Jenis dan Sumber Data Teknik Penentuan Responden Kependudukan dan Sosial Ekonomi .1 Jumlah Penduduk

Penetapan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbangan: 1. Pangkalan pendaratan ikan yang diharapkan memberikan kontribusi terhadap dinamika ekonomi daerah. 2. Lokasi pangkalan pendaratan ikan yang dekat dengan permukiman penduduk yang perkerjaannya bukan sebagai nelayan. 3. Luas lahan pangkalan pendaratan ikan yang masih terlalu minim. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama ± 5 bulan, dalam periode bulan Januari 2010 – Mei 2010 .

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk keperluan penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data sekunder bersumber dari dinas, instansi, lembaga berbagai laporan, dokumen, hasil studi terdahulu, dan lain-lain yang terkait dengan bidang penelitian. Data primer dipengumpulan dalam analisis keberlanjutan pengelolan pangkalan pendaratan ikan di Kota Samarinda dilakukan melalui wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik penelitian ini.

3.3 Teknik Penentuan Responden

Teknik penentuan responden dalam rangka menggali informasi dan pengetahuannya ditentukandipilih secara sengaja purposive sampling. Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah responden yang akan diambil yaitu responden yang dapat dianggap mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti dibagi 2 golongan : 1. Responden dari pihak terkait Stakeholder secara sengaja purposive sampling . Seperti Nelayan, Agen besar punggawa dan kecil pedagang pengecer dan Masyarakat lokal sekitar Pangkalan pendaratan ikan. 2. Responden dari kalangan pakar yang terpilih. Responden yang dipilih memiliki kepakaran sesuai dengan bidang yang dikaji Seperti: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Samarinda, Universitas Negeri Mulawarman, BAPEDA Kota Samarinda, BAPEDALDA Kota Samarinda. Beberapa aspek pertimbangan dalam menentukan pakar menggunakan kriteria : 1. Memiliki pengalaman yang kompeten sesuai bidang kajian. 2. Memiliki reputasi, kedudukanjabatan dan kompetensi sesuai bidang kajian. 3. Memiliki kredibilitas yang tinggi dan bersedia atau tinggal di lokasi kajian.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kondisi keberlanjutan menggunakan multi dimensional scaling dan analisis prospektif untuk menentukan faktor kunci dan skenario pengelolaan pengembangan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan.

3.4.1 Analisis Keberlanjutan

Perumusan kebijakan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan memerlukan data dan informasi tentang kinerja pengelolaan pangkalan pendaratan ikan yang ada saat ini. Kinerja pengelolaan tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks keberlanjutan IKPPI. Analisis keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan penentuan atribut pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan yang mencakup lima dimensi dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, infrastruktur dan teknologi serta hukum dan kelembagaan, tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, analisis ordinasi yang berbasis metode “multidimensional scaling” MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan existing condition yang dikaji baik secara umum maupun pada setiap dimensi Fauzi dan Anna, 2002. Secara lengkap tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS Keberlanjutan pembangunan di suatu wilayah atau daerah dapat diketahui dari indikator pembangunan berkelanjutan yang mencakup berbagai aspek. Pada penelitian indikator yang digunakan mencakup lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Konsep pembangunan berkelanjutan didekati dari tiga dimensi yaitu ekologi, ekonomi dan sosial-budaya Munasinghe, 1993, namun dalam penelitian ini aspek infrastruktur dan teknologi serta hukum dan kelembagaan diangkat sebagai dimensi dalam pengelolaan pangkalan pendaratan ikan. Dimensi teknologi digunakan karena pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berbasis pengelolaan yang pada umumnya masih dengan cara-cara tradisional. Pangkalan pendaratan ikan memerlukan penerapan teknologi untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan. Dimensi hukum dan kelembagaan digunakan karena masyarakat pada pengelolaan pangkalan pendaratan ikan pada umumnya memerlukan regulasi dan penegakan hukum yang dapat dijadikan acuan norma dalam MULAI Penentuan Atribut meliputi berbagai kategori Kondisi Pengelolaan pangkalan pendaratan ikan S I i Skoring Pangkalan Pendaratan Ikan Mengkonstruksi Angka Good, bad dan anchor Multidimensial Scalling Ordination untuk setiap atribut Stimulasi Monte Carlo Analisis ketidakpastian Leveraging Factor Analisis anomaly Analisis Keberlanjutan pengembangan pengelolaan pangkalan khususnya terkait dengan keragaman budaya dan perilaku masyarakatnya. Hal ini pula berkaitan dengan kelembagaan yang telah mendominasi perkembangan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi. Kelima dimensi tersebut secara simultan akan mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan. Masing-masing dimensi tersebut memiliki atribut dan kriteria tersendiri yang mencerminkan pengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang bersangkutan. Berbagai atribut serta kriteria yang digunakan ditentukan berdasarkan preferensi para pakar dan stakeholder. Metode MDS dapat memotret tingkat keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan pada saat ini existing condition yang dilihat dari semua dimensi pembangunan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungananalisis ataupun data sekunder yang tersedia maka setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor ini menunjukkan nilai yang buruk di satu ujung dan nilai baik di ujung yang lain Alder et al, 2000. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan. Sebaliknya, nilai baik mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Di antara dua ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat Susilo, 2003. Atribut-atribut yang digunakan untuk menilai keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan pada setiap dimensi adalah sebagai berikut: Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi ekologi antara lain: Sistem pemeliharaan pangkalan pendaratan ikan, Tingkat pemanfaatan lahan pangkalan pendaratan ikan, Ketersediaan tempat pembuangan sampah hasil perikanan, Kesesuaian lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan, Pemanfaatan limbah perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Tingkat kualitas air disekitar pangkalan pendaratan ikan, Ketersediaan instalasi pengolahan limbah perikanan, dan Sarana air bersih untuk pembersihan limbah perikanan di pangkalan pendaratan ikan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi ekonomi antara lain: Kontribusi pangkalan pendaratan ikan terhadap pendapatan asli daerah PAD, Rataan penghasilan nelayanpembudidaya ikan relatif terhadap UMR Provinsi Kaltim, Rataan penghasilan nelayanpembudidaya ikan relatif terhadap total pendapatan, Transfer keuntungan yang menikmati keuntungan dari usaha terkait, Perubahan nilai APBD bidang perikanan 5 tahun terakhir, Kelayakan finansial pangkalan pendaratan ikan, Jumlah pasar bagi komoditas perikanan di dalam kawasan Kota Samarinda, Pasar bagi komoditas perikanan yang berasal dari pangkalan pendaratan ikan, Pasar komoditas perikanan dari pangkalan pendaratan ikan, Keberadaan bantuansubsidi pemerintah daerah di pangkalan pendaratan ikan, Jumlah tenaga kerja di pangkalaan pendaratan ikan, Jumlah jenis komoditas yang menjadi unggulan di kawasan kota Samarinda, Tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar terhadap keberadaan pangkalaan pendaratan ikan, Tingkat ketergantungan konsumen terhadap keberadaan pangkalan pendaratan ikan, Rata-rata jarak lokasi pangkalan pendaratan ikan dengan pemukiman penduduk dan Kondisi prasaran jalan menuju lokasi pangkalan pendaratan ikan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi sosial budaya antara lain: Jumlah masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Peran serta masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Frekuensi terjadinya konflik sosial budaya terhadap keberadaan pangkalan pendaratan ikan, Tingkat penyerapan tenaga kerja dalam kegiatan pangkalan pendaratan ikan, Tingkat pendidikan pelaku ekonomi dalam kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan perikanan oleh pangkalan pendaratan ikan Dinas DKP Kota Samarinda, Frekuensi pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan terkait perikanan, dan Frekuensi kegiatan gotong royong masyarakat di sekitar kawasan pangkalan pendaratan ikan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi infrastruktur dan teknologi antara lain: Ketersediaan basis data terkait kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Tempat pengawasan kesehatan ikan di pangkalan pendaratan ikan, Ketersediaan air bersih untuk kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Monitoring lingkungan di pangkalan pendaratan ikan, Jalan penghubung antar konsumen dengan lokasi pangkalan pendaratan ikan, Tempat pos keamanan dan pelayanan informasi di pangkalan pendaratan ikan, Penggunaan teknologi dalam pengolahan komoditas perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Keberadaan drainase di pangkalan pendaratan ikan, Akses terhadap perkembangan IPTEK, Teknologi pengolahan limbahsisa perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Ketersediaan industri pendukung kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Teknologi informasi harga komoditas perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Fasilitas fisik, Penerapan sertifikasi produk perikanan, dan Ketersediaan energi listrik.Infrastruktur pemasaran produk perikanan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi Hukum dan kelembagaan antara lain: Ketersediaan peraturan terkait perikanan secara formal di pangkalaan pendaratan ikan, Ketersediaan perangkat hukum adatagama penunjang kegiatan perikanan di pangkalan pendaratan ikan, Dukungan pemerintah terhadap penggembangan kawasan di pangkalan pendaratan ikan 5 tahun terakhir, Perjanjian kerjasama pangkalan pendaratan ikan dengan daerah, Mekanisme kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan pangkalaan pendaratan ikan, Sinkronisasi kebijakan dari pusat dan daerah, Dukungan kebijakan dari pemerintah daerah Provinsi dan KabupatenKota, Kearifan lokal, Ketersediaan lembaga sosial, Lembaga keuangan mikro bankkredit, Lembaga penyuluhan pendidikan dan pelatihan perikananaqua bisnis, Keberadaan kelompok usaha perikanan di sekitar kawasan pangkalan pendaratan ikan, Kerjasama antar kelompok nelayanpembudidaya ikan, Kerjasama atau kemitraan dengan lembaga non pemerintah, dan Keberadaan badan pengawas mutustandarisasi produk. Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pangkalan pendaratan ikan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Kategori status keberlanjutan pangkalan pendaratan ikan Nilai Indeks Kategori 0-25 26-50 51-74 75-100 Buruk Kurang Cukup Baik Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50 50, maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable dan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50 50. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti pada Gambar 6 . Gambar 5 Skala ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan Untuk selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi Alder et al., 2000. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapfish adalah suatu metode multi disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan perikanan berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Buruk Baik 50 100 Dalam analisis Rapfish setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Ordinasi Rapfish dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, etika, sosial, dan teknologi. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap aspek yang dilaporkan dalam bentuk skala 0 sampai 100. Manfaat dari teknik Rapfish ini adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap perikanan dalam ekosistem laut dan dapat menduga hubungannya dengan FAO Code of Conduct Alder et al., 2000. Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan Multi Dimensional Scaling MDS. Prosedur analisis Rapfish dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Analisis terhadap data pengelolaan pangkalan pendaratan ikan melalui data statistik, studi literatur, dan pengamatan di lapangan. 2. Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur. 3. Melakukan analisis MDS dengan software SPSS untuk menentukan ordinasi dan nilai stress melalui ALSCAL Algoritma. Teknik ordinasi penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada jarak Euclidian yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut: ... 2 2 1 2 2 1 2 2 1 + − + − + − = z z y y x x d Konfigurasi atau ordinasi dari suatu objek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian d ij dari titik i ke titik j dengan titik asal δ ij sebagaimana persamaan berikut: ε βδ α + + = ij ij d Metode ALSCAL mengoptimasi jarak kuadrat squared distance=d ij terhadap kuadrat titik asai-O ijk , yang dalam tiga dimensi i, j, k ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut: ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − = m k j ijk i j ijk ijk i o o d m S 1 4 2 2 2 1 Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot, atau ditulis: ∑ = − = r a ja ia ka ijk x x w o 1 2 2 4. Melakukan rotasi untuk menentukan posisi perikanan pada ordinasi bad dan good dengan Excell dan Visual Basic. Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S. Nilai Stress yang rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan bad fit. Di dalam Rapfish, model yang baik ditunjukkan jika nilai stress lebih kecil dari 0.25 S 0.25. 5. Melakukan sensitivity analysis dan Monte Carlo Analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian. Tahap proses ordinasi menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh 2001. Perangkat lunak Rapfish merupakan pengembangan MDS yang ada di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebalikan posisi fliping, dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. Melalui MDS, posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrem buruk diberi nilai skor 0 dan titik ekstrem baik diberi skor nilai 100. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada di antara dua titik ekstrem tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan IKPPI yang dilakukan pada saat ini. Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang- layang kite diagram Gambar 6. G a p m a p s p n C C 2 Gambar 6 I p Pada atribut apa y penelitian. P mean square Alder et al. atribut terte pembentuka sensitif atrib pendaratan i Untu nilai ordinas Carlo. Men Carlo juga 1. Pengaru pemaha pemaha 2. Pengaru peneliti Ilustrasi ind pendaratan i a tahap sela yang paling Pengaruh da e RMS or ., 2000, Sem entu maka an nilai IKPP but tersebut ikan di lokas uk mengeval si pengelola nurut Kavan berguna untu uh kesalaha aman kondis aman terhada uh variasi pe yang berbed deks keberla ikan. anjutnya, di sensitif mem ari setiap a rdinasi, khus makin besar semakin b PI pada skala dalam men si studi. luasi pengar an pangkala nagh 2001 uk mempela an pembua si lokasi pen ap atribut ata emberian sk da; anjutan setia ilakukan an mberikan ko tribut diliha susnya pada r nilai perub besar pula a sustainabil entukan keb ruh galat er an pendarata dan Fauzi ajari: atan skor nelitian yang au cara pemb kor akibat pe ap dimensi nalisis sensi ontribusi ter at dalam be sumbu-X at bahan RMS peranan at itas, atau den berlanjutan p rror acak p an ikan digu dan Anna atribut ya g belum sem buatan skor a erbedaan op pengelolan itivitas untu rhadap IKPP entuk peruba au skala sus akibat hilan tribut terseb ngan kata la pengelolaan pada proses unakan anali 2002 analis ang disebab mpurna atau atribut, ini atau pen 42 pangkalan uk melihat PI di lokasi ahan root tainabilitas gnya suatu but dalam ain semakin pangkalan pendugaan sis Monte sis Monte bkan oleh u kesalahan nilaian oleh 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data 5. Tingginya nilai stress hasil analisis keberlanjutan, nilai stress dapat diterima jika 25.

3.4.2 Analisis Prospektif

Untuk merumuskan kebijakan pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan digunakan analisis prospektif. Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang tentang pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dari para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan pangkalan pendaratan ikan Selili Kota Samarinda. Hasil analisis prospektif adalah faktor-faktor kunci yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pengelolaan pangkalan yang telah disepakati bersama stakeholder di masa mendatang. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan dari pengelolaan pangkalan pendaratan ikan berkelanjutan. Penentuan faktor kunci dan arah kebijakan tersebut penting dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli dalam bidang pengelolaan pangkalan pendaratan ikan dan pembangunan berkelanjutan. Pendapat tersebut diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi. Tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah: 1. Menentukan faktor kunci untuk masa depan dari yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting, menganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks, dan menggambakkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalam 4 kuadran utama Gambar 7. Gambar 7 Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Godet, 1999. Analisis prospektif dilakukan dalam rangka menghasilkan skenario pengelolan pangkalan pendaratan ikan secara berkelanjutan di Kota Samarinda untuk masa yang akan datang dengan menentukan faktor dominan yang berpengaruh terhadap kinerja. Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan pedoman penilaian analisis prospektif seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pedoman penilaian prospektif dalam pengelolan pangkalan pendaratan ikan Skor Keterangan Skor Keterangan Tidak ada pengaruh 2 Berpengaruh sedang 1 Berpengaruh kecil 3 Berpengaruh sangat kuat Adapun pedoman pengisian pengaruh langsung antar faktor berdasarkan pedoman penilaian dalam analisis prospektif adalah sebagai berikut: a. Dilihat dahulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya beri nilai 0. b. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya beri nilai 3. Faktor Penentu INPUT Faktor Penghubung STAKE Faktor Bebas UNUSED Faktor Terikat OUTPUT Pengaruh Ketergantungan c. Jika tidak, baru dilihat apakah berpengaruh kecil = 1, dan berpengaruh sedang = 2. Pengaruh antar faktor, selanjutnya disusun dengan menggunakan matriks seperti Tabel 4 berikut ini. Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, yang dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif dengan menggunakan matriks pengaruh langsung antar faktor dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Skor pengisian adalah: skor 0 apabila tidak ada pengaruh, skor 3 apabila pengaruhnya sangat kuat, skor 1 apabila pengaruhnya kecil, dan skor 2 apabila pengaruhnya sedang. Tabel 4 Pengaruh langsung antar faktor dalam pengelolaan pangkalan pendaratan ikan Dari Terhadap A B C D E F G A B C D E F G Keterangan : A-I = Faktor penting dalam system 2. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama 3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. 4. Menentukan keadaan state suatu faktor. Ketentuan-ketentuan yang harus diikuti pada tahap ini adalah: a keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi bukan khayalan dalam suatu waktu di masa datang, b keadaan bukan merupakan suatu tingkatan atau ukuran suatu faktor tetapi mempakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor, c setiap keadaan harus diidentifikasikan dengan jelas, d bila keadaan dalam suatu faktor lebih dari satu maka keadaan-keadaan tersebut harus dibuat secara kontras, dan e mengidentifikasi keadaan yang peluangnya sangat kecil untuk terjadi atau berjalan bersamaan mutual compatible. 5. Membangun skenario yang mungkin terjadi. Langkah-Iangkah dalam membangun skenario terhadap tahapan faktor-faktor yang mungkin terjadi adalah: a skenario yang memiliki peluang besar untuk terjadi di masa datang disusun terlebih dahulu, b skenario merupakan kombinasi dari faktor-faktor. Oleh sebab itu, sebuah skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu tahapan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang mutual incompatible, c setiap skenario mulai dari alternatif paling optimis sampai alternatif paling pesimis diberi nama, dan d memilih skenario yang paling mungkin terjadi. 6. Implikasi skenario. Merupakan kegiatan terakhir dalam analisis prospektif yang meliputi: a skenario yang terpilih pada tahap sebelumnya dibahas kontribusinya terhadap tujuan studi, b skenario tersebut didiskusikan implikasinya, dan c tahap selanjutnya menyusun rekomendasi kebijakan dari implikasi yang sudah disusun Hardjomidjojo, 2004. Pembahasan tentang implementasi skenario pengelolaan pangkalan pendaratan ikan dilakukan dengan melibatkan semua stakehoider secara partisipatif. Wakil stakeholder dipilih secara sengaja purposive sampling. Dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih pakar untuk dijadikan responden adalah: 1 mempunyai pengalaman yang memadai sesuai dengan bidangnya, 2 mempunyai reputasi, kedudukanjabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder yang konsisten atau ahli pada bidang yang diteliti dan 3 kesediaan untuk menjadi responden.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1

Kondisi Fisik Wilayah 4.1.1 Administrasi Kota Samarinda terletak pada Koordinat 117º03’00” ~ 117º18’14” Bujur Timur dan 00º19’02” ~ 00º42’34” Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut : ƒ Sebelah Utara : Kec Muara Badak Kab Kukar ƒ Sebelah Timur : Kec Anggana Sanga-Sanga Kab Kukar ƒ Sebelah Selatan : Kec Loa janan Kab Kukar ƒ Sebelah Barat : Kec Muara Badak Tenggarong Seberang Kab Kukar Gambar 8 Peta Kota Samarinda Kota Samarinda mempunyai luas wilayah sekitar 718,00 km², yang secara administratif terbagi menjadi 6 kecamatan yaitu, Kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Seberang, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu dan Samarinda Utara. Sedangkan jumlah desa di Kota Samarinda sebanyak 53 Desa. Sebagai salah satu kecamatan yang terletak di wilayah Kota Samarinda, di Kecamatan Samarinda Ilir terdapat pelabuhan perikanan yang dikelola Dinas kelautan dan perikanan Kota Samarinda, yaitu PPI Selili. Secara administratif Kecamatan Samarinda Ilir mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Samarinda Utara Sebelah Timur : Kabupaten Kutai Kartanegara Sebelah Selatan : Sungai Mahakam Sebelah Barat : Kecamatan Samarinda Ulu Pangkalan pendaratan ikan Selili terletak distasiun iklim terdekat dari kawasan pangkalan pendaratan ikan adalah stasiun Lapang Udara Temindung Kota Samarinda ± 5 termasuk iklim Tropika Humida dengan curah hujan berkisar antara 1500-4500 mm per tahun. Temperatur udara minimum rata-rata 21°C dan maksimum 34°C dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5°-7°C.Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan Juli sampai dengan Agustus. Kelurahan Selili merupakan satu di antara kelurahan yang berada diKecamatan Samarinda ilir dengan luas wilayah 149 hektar. Kelurahan ini berjarak 1 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan, 5 Km dari pusat pemerintahan Kota Samarinda dan 5,2 Km dari Ibukota Propinsi. Kelurahan Selili berada pada ketinggian tanah 5 meter di atas permukaan laut, topografi kawasan pangkalan pendaratan ikan didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam, dengan ketinggian berkisar antara 0-1500 meter dpl dengan kemiringan 60 . Struktur Geologi didominasi oleh batuan sedimen liat berlempung dan terdapat pula kandungan batuan endapan tersier dan batuan endapan kwartener. Formasi batuan endapan utama terdiri dari batuan pasir kwarsa dan batuan liat. Kelembaban udara rata-rata mencapai 86 dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot perjam.

4.1.2 Kondisi Fisik Wilayah Topografi

Berdasarkan topografinya, maka wilayah Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0-200 dpl, dan hampir 24,17 berada di ketinggian 0-7 dpl, umumnya terletak di dekat Sungai Mahakam sekitar 41,10 berada dalam ketinggian 7-25 dpl, dan 32,48 berada di ketinggian 25-100 dpl. Tabel 5 Topografi Kota Samarinda No Kemiringan Luas KM2 Persentase 1 0-2 219,61 30,61 2 3-14 198,58 27,68 3 15,40 194,06 27,05 4 40 105,17 14,68 Sumber: Bappeda Kota Samarinda 2008

4.1.3 Jenis Tanah

Sesuai dengan kondisi iklim di Kota Samarinda yang tergolong dalam tipe iklim tropika humida, maka jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah inipun tergolong ke dalam tanah yang bereaksi masam. Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kota Samarinda, menurut Soil Taxanomy USDA tergolong kedalam jenis tanah: Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols dan Mollisol atau bila menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah: Podsolik, Alluvial, Organosol. Ciri dan sifat tanah-tanah Podsolik Ultisol biasanya ditandai dengan: 1. Pencucian yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan dengan kejenuhan basa yang rendah. 2. Karena suhu yang cukup tinggi dan pencucian yang berlangsung terus menerus mengakibatkan pelapukan terhadap mineral liat sekunder dan oksida- oksidanya. 3. Terjadi pencucian liat di lapisan atas eluviasi dan penimbunan liat di lapisan bawahnya illuviasi. Tanah Podsolik Ultisol merupakan jenis tanah yang arealnya terluas di Kota Samarinda dan masih tersedia untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Persediaan air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tinggi. Penggunaan tanah dari jenis tanah ini sebagai daerah pertanian, biasanya memungkinkan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama selama unsur-unsur hara dipermukaan belum habis melalui proses biocycle. Pada dasarnya jenis-jenis tanah di Kota Samarinda menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan Padanannya menurut Soil Taxanomy terdiri dari: Podsolik Ultisol , Alluvial Entisol , Gleisol Entisol, Organosol Histosol dan Lithosol Entisol. Luas jenis tanah dan penyebarannya di Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Luas masing-masing Jenis Tanah di Wilayah Kota Samarinda. No Jenis Tanah Luas Ha Jumlah 71.800 100 1 Alluvial 3.453 4,81 2 AlluvialGambut 16.294 24,68 3 PodsolikLitosol 8.266 12,52 4 Podsolik 30.010 45,45 5 Lain-Lain 13.777 12,12 Sumber: Bappeda Kota Samarinda 2008 Dari tabel diatas ternyata bahwa jenis tanah Podsolik mempunyai luasan yang tertinggi di wilayah Kota Samarinda dengan 30.010 hakter atau 45,45, sedangkan jenis tanah Alluvial tidak bergambut mencapai luas 3.453 hakter atau 4,81 dari luas Kota Samarinda. 4.1.4 Kondisi Geologi Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda diketahui berdasarkan hasil survey dan atau pemetaan geologi yang dimuat dalam buku Geology of Indonesia, Volume IA. Oleh R.W. Van Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter. Beberapa formasi geologi yang terdapat diwilayah Kota Samarinda diantaranya adalah, Kampung Baru Beds, Balikpapan Beds, Pulau Balang Beds dan Pemaluan Beds lihat pada tabel 7. Beberapa Wilayah geologi telah mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya patahan. Formasi ini terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng dan tufa dasitik dengan sisipan batu bara. Tabel 7 Luas masing-masing Formasi Geologi di Wilayah Kota Samarinda. No Formasi Luas Ha Jumlah 71.800 100 1 Kampung Baru Beds 11.314 11,34 2 Balikpapan Beds 33.953 53,29 3 Pulau Balang Beds 16.977 26,65 4 Pemaluan Beds 9.556 8,72 Sumber: Bappeda Kota Samarinda 2008

4.1.5 Kondisi Hidrologi

Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 Daerah Airan Aungai DAS . Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan lebar antara 300-500 meter, sungai- sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di sunagai Mahakam yang meliputi: 1. Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 Km 2. Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km 3. Anak sungai lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas. 4.2 Kependudukan dan Sosial Ekonomi 4.2.1 Jumlah Penduduk Penduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti. Sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kota Samarinda sebanyak 602.117 jiwa. Pada tahun 2008 sebagian besar penduduk Kota Samarinda berada di Kecamatan Samarinda Utara sebanyak 151.007 jiwa atau sekitar 25,08 . Pola persebaran penduduk di Kota Samarinda tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Tingkat kepadatan penduduk di Kota Samarinda. adalah 893 jiwakm². Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan. Dari enam kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Samarinda Seberang memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 2.322 jiwakm² diikuti oleh Kecamatan Samarinda Ulu dengan kepadatan 1.819 jiwakm². Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran yang mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 544 jiwakm² dan 239 jiwakm². Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Samarinda masih lebih banyak dibanding perempuan. ini terlihat dari rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100. Berdasarkan data statistik antara tahun 2006 hingga 2008 Jumlah penduduk Kota Samarinda pada tahun 2006 sebesar 588.135 jiwa, tahun 2007 sebesar 593.827 jiwa, dan tahun 2008 sebesar 602.117 jiwa. Jumlah penduduk Kota Samarinda sebagian besar terkosentrasi di kecamatan Samarinda utara yaitu sebanyak 151.007 jiwa disusul Kecamatan Samarinda ulu yaitu sebanyak 105.971 jiwa, Kecamatan Samarinda ilir sebanyak 108.742 jiwa, kecamatan sungai kunjang sebanyak 98.687 jiwa, Kecamatan Samarinda Seberang sebesar 93.997 jiwa dan yang paling rendah jumlah penduduknya pada Kecamatan Palaran sebesar 43.713 Jiwa, lihat pada Gambar 9. Sumber : BPS Kota Samarinda 2008 Gambar 9 Jumlah Penduduk menurut masing-masing Kecamatan 4.2.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiamitinggal dalam suatu wilayah atau daerah dalam luasan dan waktu tertentu. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada suatu tempat dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui kecenderungan penyebaran penduduk. Jumlah penduduk yang besar cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu sehingga menyebabkan pola penyebaran bervariasi, lihat pada Gambar 10. Sumber: BPS Kota Samarinda 2008 Gambar 10 Kepadatan Penduduk Masing-masing Kecamatan 43713 108742 93997 98687 105971 151007 182,53 89,7 40,48 69,23 58,26 277,8 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 Palaran Samarinda Ilir Samarinda Seberang Sungai Kunjang Samarinda Ulu Samarinda Utara Luas Wilayah KM² Jumlah Penduduk Jiwa 43,713 108,742 93,997 98,687 105,971 151,007 182,53 89,7 40,48 69,23 58,26 277,8 239 1,212 2,322 1,425 1,819 544 Palaran Samarinda Ilir Samarinda Seberang Sungai Kunjang Samarinda Ulu Samarinda Utara 100 200 300 400 500 600 Kepadatan Penduduk KM²Jiwa Luas Wilayah KM² Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk Masing‐masing Kecamatan Tahun 2008

4.2.3 Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk di wilayah Kota Samarinda secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 dua bagian, yaitu : 1. Penyebaran penduduk di daerah perkotaan. 2. Penyebaran penduduk di daerah pedesaan pinggiran Kota Berdasarkan Peta Penyebaran Penduduk, penyebaran penduduk Kota Samarinda dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk terkonsentrasi di daerah perkotaan, dibagian wilayah Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir dan Samarinda Utara. Akumulasi penduduk yang sebagian besar berada di daerah perkotaan tersebut dikarenakan daerah perkotaan merupakan pusat pemerintahan, industri, perdagangan dan jasa. Disamping itu, faktor kemudahan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai serta adanya berbagai fasilitas sosial-ekonomi yang lebih baik, menyebabkan sebagian besar penduduk terkonsentrasi di daerah perkotaan. Penyebaran penduduk di daerah pedesaan atau pinggiran kota pada umumnya terdapat di sepanjang jalan yang ada lihat pada Gambar 11. Kecenderungan ini disebabkan oleh faktor kemudahan transportasi, tersedianya air minum dan pemanfaatan tanah disekitar tanggul sungai yang subur untuk usaha pertanian yang sifatnya masih berpindah-pindah. Areal-areal tanah yang terletak jauh dari aliran sungai biasanya bebas dari penggarapan masyarakat. Sumber: BPS Kota Samarinda 2008 Gambar 11 Penyebaran penduduk Kota Samarinda 43,713 7,27 108,742 18,06 93,997 15,61 98,687 16,39 105,971 17,60 151,007 25,08 18.253 897 4.048 6.923 5.826 2.778 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 Palaran Samarinda Ilir Samarinda Seberang Sungai Kunjang Samarinda Ulu Samarinda Utara Jumlah Penduduk Jiwa Luas Wilayah KM²

4.2.4 Tenaga Kerja dan Mata Pencarian Pengangguran

Pencari kerja di Kota Samarinda setiap tahun terus mengalami peningkatan, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Tak seimbangnya antara jumlah angkatan kerja dengan lowongan kerja yang tersedia, menyebabkan pengangguran di Samarinda terus bertambah. Selain itu, masalah perburuhan di kota ini juga terus meningkat. Melihat kondisi tersebut, Dinas Tenaga Kerja Disnaker Kota Samarinda membentuk tim khusus untuk menangani masalah ketenagakerjaan yang ada di kota ini. Untuk diketahui, tahun 2008 Dinas Tenaga Kerja Disnaker Kota Samarinda mencatat, pencari kerja yang terdaftar mencapai 10.437 orang. Sedangkan lowongan kerja yang tersedia hanya 4.798. Tak sebandingnya lowongan kerja dengan jumlah pencari kerja, menyebabkan jumlah pengangguran di kota ini terus meningkat. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Kota Samarinda pada tahun 2006 sebesar 14.507 orang, tahun 2007 sebesar 11.162 orang, dan tahun 2008 sebesar 10.437 orang, Sedangkan jumlah pengangguran di Kota Samarinda tahun 2006 sebesar 26.986 orang, tahun 2007 sebesar 26.157 orang dan tahun 2008 sebesar 23.952 orang, Jumlah partisipasi angkatan kerja disajikan pada tabel 8. Jumlah pengangguran dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan sebagai akibat banyaknya perusahaan perkayuan yang menghentikan kegiatannya akibat kebijakan di sektor kehutanan sehingga banyak tenaga kerja yang mengalami PHK, Jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan disajikan pada tabel 9. Tabel 8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran No Jenis Kelamin Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Jumlah 10,437 23,925 1 Laki-laki 7.480 15,494 2 Perempuan 2.957 8,458 Sumber: BPS Kota Samarinda 2008 T S 1 p j d p S Tabel 9 Jum No T Jumla 1 SDMI 2 SLTP 3 SLTA 4 D1D2 5 SARJA Sumber: BPS

1. Data K

Kelu penduduk la jiwa . Jumla dan untuk ju pada Gamba Sumber : Kel Gambar 70 mlah Pencari Tingkat Pend ah I MTS SMKMA 2D3 ANA S Kota Samari Kelurahan Se urahan Selil aki-laki berju ah penduduk umlah pendu ar 13. lurahan Selili 12 Kompos 070 Komposisi Pe Kerja Menu didikan inda 2008 elili li dengan j umlah 7.421 k berdasarkan uduk berdasa 2008 sisi Pendudu enduduk Berd urut Tingkat Jen Laki-laki 7.480 305 584 4.420 731 1.440 jumlah pen 1 jiwa dan p n kelompok arkan kelom uk Berdasark 514 618 2303 dasarkan Kel Pendidikan nis Kelamin Perem 2.95 6 14 22 99 1.52 nduduk 14.6 penduduk w usia dapat d mpok usia ten kan Kelompo 2099 20 lompok Usia dan Jenis Ke mpuan 57 63 48 25 99 22 656 jiwa t wanita berjum dilihat pada G naga kerja da ok Usia Pend 052 Pendidikan K Us elamin Jumlah 10.437 368 732 4.645 1.730 2.962 erdiri dari mlah 7.235 Gambar 12 apat dilihat didikan 00 – 03 04 – 06 07 – 12 13 – 15 16 – 18 19 Kelompok sia tahun S 2 u b m p p s t j J y m m Sumber : Kel Gambar 1

2. Tenaga

Tena usia kerja y barang dan mau berpart penduduk b penduduk y semakin me tentunya ak juga akan m Jumlah pend Kelu yang berbe mendorong maju. 1735 187 K lurahan Selili 13 Komposis a Kerja aga kerja m aitu seluruh jasa, jika a tisipasi dala berdasarkan ang produkt mpercepat d kan menunja menimbulkan duduk berdas urahan Selili da-beda, di tercapainya 3 3141 Komposisi Pe 2008 si Penduduk enurut Kusu penduduk b da perminta am aktivitas usia tenaga tif. Apabila daerah ini m ang dalam p n masalah ba sarkan tingk i memiliki iharapkan d a pembangu 3017 enduduk Berd k Berdasarka umosuwidho berusia 10-6 aan terhadap tesebut, seh a kerja mak hal ini dapa mengarah kep penyediaan s aik mengenai kat pendidika penduduk d dengan perb unan di berb 691 dasarkan Kelo an Kelompok o 1981, ad 64 tahun yan p tenaga me hingga jika ka di kelura at terus dipe pada kompos sumber daya i kesempatan an disajikan dengan latar bedaan pend bagai bidang 2492 3 ompok Usia T k Usia Tenag dalah pendu ng dapat me ereka, dan ji dilihat dari ahan Selili m ertahankan, m sisi pendudu a manusia, n belajar dan pada gamba r belakang p didikan ters g ke arah y 3393 Tenaga Kerja K Us ga Kerja uduk dalam emproduksi ika mereka komposisi merupakan maka akan uk tua yang sebaliknya n berusaha. ar 14. pendidikan sebut akan yang lebih 10 – 14 15 – 19 20 – 26 27 – 40 41 – 56 57 Lain ‐lain Kelompok sia tahun Sumber : Kelurahan Selili 2008 Gambar 14 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk kelurahan Selili bervariasi, sebagian besar sebagai karyawan swasta, dan selebihnya bekerja sebagai pegawai negeri, pertukangan, pedagang, nelayan, petani, jasa, pemulung, pensiunan dan ABRI. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada gambar 15. Sumber : Kelurahan selili 2008 Gambar 15 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 192 1.187 1.223 543 121 54 618 1.099 200 400 600 800 1000 1200 1400 Lulusan Pendidikan a. Taman Kanak‐Kanak b. Sekolah Dasar c. SLTP d. SLTA e. Akademi D1‐D3 f. Sarjana S1‐S3 Lulusan Pendidikan … a. Pondok Pesantren b. Madrasah c. Pendidikan Keagamaan d. Sekolah luar Biasa e. KursusKetrampilan Lain ‐lain Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk jiwa 1.691 9 5.124 105 41 138 12 60 26 32 7.941 2000 4000 6000 8000 10000 Karyawan a. Pegawai Negeri Sipil b. ABRI c. Swasta Wiraswastapedagang Tani Pertukangan Pensiunan Nelayan Pemulung Jasa Lain ‐lain Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Jiwa 4 S S 9 K H h s W p D 4 4 u m p t m

4.2.5 Agam

Berd Samarinda m Sebagian Be 91,13 , dii Kristen Kato Hindu seban hingga tahu sebanyak 56 Wihara Bud penduduk pe Data: BPS Ko

4.3 Sumber