Jenis Ikan Karang Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

5.2. Ruang Ekowisata Bahari Optimal

5.2.1. Pemanfaatan Kawasan di Perairan Kecamatan Betoambari

Perairan Kecamatan Betoambari dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan baik oleh masyarakat, pemerintah, maupun swasta. Pemanfaatan sumberdaya maupun kawasan yang ada di wilayah ini antara lain aktifitas budidaya rumput laut, pelabuhan, daerah penangkapan, dan alur kapal. Pada penelitian ini, berbagai kegiatan pemanfaatan tersebut digunakan sebagai input fitur biaya dalam analisis Marxan. Meskipun fitur-fitur ini berpengaruh negatif terhadap fitur konservasi terumbu karang dan biota unik lain, namun karena memiliki fungsi penting bagi penunjang kebutuhan hidup dan aktifitas masyarakat setempat, sehingga keberadaannya harus dipertimbangkan dalam menentukan ruang ekowisata. Berdasarkan tingkat kepentingan dan manfaat maka fitur biaya diurutkan sebagai berikut: pelabuhan, budidaya rumput laut, dan alur kapal contohnya kapal nelayan dan kapal penumpang. Aktifitas pemanfaatan sumberdaya dan kawasan di perairan Kecamatan Betoambari dapat dilihat pada Gambar 18. Fitur biaya pertama pelabuhan; berdasarkan pengamatan wilayah perairan Betoambari, terdapat beberapa pelabuhan yang memiliki fungsi penting sebagai infrastruktur penunjang di antaranya dermaga kapal penghubung Kelurahan Sulaa dan Pulau Kadatua Kabupaten Buton, pelabuhan PT Arahon Indah sebagai tempat bersandar kapal nelayan cakalangtuna ketika hendak mengambil es balok ataupun memasok hasil tangkapan, serta pelabuhan transit depo pertamina yang diperkirakan difungsikan pada akhir Tahun 2011 ini. Fitur biaya kedua budidaya rumput laut; merupakan profesi utama sebagian besar masyarakat setempat, khususnya Kelurahan Sulaa dan Katobengke. Berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan, kegiatan budidaya di wilayah tersebut dilakukan pada bulan April hingga Desember setiap tahunnya. Lokasi yang menjadi budidaya rumput laut di antaranya tersebar pada perairan tepat di daerah pusat pemukiman warga Kelurahan Sulaa, sebagian besar di perairan Pantai Lakeba, dan pantai Katana arah selatan pantai Nirwana. Beberapa nelayan yang ditemui mengaku sangat bergantung pada aktifitas budidaya rumput laut demi mencukupi kebutuhan keluarga. Pada awalnya mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan penangkap ikan, namun saat ini lebih fokus pada profesi sebagai petani rumput laut. Banyak alasan yang melandasi hal tersebut, selain akibat hasil tangkapan ikan karang yang terus menurun, juga disebabkan kegiatan budidaya rumput laut yang terbilang mudah dan dapat memperoleh pendapatan cukup besar. Setiap tahun jumlah petani rumput laut semakin meningkat. Hal ini dapat dibuktikan hampir seluruh wilayah perairan depan Pantai Lakeba dan pusat pemukiman masyarakat Kelurahan Sulaa, dipenuhi dengan rakit budidaya rumput laut. Aktifitas tersebut hampir tidak menyisahkan ruang untuk alur keluar masuk perahu nelayan maupun kapal transportasi penghubung antara Kelurahan Sulaa dan Pulau Kadatua. Gambar 18 Pemanfaatan sumberdaya dan kawasan di perairan Betoambari. a pelabuhan transit depo pertamina yang sementara dikerjakan, b pelabuhan PT Arahon Indah, c kegiatan budidaya rumput laut, d kapal nelayan yang sering bersandar di pelabuhan Arahon Indah. Fitur biaya ketiga alur kapal; kapal yang melewati perairan Kecamatan Betoambari terbilang banyak antara lain kapal penumpang yang menghubungkan Kelurahan Sulaa-Pulau Kadatua, kapal penumpang penghubung antara Kabupaten d c a b Wakatobi-Kota Baubau, dan dipastikan akan ada jalur kapal transit depo pertamina. Ketiga fitur tersebut ditunjukkan pada Gambar 19.

5.2.2. Ruang Ekowisata Berdasarkan Efisiensi Biaya

Penentuan ruang ekowisata yang memiliki biaya terkecil dilakukan berdasarkan kesesuaian parameter ekologis dan sosial ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan analisis Marxan yang dapat mencari dan memilih kawasan ekowisata yang memenuhi kriteria ekologis dan sosial ekonomi. Marxan merupakan analisis yang dikatakan kompleks karena terdapat banyak pengaturan guna mendapatkan berbagai pilihan pengambilan keputusan. Setelah Marxan diciptakan Ball dan Poshingham 2000, muncul beberapa panduan, eksperimen trial dan error, serta penelitian yang telah melakukan pengujian terhadap Marxan, antara lain Ardron 2002 dan Loos 2006. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian Marxan lebih jauh, tetapi hanya melakukan simulasi terhadap ukuran unit perencanaan dan target konservasi untuk kebutuhan ruang ekowisata optimum, sedangkan komponen lain mengacu pada studi literatur dari berbagai panduan dan penelitian sebelumnya.

A. Penetapan Persentase Target Ruang Ekowisata

Penetapan target untuk perencanaan ruang ekowisata merupakan hal penting sebagai input dalam analisis Marxan. Menurut Cabeza dan Moilanen 2001, agar penetapan spesies target bersifat ilmiah maka dapat didasarkan pada perkiraan populasi. Menurut Smith 2005, pengaturan target berdasarkan kealamian setiap fitur sebelum kehilangan habitat; Geselbracht et al. 2005, menyarankan target selalu bervariasi berdasarkan kepentingan. Penetapan target ekowisata untuk perlindungan sumberdaya pesisir Kecamatan Betoambari diurutkan berdasarkan pentingnya suatu habitat dan spesies sebelum mengalami kepunahan. Sesuai kondisi di lokasi penelitian, sumberdaya yang penting namun terancam degradasi tinggi yakni ekosistem terumbu karang. Setelah itu, tingkat kepentingan diurutkan dari yang tinggi hingga sedang sebagai berikut: ikan hiu dan habitatnya, spesies penyu, ikan pari, lobster dan habitatnya, serta frogfish.