Pengelolaan Pelabuhan Perikanan PENDAHULUAN

kelancaran aktivitas pengguna jasa pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok terdiri atas dermaga, kolam pelabuhan, alat bantu navigasi dan breakwater atau pemecah gelombang. Fasilitas fungsional terdiri dan Tempat Pelelangan Ikan TPI, pabrik es, gudang es, refrigerasi cool room. cold storage, gedung-gedung pemasaran, lapangan perbaikan alat penangkapan ikan. ruangan mesin, tempat penjemuran alat penangkap ikan, bengkel, slipways, gudang jaring, vessel lifi, fasilitas perbekalan tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar, dan fasilitas komunikasi stasiun jaringan telepon, radio SSB. Fasilitas penunjang terdiri atas MCK, polikilnik, mess, kantin atau warung, musholla, kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syabbandar. dan kantor beacukai Lubis, 2006.

2.5 Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Menurut Undang - Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan adalah rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang- undangan di bidang perikanan. Pengelolaan sumberdaya ikan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pengaturananya diatur melalui berbagai perangkat peraturan sehingga diharapkan dapat menjadikan sektor perikanan berkembang dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya DKP, 2005. Selanjutnya dikatakan dalam Undang-Undang tersebut bahwa pengelolaan perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Pengelolaan perikanan untuk kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan harus mempertimbangkan hukum adat dan atau kearifan lokal serta memperhatikan peran serta masyarakat DKP, 2005. Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tuiuan DKP, 2005: 1 Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil; 2 Meningkatkan penerimaan dan devisa negara; 3 Mendorong perluasan dan kesempatan kerja; 4 Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; 5 Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan; 6 Meningkatkan produktivitas, mutu. nilai tambah, dan daya saing; 7 Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan; 8 Mencapai pemanfatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal; dan 9 Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang. Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan DKP, 2005: 1 Rencana pengelolaan perikanan; 2 Potensi dan alokasi sumberdaya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia; 3 Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia; 4 Jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; 5 Jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan, 6 Daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan; 7 Persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan; 8 Sistem pemantauan kapal perikanan; 9 Jenis ikan baru yang akan dibudidayakan; 10 Jenis ikan dan penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis budidaya; 11 Pencegahan pencemaran dan kerusakan sumberdaya ikan serta lingkungannya; 12 Rehabilitasi dan peningkatan surnberdaya ikan serta iingkungannya; 13 Ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap; 14 Suaka perikanan; 15 Jenis ikan yang dilindungi. Pengelolaan pelabuhan perikanan bertujuan antara lain untuk mengoptimalkan peran pelabuhan dalam meningkatkan aktivitas kepelabuhanan termasuk di dalamnnya pendaratan, pemasaran, dan pengolahan hasil tangkapan serta pelayanan untuk meningkatkan pendapatan pihak pengelola pelabuhan perikanan dan mendorong peningkatan pendapatan para pelakupengguna di pelabuhan perikanan. Keberhasilan dalam pengelolaan suatu pelabuhan antara lain banyak tergantung pada para pengguna yang ada di pelabuhan, misalnya terhadap kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya. Keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara staf pengelola pelabuhan antara lain kepala pelabuhan dan pegawainya, para pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Para pengguna tersebut harus dapat bekerja secara profesional, saling berkerja sama dalam pelaksanaan pengoperasian dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Di samping itu pengguna pelabuhan harus menguasai dan bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaannya masing-masing Lubis, 2006. Selanjutnya menyatakan, agar pengorganisasian dan pengelolaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi pelabuhan, maka perlu diketahui terlebih dahulu rincian kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang akan dikelola oleh suatu pelabuhan dan kesiapan sumberdaya manusianya dalam mengelola kegiatan dan fasilitas tersebut baik dan segi jumlah maupun kualitasnya Lubis, 2006. Terdapat tiga kelompok kegiatan utama yang berkaitan erat dengan pengelolaan pelabuhan. Kegiatan-kegiatan tersebut ada kalanya berhubungan atau terpisah antara satu dengan lainnya. Ketiga kelompok tersebut adalah kegiatan yang berhubungan dengan: 1 Pengelolaan infrastruktur, suprastruktur dengan semua aktivitas penunjang, antara lain investasi pelabuhan, penyusunan anggaran. perencanaan pembangunan, pajak, perbaikan dan pemeliharaan fasilitasnya seperti alur pelayaran, mercusuar dan jalan-jalan di lingkungan pelabuhan. 2 Adanya kontak antara penjual dan pemakai jasa pelabuhan klien, terhadap kapal dan barang-barang atau komoditi perikanan serta pemeliharaannya. Kontak ini secara eksplisit dapat berupa kegiatan- kegiatan ataupun jasa-jasa yang diberikan oleh pelabuhan. 3 Peraturan-peraturan kepelabuhanan antara lain peraturan-peraturan lokal, nasional maupun internasional dalam rnenentukan sirkulasi maritim, perhitungan statistik, pencatatan keluar masuknya kapal, pencatatan dan pemeliharaan kesehatan awak kapal. Ada beberapa prinsip penting bilamana pengoperasian suatu pelabuhan perikanan dikatakan berhasil Lubis, 2006: 1 Sangat baik dipandang dan sudut ekonomi, yang berarti hasil pengoperasian pelabuhan itu dapat menguntungkan baik bagi pengelola pelabuhan itu sendiri maupun bagi pemiliknya. Disamping itu hasil dan pengoperasian pelabuhan tersebut mempunyai pangaruh positif terhadap perkembangan kota khususnya dan nasional umumnya; 2 Sistem penanganan ikan yang efektif dan efIsien. Dengan kata lain pembongkaran ikan dapat dilakukan secara cepat disertai penseleksian yang cermat, pengangkutan dan penanganan yang cepat; 3 Fleksibel dalam perkembangan teknologi. Dalam hal pengembangan suatu pelabuhan perikanan adakalanya diperlukan mekanisasi dari fasilitas- fasilitas pelabuhan tersebut, misalnya perlunya vessel lifi pada fasilitas dock, tangga berjalar tapis roulant untuk pemnbongkaran dan penyeleksian ikan. Di samping itu diperlukan perluasan fasilitas pelabuhan karena semakin meningkatnya produksi perikanan pelabuhan, misalnya perluasan gedung pelelangan, dan perluasan dermaga; 4 Pelabuhan dapat berkembang tanpa merusak lingkungan sekitarnya lingkungan alam dan lingkungan sosial, bersih dan higienis; 5 Para pengguna di pelabuhan perikanan dapat bekerja secara aktif dan terorganisasi baik dalam kegiatannya. Sehingga segala aktivitas yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar dan jadwal kerja yang telah ditetapkan.

2.6 Pengelolaan Aktifitas Pelabuhan Perikanan