Denudasional Vulkanik Tahap Verifikasi Lapang

32 Sebaran Penggunaan Lahan Menurut Morfometri Bentuklahan Morfometri bentuklahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hanya dari aspek kemiringan lereng saja. Adapun hasil dari analisis morfometri didapatkan bahwa sebaran penggunaan lahan, hutan mendominasi kemiringan lereng 15-25, 25-45 dan lebih 45. Hal ini disebabkan kondisi lereng yang curam tidak banyak untuk dapat dimanfaatkan sehingga lahan dengan kemiringan lereng tersebut namun hanya cocok digunakan untuk hutan. Kebun campuran mendominasi lereng 8-15, 25-45 dan 45. Hal ini disebabkan penggunaan lahan tersebut didominasi oleh pepohonan yang jenisnya sangat variatif dan adaptif dengan kondisi lereng. Adapun lereng dengan kemiringan 0-8 lebih didominasi oleh penggunaan lahan sawah. Hal ini dikarenakan adanya ketersedian air yang cukup untuk kebutuhan tanaman padi selain sifat tanah yang subur berkat hasil proses fluvial deposisional Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007. Keterangan : Belukar Blk, Hutan Hut, Kebun Campuran KC, Lahan Terbuka Daratan LTD, Lahan Terbuka Pesisir LTP, Pemukiman Pmk, Perkebunan Pk, Sawah Swh, Tegalan Tg Gambar 31 Sebaran Penggunaan Lahan Menurut Morfometri Bentuklahan 0,00 2000,00 4000,00 6000,00 8000,00 10000,00 12000,00 14000,00 16000,00 18000,00 20000,00 0-8 8-15 15-25 25-45 45 Lu a s h a Blk Hut KC LTD LTP Pmk Pk Swh Tg 33 Berdasarkan Gambar 31 hubungan penggunaan lahan dengan kemiringan lereng sangat bervariasi. Misalnya penggunaan lahan hutan berbanding lurus dengan kemiringan lereng. Hutan meningkat dengan meningkatnya kemiringan lereng mulai dari 0-8 hingga 45, atau dengan kata lain semakin meningkat kemiringan lereng maka luasan hutan akan semakin luas. Adapun hal ini berbanding terbalik dengan sawah, dimana semakin meningkat kemiringan lereng maka penggunaan lahan sawah akan semakin sempit. Beberapa terdapat pula penggunaan lahan yang meningkat pada lereng tertentu dan kemudian mengalami penurunan. Seperti penggunaan lahan perkebunan, permukiman, dan tegalan yang meningkat pada kemiringan lereng 0-8 hingga 8-15 namun pada kemiringan lereng 15-25 hingga 45 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Analisis Hubungan antara Penggunaan Lahan dengan Bentuklahan Menggunakan Regresi Berganda Untuk melihat hubungan setiap penggunaan lahan dengan bentuklahan dalam bahasan ini akan menekankan pada aspek morfografi, morfometri, morfogenesis, dan analisis nilai R 2 yang tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan penggunaan lahan di pengaruhi oleh faktor-faktor antara morfografi, morfometri, dan morfogenesis. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan pada suatu bentuklahan tertentu. Analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan data hasil overlay antara penggunaan lahan dengan bentuklahan, lereng, serta wilayah administrasi desa. Variabel tak bebas Y yang digunakan adalah masing- masing penggunaan lahan, sedangkan variabel bebas X yang digunakan adalah morfometri dan morfogenesis yang dianggap berkaitan erat dengan penggunaan lahan tersebut. Hasil analisis regresi tersebut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Regresi Berganda antara Penggunaan Lahan dengan Bentuklahan Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, penutupanpenggunaan lahan hutan memiliki nilai beta tertinggi pada lereng 25-45 sebesar 1.37 dengan nilai R 2 mendekati 1, yaitu 0.92. Kebun campuran memiliki nilai beta tertinggi pada lereng 8-15 sebesar 1.45 dengan nilai R 2 mendekati 1, yaitu 0.90. Permukiman memiliki nilai beta tertinggi pada lereng 15-25 sebesar 0.93 dengan nilai R 2 mendekati 1, yaitu 0.91. Sawah memiliki nilai beta tertinggi pada lereng 15-25 sebesar 0.90 dengan nilai R 2 mendekati 1, yaitu 0.89. Tegalan memiliki nilai beta 0.2 0.8 0.9