mutu ikan diperlukan suatu penanganan, berupa proses pengolahan pengawetan baik bersifat tradisional maupun cara modern.
Adapun jenis ikan olahan yang diproduksi di Kota Samarinda berdasarkan tingkat teknologi :
1. Secara Tradisional curing, meliputi : Pengeringangereh, Pemindangan,
Pengasapanpemangganganpembakaran dan Fermentasi terasi dan kecap ikan
2. Secara Modern, meliputi : Pendinginan cold storage dan Pembekuan
4.4 Sosial Ekonomi Nelayan 4.4.1 Jumlah Nelayan
Kondisi sosial ekonomi nelayan di Kota Samarinda umumnya dan yang memanfaatkan PPI Selili pada khususnya. Jumlah nelayan PPI Selili lihat pada
tabel 12 berikut berdasarkan hasil survey sekunder dan institusional pada BPPPI Selili serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Samarinda.
Tabel 12 Jumlah Nelayan PPI Selili.
No Desa 2005 2006 2007 2008 2009
Nelayan Jml
Nelayan Jml
Nelayan Jml
Nelayan Jml
Nelayan Jml
Jrg ABK Jrg ABK
Jrg ABK Jrg ABK
Jrg ABK 1
102 1045 1147 117 1249 1366 123
1112 1235 122 1019 1141 122 1173 1295 2
164 1755 1919 208 2046 2254 208
1845 2053 207 1690 1897 207 1946 2153 3
184 1531 1715 215 1545 1760 224
1499 1723 223 1373 1596 223 1580 1803 4
20 158 178 34
96 130
30 125
155 30
115 145 30 132
162 5
38 175 213 92
348 440
70 250
320 69
229 298 69 264
333 6
34 161 195 31
85 116
37 122
159 37
112 149 37 129
166 Jumlah 542
4825 5367 697
5369 6066 692 4953 5645 688 4538
5226 688 5224 5912
Sumber : Laporan Tahunan PPI Selili 2008
4.4.2 Penghasilan Nelayan
Sebagai salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur tingkat hidup dan kesejahteraan nelayan adalah tingkat penghasilan yang diterima oleh
keluarga nelayan. Perkembangan penghasilan nelayan mengalami kenaikan, hal ini disebabkan harga ikan yang cukup baik terutama ikan ekonomis penting.
Perkembangan hasil nelayan disajikan pada tabel 13. Tabel 13 Perkembangan Penghasilan Nelayan
No Tipe Nelayan
Besarnya Penghasilan Kenaikan
2008 2009
1 Nelayan Maju
1.902.760 1.958.890
2,9 2 Nelayan
Tradisional 1.291.750
1.320.995 2,2
Sumber : Laporan Tahunan PPI Selili 2008
4.5 Gambaran Umum Kegiatan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Selili
Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Selili berlokasi di Kelurahan Selili, Kecamatan Samannda Ilir, Kota Samarinda merupakan satu di antara sentral
pemasaran hasil-hasil perikanan baik ikan laut maupun ikan air tawar. Sebagai sentral pemasaran hasil perikanan di Kota Samarinda, Pangkalan
Pendaratan Ikan Selilli mendapat pasokan ikan segar yang dibawa langsung oleh nelaya atau melalui pedagang pengumpul dari luar kota Samarinda bahkan dan
luar proninsi Kalimantan Timur. terutama ikan laut yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, sedangkan untak ikan air
tawar berasal dari daerah hulu sungai Mahakam seperti dari daerah Muara Kaman, Kota Bangun, Muara Muntai
Pangkalan Pendaratan Ikan Selili terletak di jalan Lumba-lumba dan dibagian belakang dilalui Sungai Mahakam, sehingga sangat strategis untuk
kegiatan Pendaratan, bongkar muat ikan, pelelangan dan sarana pendistribusian ikan kelembaga tataniaga yang lebih rendah. Kegiatan pendaratan, bongkar muat,
pelelangan dan pendistribusian ikan dilakukan pada pagi hari mulai pukul 02.00 sampai dengan pukul 07.00 Wita. Pada awal operasinya seluruh ikan yang masuk
maupun yang keluar dari Pangkalan Pendaratan Ikan Selili diangkut dengan menggunakan angkutan air, namun seiring dengan perkembangannya maka
angkutan air mulai bergeser ke angkutan darat, seperti: truk, mobil, motor, dan sepeda.
Jenis-jenis ikan yang didistribusikan sebagian besar ikan laut diantaranya : Belanak Mugil .spp., Bandeng Chanos chanos F, Tembang Sardinella
fimbriata , Layang Decapterus russelli, Tongkol Euthynnus spp, Kembung
Rastrelliger, Biji Nangka Upeneus spp., Menangin Polynemus spp., Sembilang Plotosus canius, Gulamah Scienidae sp, Serisi Nemipterus spp.,
Kakap putih Lates calcarifer Bloch, Tenggiri Scomboromorus commersoni, Lemuru Sardinella longiceps, Selangat Dorosoma chacuda, Cumi-cumi
Loligo spp, Udang Penaeaus sp, Kakap merah Lutjanus spp., Ekor kuning Caesio sp, Trakulu Caraxn spp., Kerapu Epinephelus spp., Lauro
Polynemus spp. Sedangkan untuk jenis air tawar hanya sebagian kecil saja yang dibeli dan didistribusikan diantaranya ; Gabus Canna striatus, Patin Pangasius
pangasius , Puyu Anabas testudenius, Biawan Helestoma temincki,C.V,
Toman Canna mikropeltes C.V, Ikan Mas Cyprinus carpio L., Jelawat Leptobarbus hoeveni, Lele Clarias batrachus, Lais Belodontichthys dinema
Bikr., Pipih Notopterus chitala H.B, Baung Macrones nemurus C.V, Udang Galah Macrobrachium rosenbergii,
Gambar 19 Saluran Pemasaran Hasil Perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI.
Melalui Pangkalan Pendaratan Ikan Selili ikan yang telah dibeli oleh agen dari nelayan dijual kembali ke pedagang pengecer. Hasil data lapangan diketahui
bahwa pedagang pengecer yang berjualan ikan di sekitar Pangkalan Pendaratan Ikan Selili atau yang menggunakan sepeda dan sepeda motor, menjual ikannya
langsung ke konsumen akhir sedangkan untuk pedagang pengecer yang menggunakan mobil selain memasarkan ikan langsung ke konsumen akhir, ada
sebagian yang memasarkan ikan ke pedagang ikan di pasar, baru kemudian oleh pedagang ikan di pasar, ikan dijual kembali ke konsumen.
Nelayan Agen
Pedagang Pengecer Konsumen
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Status Keberlanjutan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan
Penilaian pengelolaan pangkalan pendaratan ikan dengan menggunakan indeks keberlanjutan yang ditetapkan berdasarkan lima 5 dimensi keberlanjutan
yaitu : dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi infrastruktur dan teknologi serta dimensi hukum dan kelembagaan.
Penentuan status keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan membagi atas empat 4 kategori nilai yaitu: kategori nilai 0 – 25 tidak
berkelanjutan, nilai 25 – 50 kurang berkelanjutan, nilai 50-75 cukup berkelanjutan dan nilai 75 – 100 berkelanjutan. Berdasarkan penilaian dari lima 5 dimensi dan
enam puluh empat 64 atribut elemen didapatkan status keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan sebesar 44.50 yang termasuk dalam
kategori kurang berkelanjutan. Hasil analisis kategori status keberlanjutan dengan Multi Dimension Scaling
MDS dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel
14 Penilaian dimensi status keberlanjutan pengelolaan pangkalan
pendaratan ikan Selili Kota Samarinda Dimensi Keberlanjutan
Indeks RAP-PPI Bobot Indeks
Pembobotan
Ekologi 28.38 0.35
9.96 Ekonomi 59.55
0.28 17.13
Sosial 60.90
0.17 10.49
Teknologi 42.69 0.10
4.36 Hukum Kelembagaan
29.48 0.08
2.55 Total Indeks Gabungan
44.50
Kategori Keberlanjutan
KURANG BERKELANJUTAN
Hasil analisis status keberlanjutan masing-masing dimensi menunjukkan nilai indeks dimensi ekologi 28.38, dimensi ekonomi 59.55, dimensi sosial 60.90,
dimensi teknologi 42.69 serta dimensi hukum dan kelembagaan 29.48. Nilai indeks keberlanjutan dengan menggunakan diagram layang-layang kite diagram
dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 20 Diagram layang kite diagram indeks tingkat keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan
Hasil analisis Monte Carlo yang digunakan untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinansi keberlanjutan pengelolaan pangkalan
pendaraatan ikan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95 terhadap hasil analisis IKPPI menggunakan analisis Multi
Dimension Scaling MDS. Perbandingan hasil nilai analisis Monte Carlo dengan
analisis MDS dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Perbandingan nilai Indeks IKPPI dengan analisis Monte Carlo
Dimensi Keberlanjutan Indeks Keberlanjutan
Deviasi Nilai MDS
Nilai Monte carlo Ekologi 28.38
29.31 -0.93
Ekonomi 59.55
58.52 1.13
Sosial budaya 60.90
60.41 0.49
Infrastruktur Teknologi 42.69
43.21 -0.52
Hukum dan kelembagaan 29.48
31.26 -1.78
Hasil kajian juga menunjukkan semua atribut dan elemen yang digunakan dalam kajian keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan memiliki nilai
keakuratan yang tinggi dengan kesalahan yang kecil terhadap pelaksanaan pemberian skoring atribut karena pemahaman yang kurang sempurna, variasi
skoring karena perbedaan opini pendapat, proses input dan analisis data yang berulang-ulang. Nilai kajian dapat dipertanggunjawabkan bila nilai koofisien
determinan R2 mendekati nilai 1 serta nilai Stress lebih kecil dari 0,25
Kavanagh, 2001. Hasil perlakuan menggunakan metode RAP-PPI menunjukkan nilai Stress rata-rata 0.12 – 0.14 dan nilai koofisien determinan R2 rata rata
0.95 yang mendekati nilai 1. Nilai Stress dan koofisien determinan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil analisis Pangkalan Pendaratan Ikan pada nilai stress dan koofisien determinan
Parameter Dimensi
Ekologi Ekonomi Sosial Budaya
Infrastruktur Teknologi
Hukum Kelembagaan
Stress 0.14 0.13 0.13 0.13
0.12 R2 0.95 0.95
0.95 0.95
0.95
Untuk melihat atribut yang sensitif dan memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan dilakukan analisis Root Mean Square RMS. Dengan
analisis tersebut dapat diketahui nilai perubahan atribut terhadap sumbu ordinansi X. Dimana semakin besar nilai perubahan RMS, semakin menunjukkan
sensitifitas terhadap keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan. Hasil analisis Root Mean Square RMS disajikan berdasarkan masing-masing dimensi
yang digunakan.
5.1.1. Dimensi Ekologi
Atribut yang digunakan untuk melihat pengaruh dimensi ekologi terhadap keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan sebanyak delapan 8
elemen. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 28.38 yang termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan dapat
dilihat pada lampiran 2. Terdapat Tujuh 7 elemen yang sensitif mempengaruhi setelah dilakukan
analisis leverage yaitu : 1 kesesuaian lokasi, 2 luas lahan PPI, 3 sistem pemeliharaan, 4 ketersediaan tempat pembuangan sampah perikanan, 5
pemanfaatan limbah perikanan, 6 tingkat kualitas air, 7 ketersediaan instalasi pengolahan limbah perikanan. Hasil analisis leverage dapat dilihat pada
Gambar 21.
Gambar 21 Peran masing-masing atribut dimensi ekologi dalam bentuk nilai
Root Mean Square RMS
Beberapa atribut yang sensitif memberikan dampak yang mempengaruhi keberlanjutan seperti kesesuaian lokasi pangkalan pendaratan ikan saat ini yang
kurang layak sebagai pelabuhan perikanan terletak dikelilingi banyak perusahan–perusahan serta masyarakat umum yang mayoritas bukan nelaya
melainkan pekerja buruh bangunan, guru, PNS dan swasta. Hal ini sangat mengganggu masyarakat sekitar dari hal kebisingan dan kebauan. Hal ini
dikarenakan perkembangan kota yang semakin pesat perlunya solusi masalah tata ruang wilayah.
Dukungan lainnya adalah luas lahan Pangkalan pendaratan ikan Selili hanya 1,2 Ha,kurang sesuai, Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan 2004
mengenai kriteria teknis untuk tipe pelabuhan, pangkalan pendaratn ikan termasuk tipe D minimal memiliki lahan sekurang–kurangnya seluas 2 Ha. Karena
pangkalan pendaratan ikan tersebut berada dipermukiman penduduk sehingga perlu waktu dan membiayaan yang sangat besar untuk pembebasan lahan. Perlu
ditingkatkan sistem pemerliharan bangunan fasilitas fisik agar dapat terjaga saat ini dan akan datang. Agar dibangun tempat pembuangan sampah hasil sisa
perikanan yang terencana agar polusi udara dan kebauan dapat dikurang pencemarannya. Kurangnya penyuluahan tentang pemanfaatan limbah perikanan
yang bisa sebagai alternatif pakan ikan dan dapat meningkatan perekonomian
Leverage of Attributes
3,71 5,08
3,63 6,47
4,95 4,67
3,71 0,42
1 2
3 4
5 6
7 Sistem pemeliharaan pangkalan pendarataan ikan
Luas lahan PPI Kertersedian tempat pembuangan sampah hasil
perikanan Kesesuaian lokasi PPI
Pemanfaatan limbah perikanan di PPI Tingkat kualitas air di sekitar PPI
Ketersediaan instalasi pengolahan limbah perikanan Sarana air bersih untuk pembersihan limbah perikanan
di PPI
A tt
ri but
e
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
nelayan. Tingkat kualitas air yang buruk yang diakibatkan masih rendahnya pengetahuan nelaya terhadap lingkungan sekitar pangkalan dengan membuang
sisa limbah perikanan ke sungai juga disebabkan industrialisasi yang berada disekitar pangkalan pendaratan ikan. Ketersediaan instalasi pengolahan limbah
perikanan yang belum tersedia saat ini untuk dipersiapkan agar dikemudian jika telah dibangun maka akan sangat memiliki nilai berharga dimana tidak boleh
langsung membuang limbah produk olahan langsung ke sungai yang dapat mencemari lingkungan. Pencemaran disebabkan kerusakan ekologis sungai seperti
kematian habitat ikan serta gangguan kesehatan bagi masyarakat yang memanfaatkan sungai dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
5.1.2. Dimensi Ekonomi
Dimensi ekonomi menggunakan enam belas 16 atribut elemen untuk menduga pengaruh keberlanjutan terhadap pengelolaan pangkalan pendaratan ikan
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar 59.55 yang termasuk kategori cukup berkelanjutan dapat dilihat pada
Lampiran 2. Untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan menggunakan analisis leverage Hasil
analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi dalam bentuk nilai Root Mean Square
RMS
Leverage of Attributes
1,55 1,52
1,47 1,42
1,41 1,44
2,53 1,60
3,80 1,38
2,67 2,61
2,43 2,14
1,79 0,64
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
Kontribusi PPI Terhadap PAD sektor perikanan Penghasilan nelayan terhadap UMR Provinsi Kaltim
penghasilan nelayan ikan terhadap total pendapatan Transfer keuntungnan
Perubahan nilai APBD bidang perikanan 5 tahun terakhir Kelayakan finansial PPI
Jumlah komoditas perikanan di Samarinda Pasar bagi komoditas perikanan yang berasal dari PPI
Pasar komoditas perikanan dari PPI Keberadaan bantuansussidi pemerintah daerah di PPI
Jumlah tenaga kerja di PPI Jumlah komoditas unggulan di PPI
Tingkat ekonomi masyarakat terhadap PPI Tingkat ketergantungan konsumen terhadap PPI
Jarak lokasi PPI dengan pemukiman penduduk Kondisi prasarana jalan menuju lokasi PPI
A ttr
ib u
te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Berdasarkan analisis menunjukkan ada enam 6 yaitu : 1 pasar komoditas perikanan, 2 jumlah komoditas perikanan, 3 jumlah tenaga kerja,
4 jumlah komoditas unggulan, 5 tingkat ekonomi masyarakat terhadap PPI, 6 tingkat ketergantung konsumen terhadap PPI.
Dalam pasar komoditas pangkalaan pendaratan ikan sudah sesuai kriteria teknis untuk tipe pelabuhan, pangkalan pendaratn ikan termasuk tipe D DKP
2004 yang bersifat pemasaran lokal. Jumlah komoditas perikanan yang didaratkan cukup banyak jenisnya dan perlu ditambah jenis ikan yang didaratkan
agar menambah nilai ekonomi pangkalan. Berjalannya aktifitas pangkalan sangat dipengaruhi jumlah tenaga kerja yang sudah sesuai standar pangkalan pendaratn
ikan. Saat ini sudah cukup baik dalam mendaratkan komoditas unggulan serta perlunya menambah komoditas unggulan yang didaratkan agar dapat
meningkatkan pendapatan nilai ekonomi pengelolaan pangkalan. Keberadaan pangkalan pendaratn ikan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi masyarakat setempat dengan cara melakukan pembelian yang murah dan dapat keuntungan dari pejualan di luar pangkalan pendaratan ikan pedagang
pengecer. Hal yang tidak kalah penting tingkat konsumsi ikan masyarakat Kota Samarinda yang tinggi makan ikan berarti tingkat ketergantungan konsumen
tinggi dengan keberadaan pangkalan pendaratan ikan.
5.1.3. Dimensi Sosial Budaya
Dimensi sosial budaya menggunakan sembilan 9 atributelemen untuk menduga pengaruh keberlanjutan terhadap pengelolaan pangkalan pendaratan
ikan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai keberlanjutan dimensi sosial budaya sebesar 60.90 termasuk kategori cukup berkelanjutan dapat dilihat pada
Lampiran 2. Untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh sensitif
terhadap nilai indeks keberlanjutan menggunakan analisis leverage. Berdasarkan analisis menunjukkan ada lima 5 yaitu : 1 Tingkat penyerapan tenaga kerja 2
Frekuensi terjadinya konflik sosial budaya terhadap keberadaan PPI, 3 Tingkat pendidikan pelaku ekonomi dalam kegiatan di PPI 4 Kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam kegiatan perikanan oleh PPI Dinas DKP Kota Samarinda, 5
Frekuensi pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan terkait perikanan. Hasil analisis leverage
dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 Peran masing-masing atribut dimensi sosial budaya dalam bentuk nilai Root Mean Square RMS
Tingkat penyerapan tenaga kerja dalam kegiatan perikanan saat ini tinggi
dan sudah maksimal dengan terbukti 34 agen dan 550 pedagang pengecer belum termasuk buruh . Sesuai kriteria SK Menteri DKP 2003 menyatakan bahwa
jumlah tenaga yang berkerja di pangkalan pendaratan ikan kurang lebih 500 orang, perlunya melibatkan tenaga kerja masyarakat sekitar pangkalan pendaratan
ikan. Sangat jarang terjadi konflik antara pengelola pangkalan dengan penduduk sekitar karena perekonomi penduduk sekitar menjadi meningkat
perekonomiannya. Sedang pendidik pelaku ekonomi dalam kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan masih rendah hanya saampai SMA perlu peningkatan
sumberdaya manusianya dimasa yang akan datang. Pentingnya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam kegaiatan perikanan di pangkalan pendaratan
ikan masih kurang. Oleh karean itu diperlukan penyuluhan terhadap masyarakat ditumbuhkan dan dikembangkan terhadap pangkalan pendaratan ikan yang akan
mampu meningkatkan peran serta masyarakat untuk memaksimalkan nilai produk perikanan serta meningkatkan tarap hidup. Saat ini frekuensi penyuluhan dan
pelatihan terkait perikanan sudah berjalan dengan baik dengan bukti begitu banyak masyarakat menjadi pelaku usaha dibidang perikanan baik skala kecil
maupun besar.
Leverage of Attributes
0,32 0,84
4,33 5,01
3,16 3,19
3,35 2,76
2,27
1 2
3 4
5 6
Jumlah masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan perikanan di PPI
Peran serta masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan perikanan di PPI
Frekuensi terjadinya konflik sosial budaya terhadap keberadaan PPI Tingkat peyerapan tenaga kerja dalam kegiatan PPI
Tingkat pendidikan pelaku ekonomi dalam kegiatan perikanan PPI Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan perikanan oleh
PPI Dinas DKP Kota Samarinda Frekuensi pelaksanaan penyuluh dan pelatihan terkait perikanan
Frekuensi kegiatan gotong royong masyarakat di sekitar kawasan PPI
Jarak pemukiman ke kawasan PPI
A ttr
ib u
te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
5.1.4. Dimensi Infrastruktur dan Teknologi
Dimensi infrastruktur dan teknologi menggunakan enam belas 16 atribut elemen untuk menduga pengaruh keberlanjutan terhadap pengelolaan pangkalan
pendaratan ikan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai keberlanjutan infrastruktur dan teknologi sebesar 42.69 termasuk dalam kategori kurang
berkelanjutan dapat dilihat pada Lampiran 2. Untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh sensitif
terhadap nilai indeks keberlanjutan menggunakan analisis leverage. Berdasarkan analisis menunjukkan ada lima 5 yaitu : 1 Akses terhadap perkembangan
IPTEK 2 teknologi pengolahan limbah, 3 Teknologi informasi harga komoditas perikanan 4 fasilitas fisik, 5 monitoring lingkungan. Hasil analisis
leverage dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24 Peran masing-masing atribut dimensi infrastruktur dan teknologi dalam bentuk nilai Root Mean Square RMS
Perlunya dibangunan akses terhadap perkembangan IPTEK agar pangkalan pendaratan ikan menjadi tempat ilmu pendidikan dan pengetahuan
dibidang perikanan. Dan perlunya pembangun teknologi pengolahan limbah sisa perikanan agar diolah menjadi pakan ikan dan dapat meningkatkan nilai ekonomi
pangkalan pendaratan ikan dimasa yang akan datang. Serta perlu dibuat jaringan teknologi informasi harga komoditas perikanan agar memudahkan akses tentang
perikanan dimasa akan datang.
Leverage of Attributes
1,02 0,99
1,09 1,96
1,12 1,08
1,00 0,92
2,61 2,57
0,62 2,23
1,95 0,12
0,11 0,37
0,5 1
1,5 2
2,5 3
Ketersediaan basis data terkait kegiatadi PPI Tempat pengawasan kesehatan ikan di PPI
Ketersediaan air bersih untuk kegiatan perikanan di PPI Monitoring lingkungan di PPI
Jalan penghubung antara konsumen dengan lokasi PPI Pos keamanan dan pelayanan informasi di PPI
Teknologi dalam pengolahan komoditas perikanan di PPI Keberadaan drainase di PPI
Akses terhadap perkembangan IPTEK Teknologi pengolahan limbahsisa perikanan di PPI
Ketersediaan industri pendukung kegiatan di PPI Teknologi informasi harga komoditas perikanan di PPI
Fasilitas fisik di PPI Penerapan sertifikasi produk perikanan
Ketersediaan energi listrik Infrastruktur pemasaran produk perikanan
A ttr
ib u
te
Root M ean Square Change in Ordination whe n Selected Attribute Remove d on Sustainability scale 0 to 100
Penyediaan fasilitas fisik merupakan faktor utama pendukung yang harus tersedia dan terus dikembangkan untuk pengelolaan pangkalan pendaratan ikan.
Karena bangunan saat ini banyak yang mengalami kerusakan dan perlu pembagunan yang baru. Dalam hal monitoring lingkungan saat ini sudah tersedia
dan perlu di tingkatkan frekuensinya agar perubahan lingkungan dipangkalan pendaratn ikan selalu terpantau dan terdata.
5.1.5. Dimensi Hukum dan Kelembagaan
Dimensi infrastruktur dan teknologi menggunakan lima belas 15 atribut elemen untuk menduga pengaruh keberlanjutan terhadap pengembangan kawasan
agropolitan Perpat. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai keberlanjutan infrastruktur dan teknologi sebesar 29.48 yang termasuk dalam kategori kurang
berkelanjutan dapat dilihat pada Lampiran 2. Untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh sensitif
terhadap nilai indeks keberlanjutan menggunakan analisis leverage. Berdasarkan analisis menunjukkan ada lima 5 yaitu : 1 mekanisme kerjasama lintas sektoral
dalam pengembangan PPI 2 dukungan pemerintah terhadap pengembangan PPI 3 sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah 4 dukungan kebijakan daerah
Provinsi dan KabKota, 5 kearifan lokal. Hasil analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Peran masing-masing atribut dimensi hukum dan kelembagan dalam bentuk nilai Root Mean Square RMS
Leverage of Attributes
2,01 0,23
3,16 1,61
5,47 3,58
3,65 3,65
2,87 2,91
2,92 2,90
2,86 2,76
2,51
1 2
3 4
5 6
Ketersediaan peraturan perikanan secara formal di PPI Ketersediaan perangkat hukum adatagam di PPI
Dukungan pemerintah terhadap pengembangan di PPI Perjanjian kerjasama PPI dengan daerah terkait
Mekanisme kerjasama lintas sektoral dalam pengembang PPI Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah
Dukungan kebijakan daerah provinsi dan kabupatenKota Kearifan lokal
Ketersediaan lembaga sosial Lembaga keuangan mikro Bankkredit
Lembaga penyuluhan pendidikan dan pelatihanaquabisnis Keberadaan kelompok usaha perikanan disekitar PPI
Kerjasama antara kelompok nelayanpembudidaya ikan Kerjasama atau kemitraan dengan lembaga non pemerintah
Keberadaan badan pengawas mutustandarisasi produk
At tr
ib u
te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Mekanisme kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan pangkalan pendaratan ikan aksesnya lebih mudah dan perlu ditingkatkan. Dalam dukungan
pemerintah terhadap pengembangan di pangkalan pendaratan ikan masalah anggaran lima tahun tidak adanya perubahan maka perlu kebijakan pemerintah
untuk peningkatan anggaran dalam menunjang perkembangan pangkalan pendaratan ikan dimasa akan datang. Belum terjadi sinkronisasi program secara
vertikal dari pemerintah hingga pemerintah daerah. Beban pembiayaan sebagian besar menjadi tanggung jawab pemerintah sementara kontribusi pemerintah
daerah sangat terbatas, sedangkan pangkalan pendaratan ikan yang dibangun sangat banyak sehingga tidak optimal dalam pengelolaan pangkalan pendaratn
ikan dan dukungan kebijakan daerah Provinsi dan KabKota yang masih mementingan pertumbuhan daerah masing-masing dan perlunya duduk bersama
untuk membahas kepenting bersama untuk menyatukan satu tujuan untuk peningkatan. Kebijakan Provinsi dan KabKota kurang berjalan baik dikarenakan
kebijakan yang ditetapkan bersifat sektoral sehingga kurang sesuai dengan karakteristik spesifikasi wilayah. Hal ini karena kebijaka yang diterapkan top
down dan kurang memperhatikan aspirasi di wilayah yang menjadi sasaran pembangunan. Bersifat sektoral sehingga tidak terjadi keterpaduan pembangunan
baik tahap perencanan, maupun pelaksanaan dan evaluasi. Karena kawasan pangkalan pendaratn ikan terletak dilokasi penduduk
yang mayoritasnya bukan nelayan melainkan pekerja seperti pegawai negeri sipil, guru, buruh bangunan dan karyawan perusahan serta berbagai suku yang ada
menjadikan kearifan lokal telah banyak ditinggal oleh masyarakat setempat.
5.2. Analisis Prospektif Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan
Untuk melihat kemungkinan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan maka diperlukan skenario perecanaan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dengan menggunakan analisis prospektif. Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis ini menggunakan gabungan faktor kunci yang sensitif dan
berpengaruh terhadap masing-masing dimensi pada kinerja status keberlanjutan. Dari lima 5 dimensi yang mempengaruhi status keberlanjutan dengan enam
puluh empat 64 elemenatribut yang digunakan maka didapatkan dua puluh
delapan 28 atribut elemen faktor yang digunakan pada analisis prospektif dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Faktor–faktor kunci yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan.
Dimensi No Faktor-faktor
sensitif
Ekologi 1
Instalasi pengolahan limbah perikanan 2
Kualitas air disekitar PPI 3 Pemanfaatan
limbah perikanan
4 Kesesuaian lokasi
PPI 5
Ketersediaan tempat pembuangan sampah 6
Luas lahan PPI Sistem pemeliharaan
7
Ekonomi 1
Pasar komoditas perikanan di PPI 2
Jumlah komoditas perikanan di PPI 3
Jumlah tenaga kerja di PPI 4
Komoditas unggulan di PPI 5
Tingkat ekonomi masyarakat terhadap PPI Tingkat ketergantunagan konsumen di PPI
6
Sosial Budaya 1
Tingkat penyerapan tenaga kerja 2
Kegiataan pemberdayaan masyarakat PPI 3
Frekuensi konflik sosbud keberadaan di PPI 4
Tingkat pendidik pelaku ekonomi di PPI Frekuensi penyuluhan dan pelatihan di PPI
5 Infrastruktur
Teknologi 1
Fasilitas fisik di PPI 2
Teknologi pengolahan limbah perikanan 3
Monitoring lingkungan di PPI 4
Akses terhadap perkembangan IPTEK 5
Teknologi informasi harga komoditas ikan Hukum
Kelembagaan 1
Dukungan kebijakan Provinsi dan KabKota 2
Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah 3
Mekanisme kerjasama lintas sektoral di PPI Dukungan pemerintah dlm pengembanganPP
4 5
Kearifan lokal
Berdasarkan hasil analisis prospektif tingkat kepentingan antar faktor didapatkan enam 6 faktor elemen atribut yang mempunyai pengaruh kuat dan
tingkat ketergantungan rendah untuk peningkatan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan Selili Kota Samarinda yaitu:
1 Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah 2 Dukungan kebijakan Provinsi dan KabKota
3 Luas lahan 4 Fasilitas fisik
5 Pemanfaatan limbah perikanan dan 6 Teknologi pengolahan limbah
Keenam 6 faktor tersebut yang sebaiknya dikembangkan menjadi prioritas pengembangan dan pembangunan untuk meningkatkan keberlanjutan
pengelolaan pangkalan pendaratan ikan dari dua puluh delapan 28 faktor yang dilakukan analisis. Adapun hasil analisis Prospektif dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 26 Analisis kepentingan antar faktor yang sensitif pada perencanaan
pengelolaan keberlanjutan Pangkalan Pendaratan Ikan
Dukungan kebijakan daerah Prov dan Kab Kota
Pasar komoditas perikanan Tingkat kualitas air
Teknologi pengolahan limbah Pemanfaatan limbah
perikanan
Kesesuaian lokasi Ketersediaan tempat
pembuangan sampah hasil perikanan
Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah
Jumlah tenaga kerja
Jumlah komoditas perikanan Kegiatan pemberdayaan
masyarakat di PPI Fasilitas fisik
Tingkat ekonomi masyarakat terhadap PPI
Monitoring lingkungan Luas lahan
Jumlah komoditas unggulan Tingkat ketergantungan
konsumen terhadap PPI Tingkat pendidikan pelaku
ekonomi dalam PPI Frekuensi terjadinya konflik
sosial budaya Frekuensi penyuluhan
dan pelatihan di PPI Akses perkembangan IPTEK
Dukungan pemerintah terhadap perkembangan PPI
Sistem pemeliharaan Tingkat penyerapan tenaga
kerja Kearifan lokal
- 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
- 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
Pengaruh
Ketergantungan Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
pada Sistem yang Dikaji
5.3. Skenario Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan