkan dua orang mufasir Indonesia Hamka dan Quraish shihab, keduanya telah melakukan kajian kritis yang dibingkai dalam pendekatan tafsir. Tafsir Al-Azhar karya Hamka dan Tafsir Al-Mishbah karya Quraish adalah manifestasi model tafsir yang mencoba memahami ayat-ayat Al-Quran secara tahlili dan tematik dengan corak dan pendekatan konteks sosial kemasyarakatan. 4 Tujuannya adalah membimbing dan meluruskan pemahaman keagamaan masyarakat yang dianggap melenceng dari ajaran Al-Quran. Keduanya bersemangat untuk melakukan perubahan sosial dan pembaharuaan melalui rekonstruksi pemahaman teks- teks keagamaan. keduanya ingin menghadirkan Al-Quran sebagai sumber hidayah dan petunjuk dalam memecahkan berbagai persoalan dalam konteks ke Indonesiaan. Tafsir karya Hamka dan Quraish merupakan karya tafsir yang mengisi kekurangan kajian Al-Quran tafsir yang didasari oleh kebutuhan konteks ke Indonesiaan kontemporer. Rujukan kajian tafsir yang banyak digunakan di kalangan perguruan tinggi Islam, pesantren dan lembaga pendidikan keIslaman, masih didominasi oleh karya-karya tafsir klasik dan menengah yang tidak banyak menyentuh konteks ke Indonesiaan tersebut. Penafsiran Al-Quran yang dilakukan Hamka dan Quraish ini akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini secara komprehensif, untuk melihat cara pandang dua tokoh tafsir ini terhadap isu-isu perempuan, berdasarkan semangat lokalitas ke Indonesiaan. Masalah-masalah perempuan seperti perceraian yang jumlahnya terus meningkat belakangan ini yang dampaknya berimbas pada anak-anak, hukum memakai jilbab yang menjadi masalah yang ramai diperdebatkan. Masalah lain yang tetap menarik adalah seputar hak perempuan untuk berkarir diluar rumah. Untuk itu penelitian ini mengambil judul” Perempuan Dalam Tradisi Tafsir Kntemporer Di Indonesia. Studi Comparative Pemikiran Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar Dan Quraish Dalam Tafsir al-Misbah 4 corak sosial kemasyarakatan atau adabi ijtima‟i. Adabi Ijtimai yaitu suatu corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang mengungkapkan dari segi balaghah, dan kemukjizatannya, menjelaskan makna-makna dan susunan yang dituju oleh Al-Quran mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan-tatanan masyarakat yang dikandung didalamnya. Sayyid Agil Husain al-Munawar, “I‟jaz Al- Q uran dan Metodologi Tafsir”, Semarang: Dina Utama, 1994, Cetakan ke-1, hal: 37.

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah