12
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan melakukan pengukuran terhadap parameter pengeringan dan penyusutan selama proses pengeringan. Adapun, metode pengeringan yang
diterapkan pada penelitian ini adalah pengeringan lapisan tipis untuk bentuk datar slab. Pengeringan lapisan tipis dilakukan dengan mengeringkan irisan singkong dalam satu lapisan, sehingga seluruh
bagian bahan dapat terselimuti udara pengeringan. Dengan demikian, pengeringan lapisan tipis menyebabkan semua bagian bahan pada lapisan tersebut mengalami pengeringan secara seragam.
Adapun, perlakuan pada proses pengeringan lapisan tipis dari irisan singkong ini terdiri atas dua faktor, yaitu faktor suhu dan faktor RH.
Pada penelitian ini, karakteristik pengeringan lapisan tipis singkong yang diamati meliputi perubahan rasio kadar air irisan singkong terhadap waktu pengeringan, laju pengeringan irisan
singkong terhadap waktu pengeringan, dan perubahan laju pengeringan terhadap kadar air. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan nilai konstanta pengeringan dan menentukan
pilihan model yang sesuai untuk pengeringan lapisan tipis singkong. Selain itu, penyusutan luas permukaan irisan singkong yang terjadi selama pengeringan diamati melalui perubahan rasio area
terhadap waktu dan perubahan rasio area terhadap rasio kadar air. Sedangkan keterkaitan antara karakteristik pengeringan dengan penyusutan luas permukaan irisan singkong hanya dilakukan sampai
penyusunan model persamaan empiris dari data penyusutan sebagai fungsi kadar air.
3.1. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pindah Panas dan Massa serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB pada bulan Februari 2012 - April 2012.
3.2. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah singkong Manihot esculenta Crantz yang berasal dari petani di daerah Cikarawang. Alat - alat yang digunakan antara lain: pengering
laboratorium terkendali-terakuisisi, timbangan digital model AQT 200 kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0.01 gram, oven Ikeda Scientific SS204D, desikator, seperangkat komputer, anemometer
Kanomax A541, dan webcam.
Pengering Laboratorium Terkendali - Terakuisisi
Mesin pengering laboratorium terkendali - terakuisisi memanfaatkan udara yang dipanaskan oleh elemen listrik berkapasitas 2000 W. Udara panas yang dihembuskan ke ruang pengering
memiliki kelembaban relatif dan suhu yang terkontrol dan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pengontrolan RH menggunakan humidifier. Udara panas yang basah dari ruang air heater akan
didorong oleh blower ke dalam ruang pengering. Apabila suhu dan RH yang dicapai lebih tinggi dari setpoint, maka dilakukan pembuangan kalor dan pembuangan uap air melalui dehumidifier yang
memiliki efek pendinginan dan pengembunan. Pengontrolan kondisi pengeringan dilakukan dengan kondisi PID dengan akurasi suhu
1 C dan RH 2 sesuai dengan standar ASABE 2006.
13 Kondisi pengeringan yang dapat dilakukan berada pada selang suhu 30
C - 80 C dan RH 20 - 90 . Kecepatan aliran udara bervariasi dari 0.1
– 1 mdetik. Kecepatan udara yang masuk ke dalam ruang pengering yang berdimensi 35 cm x 35 cm x 35 cm dapat diatur dengan menarik atau
mendorong tuas secara manual pada bagian flow controller. Pengendali utama dari mesin pengering ini menggunakan dua buah mikrokontroler AVR dari
Atmel untuk merealisasikan fungsi yang ingin dicapai. Adapun beberapa sensor yang digunakan pada mesin ini yaitu, 1 suhu dan kelembaban, menggunakan SHT15 dari Sensirion dan 2 timbangan
digital, menggunakan timbangan digital AD seri GF-3000 dengan kapasitas maksimum 3 kg termasuk baki bahan, dengan ketelitian 0.01 gram.
Gambar 4. Skema sistem fungsional pengering laboratorium
3.3. PROSEDUR PERCOBAAN