23
Bahan penelitian ini adalah kulit buah petai yang diambil dari pajak Sei sikambing, Kecamatan Medan Helvetia. Sumber diambil dari daerah Pancur Batu,
Kecamatan Medan Tuntungan, Provinsi Sumatera Utara.
3.4.2 Identifikasi tanaman
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Peneliti Biologi–LIPI Bogor Lampiran 1 halaman 43.
3.4.3 Pembuatan simplisia
Biji buah petai dikeluarkan dari kulit buah, dibuang pinggiran kulit dan tangkai buah petai, kemudian kulit buah petai dipotong dengan ukuran 3x3 cm
dan dicuci bersih, ditiriskan, kemudian ditimbang berat basah yaitu 3 kg, dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-60ºC sampai simplisia rapuh,
kemudian ditimbang berat simplisia menjadi 1,065 kg. Simplisia diserbuk menggunakan blender dan ditimbang berat, kemudian disimpan dalam wadah
plastik yang tertutup rapat.
3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Ditjen POM, 1995.
3.5.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap kulit buah petai segar dan simplisia dengan cara mengamati bentuk, bau, warna, dan rasa.
24
3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik ini dilakukan terhadap irisan melintang kulit buah petai segar dan serbuk simplisia. Pemeriksaan mikroskopik untuk irisan melintang
kulit dari buah petai segar dilakukan sebagai berikut: dibuat irisan melintang kulit buah petai. Hasil irisan tipis diletakkan di atas objek glass kaca objek lalu
ditetesi larutan kloralhidrat, dipanaskan dengan lampu spiritus, ditutup dengan deck glass kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop pada berbagai
perbesaran. Pemeriksaan mikroskopik untuk serbuk simplisia dilakukan sebagai
berikut: sejumlah serbuk simplisia ditaburkan merata diatas objek glass kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca
penutup, kemudian diamati dibawah mikroskop pada berbagai pembesaran.
3.5.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi Destilasi Toluen. Alat meliputi labu alas bulat 500 ml, alat penampung, tabung penerima 5 ml
berskala 0,05 ml, pendingin, tabung penyambung, pemanas. Cara kerja:
a. Penjenuhan Toluen Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian di destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian
volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
25
b. Penetapan Kadar Air Simplisia Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimasukkan
ke dalam labu yang berisi toluen jenuh tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap
detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam
pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen
memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan
yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen Ditjen POM, 1995.
3.5.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air