Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

hidup diperoleh berdasarkan metode Line Intersept Transect LIT melalui persamaannya berikut: Keterangan: N = Persen penutupan karang li = Panjang lifeform ke-i L = Panjang transek 70 meter Data kondisi penutupan terumbu karang yang diperoleh dari persamaan diatas, kemudian dikategorikan rusak hingga sangat baik. Kategori tersebut mengacu pada Kepmen LH No 04 Tahun 2001. Kategori kondisi terumbu karang berdasarkan persentase penutupan karang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kategori kondisi terumbu karang berdasarkan persentase penutupan karang keras No Persentase karang hidup Kategori 1 0-24.9 Rusak 2 25-49.9 Sedang 3 50-74.9 Baik 4 75-100 Sangat Baik Sumber: Kepmen LH No 04 Tahun 2001

3.5.2. Analisis Kesesuaian Kawasan

Analisis kesesuaian kawasan ditujukan untuk kegiatan wisata bahari kategori selam berbasis ekologis. Kegiatan wisata bahari yang akan dikembangkan harus sesuai dengan potensi sumberdaya dan memenuhi persyaratan lingkungan. Analisis kesesuaian dilakukan melalui pendekatan SIG dengan bantuan software ArcView 3.3, dimana prosesnya mencakup penentuan parameter, penyusunan matriks kesesuaian, pembobotan, dan pengharkatan skoring. Proses analisis ini berdasarkan hasil studi empiris dan justifkasi para ahli yang berkompoten dibidang wisata bahari. Langkah awal yang dilakukan yakni membangun sebuah matrik kriteria kesesuaian pemanfaatan yang berisi informasi parameter, pemberian bobot, penentuan kategori kelas kesesuaian, dan 100 x L li N ∑ = pengharkatan. Besaran nilai bobot disesuaikan dengan penting tidaknya parameter yang bersangkutan bagi kegiatan wisata bahari. Kesesuaian wisata bahari kategori selam mempertimbangkan 6 parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata selam ini terdiri atas kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan karang, dan kedalaman terumbu karang. Kesesuaian ini disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks kesesuaian untuk ekowisata bahari kategori selam Kriteria Bobot Kelas kesesuaian dan skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kecerahan 5 80 3 50 - 80 2 20-50 1 20 Perairan Tutupan 5 75 3 50 -75 2 25-50 1 25 Komunitas Karang Jenis life form 3 12 3 7 - 12 2 4-7 1 4 Jenis Ikan Karang 3 100 3 50 - 100 2 20-50 1 20 Kedalaman 1 6 - 15 3 15-20 2 20-30 1 30 Terumbu Karang 3-6 3 Sumber: Modifikasi dari Yulianda 2007

3.5.3. Analisis Efisiensi Ruang dengan Aplikasi Marxan

Marxan dalam penelitian ini merupakan tools untuk memilih ruang ekowisata bahari kategori selam yang memenuhi kriteria ekologis dan sosial ekonomi. Basis dari analisis Marxan adalah model ekosistem Meerman CJ 2005. Marxan dijalankan dengan bantuan perangkat lunak ArcView 3.3 dan ekstensi CLUZ Conservation Land Used Zone serta ekstensi tambahan TNC tools dan membuat heksagon. Dengan perangkat Marxan dapat mencoba beberapa skenario perencanaan kawasan yang berbeda dan melihat hasilnya. Dengan demikian dapat memilih skenario terbaik yakni ruang ekowisata yang efisien. Analisis Marxan menggunakan algoritma simulated anealling dimaksudkan untuk mencari biaya terendah ruang ekowisata, yang merupakan kombinasi sederhana dari biaya terpilih dan nilai penalti yang tidak memenuhi target Ball dan Possingham 2000. Biaya terendah merupakan solusi terbaik. Untuk mencapai solusi terbaik ruang ekowisata bahari yang efisien digunakan hubungan berikut. Keterangan C = biaya total kawasan ekowisata terpilih berdasarkan algoritma Marxan c i a = boundary length modifier BLM atau kontrol penting dari batas biaya relatif terpilih di planning unit. = biaya yang terpilih di satuan perencanaan planning unit ke-i yang dapat diukur, i = 1,2,…,n; n adalah banyaknya satuan perencanaan. b i s = boundary atau batas dari area terpilihperimeter ke-i i p = species penalty factor SPF, yaitu faktor yang mengontrol besarnya nilai penalty ke-i, apabila target tiap spesies tidak terpenuhi. i = penalty atau nilai yang ditambahkan dalam fungsi obyektif untuk setiap target tidak terpenuhi pada satuan perencanaan ke-i. Analisis ruang ekowisata dengan penggunaan Marxan diperlukan dua macam input data yaitu fitur konservasi mewakili kondisi ekologis dan fitur biaya. Fitur konservasi yang dimasukkan diinginkan menjadi kawasan ekowisata bahari untuk kepentingan perlindungan sumberdaya. Sementara fitur biaya, diharapkan bukan ruang terpilih sebagai solusi dari analisis Marxan karena memiliki biaya tinggi telah dimanfaatkan masyarakat dengan kegiatan lain. Beberapa tahapan dalam analisis Marxan yakni pembobotan fitur konservasi dan fitur biaya; penentuan daerah kajian Area of Interest; penentuan satuan perencanaan; pemasukan data fitur konservasi dan fitur biaya; pengubah panjang batas atau boundary length modifier BLM; penentuan biaya satuan perencanaan; konfigurasi file-file Marxan; melihat hasil Marxan; dan pembuatan skenario.

A. Pembobotan Fitur Konservasi dan Fitur Biaya

Penentuan bobot fitur konservasi dan fitur biaya terbilang unik. Kedua jenis data yang dimasukkan diberi skor sesuai dengan tingkat kepentingan dan kualitas data. Pemberian skor terhadap fitur konservasi menjadi dasar penentuan nilai SPF atau faktor denda. Ball dan Possingham 2000 menyarankan menggunakan nilai SPF diatas 1; Loos 2006 menyatakan nilai SPF kecil di bawah 1 akan mengakibatkan target dari fitur konservasi tidak terpenuhi. Sedangkan terhadap pemberian skor pada fitur biaya menjadi bobot biaya. • Fitur Konservasi Fitur konservasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sumberdaya pesisir yang akan dilindungi dengan tujuan dimanfaatkan untuk ekowisata bahari. Fitur konservasi yang ditentukan pada lokasi perencanaan ekowisata bahari di perairan Betoambari terdapat 6 fitur dengan bobot nilai berkisar 3.0 hingga 4.0 Tabel 7. Terumbu karang dan habitat hiu merupakan fitur dengan tingkat kepentingan dan kualitas data yang tinggi dibandingkan fitur lain, sehingga diberikan nilai faktor denda paling tinggi sebesar 4.0. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan terumbu karang adalah fitur utama yang akan dilindungi, begitu pula ikan hiu dan habitatnya gua hiu. Daerah penyu dan pari merupakan fitur yang memiliki kepentingan tinggi namun kualitas datanya rendah, karena hanya berdasarkan wawancara beberapa orang penyelam. Sementara itu, fitur lobster dan habitatnya gua lobster serta frogfish memiliki kepentingan sedang. Tabel 7. Penentuan nilai faktor denda SPF fitur konservasi No Fitur konservasi Tingkat kepentingan Kualitas data Faktor denda SPF 1 Terumbu Karang Tinggi Tinggi 4.0 2 Daerah Ikan Hiu Tinggi Tinggi 4.0 3 Daerah Penyu Tinggi Rendah 3.5 4 Daerah Ikan Pari Tinggi Rendah 3.5 5 Lobster Sedang Tinggi 3.0 6 Frogfish Sedang Tinggi 3.0 • Fitur Biaya Fitur biaya untuk input Marxan berupa data sosial yang berkaitan dengan penduduk, pola pemanfaatan sumberdaya, dan pemanfaatan kawasan. Data tersebut diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan berupa hasil wawancara dengan masyarakat pengguna langsung sumberdaya. Fitur biaya pada lokasi perencanaan ekowisata bahari di perairan Betoambari terdiri atas 3 jenis yakni pelabuhan, budidaya rumput laut, dan alur kapal. Biaya unit perencanaan fitur-fitur tersebut dihitung dari adanya pemanfaatan sumberdaya yang membuat total biaya akan lebih tinggi. Daftar peringkat penggunaan sumberdaya dan kawasan di perairan Kecamatan Betoambari ditampilkan pada Tabel 8.