21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG
4.1.1.  Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu
Proses  pengeringan  lapisan  tipis  irisan  singkong  dilakukan  mulai  dari  kisaran  kadar  air  awal 55.00 bb - 67.74 bb dan berakhir ketika tidak terjadi lagi perubahan massa, dimana kadar air akhir
mendekati  kadar  air  keseimbangan  yang  berada  pada  selang  8.17  bb  -  13.00  bb.  Berdasarkan pengamatan  yang  telah  dilakukan,  diperoleh  data  penurunan  massa  bahan  untuk  berbagai  perlakuan
suhu dan RH Lampiran 2. Melalui pengukuran kadar air yang menggunakan metode oven, kemudian diperoleh  data  penurunan  kadar  air.  Data  tersebut  kemudian  dikonversi  menjadi  bentuk  penurunan
rasio  kadar  air  dan  diplotkan  ke  dalam  suatu  grafik  sehingga  diperoleh  kurva  penurunan  rasio  kadar air terhadap waktu Gambar 8 dan Gambar 9.
Tabel 4. Data kadar air dan lama pengeringan pada suhu 50 C
Suhu °C RH
Massa gram Kadar Air bk
Berat Kering
Total Waktu Pengeringan
awal akhir
awal akhir
g menit
50 30
119.31 42.70
205.59 9.37
39.04 395
40 144.08
53.42 210.03
14.95 46.47
435 50
134.63 53.74
173.71 9.25
49.19 450
60 145.02
68.14 136.43
11.09 61.34
560 Tabel 5. Data kadar air dan lama pengeringan pada RH 40
Suhu °C RH
Massa gram Kadar Air bk
Berat Kering
Total Waktu Pengeringan
awal akhir
awal akhir
g menit
40 40
109.32 54.15
122.25 10.09
49.19 510
50 144.08
53.42 210.03
14.95 46.47
435 60
183.74 74.69
172.40 10.73
67.45 430
70 143.70
53.34 193.38
8.90 48.98
185 Tabel  4  perlakuan  suhu  yang  sama  yaitu  50  °C  dengan  tingkat  RH  yang  berbeda
menunjukkan  bahwa  dengan  massa  awal  irisan  singkong  yang  hampir  sama,  seperti  pada  perlakuan RH  40    dan  RH  60  ,  memiliki  kadar  air  awal  yang  ternyata  nilainya  tidak  sama  bervariasi.
Demikian juga, pada perlakuan RH 30 , dengan  massa awal irisan singkong  yang cenderung lebih rendah  dibandingkan  massa  awal  irisan  singkong  lainnya,  ternyata  memiliki  kadar  air  awal  yang
cenderung  tinggi,  yaitu  sekitar  67  bb.  Hal  yang  mempengaruhi  bervariasinya  nilai  kadar  air  awal bahan adalah jenis varietas singkong yang dipakai, diduga berbeda pada beberapa perlakuan dan umur
tanaman  sampai  dengan  dipanen  yang  juga  diduga  tidak  seragam.  Tetapi,  meskipun  singkong  yang digunakan  berasal  dari  lokasi  yang  sama  dengan  varietas  yang  sama,  struktur  dan  sifat  fisik  bahan
dapat  berbeda.  Hal  ini  dapat  dilihat  dengan  membandingkan  antara  irisan  singkong  yang  digunakan untuk  pengeringan  pada  perlakuan  RH  40    dan  RH  60  .  Terlihat  bahwa  irisan  singkong  yang
digunakan untuk perlakuan RH 40  dan RH 60  mempunyai berat awal yang hampir sama, tetapi
22 mempunyai berat kering yang berbeda sekitar 35 . Dengan demikian, diduga bahwa struktur bahan
lebih  padat  untuk  sampel  perlakuan  RH  60  .  Hal  yang  sama  juga  terjadi  pada  sampel  percobaan untuk  suhu  60  °C  dengan  RH  40    Tabel  5.  Perbedaan  ini  juga  mempengaruhi  karakteristik
pengeringan sebagaimana akan lebih jelas pada pembahasan selanjutnya. Waktu pengeringan irisan singkong bervariasi menurut tingkatan suhu dan RH. Tabel 4 dan 5
menunjukkan  bahwa  semakin  tinggi  suhu  udara  pengering,  maka  total  waktu  pengeringan  semakin singkat.  Selain  itu,  semakin  tinggi  RH  udara  pengering  maka  total  waktu  yang  dibutuhkan  untuk
mengeringkan bahan semakin lama. Dari  perubahan  RH  udara  pengering  Tabel  4  terdapat  indikasi  bahwa  dengan  adanya
peningkatan  RH  dapat  memperlambat  waktu  pengeringan.  Hal  ini  ditunjukkan  oleh  RH  30    yang mempunyai waktu pengeringan tercepat yaitu 395 menit dengan kadar air akhir sebesar 9.37 bk dan
RH  60    mempunyai  waktu  pengeringan  terlama  yaitu  560  menit  dengan  kadar  air  akhir  sebesar 11.09 bk. Tetapi, perlakuan dengan tingkat RH yang berbeda - beda ini, tidak menunjukkan adanya
konsistensi  antara  tingkat  RH  dengan  kadar  air  akhir  yang  dicapai.  Hal  ini  ditunjukkan  dengan semakin  tinggi  tingkat  RH  pada  kadar  air  awal  tertentu  menghasilkan  nilai  kadar  air  akhir  yang
bervariasi. Pola perubahan rasio kadar air terhadap waktu pengeringan pada perlakuan suhu 50 °C dengan
tingkat  RH  yang  berbeda  dapat  dilihat  pada  Gambar  8.  Terlihat  bahwa  proses  pengeringan  berjalan cepat,  mulai  dari  awal  pengeringan  yang  ditandai  dengan  menurunnya  kurva  secara  tajam  dan
kemudian  semakin  melambat,  yang  ditunjukkan  dengan  bentuk  kurva  yang  melandai  hingga  proses pengeringan selesai. Adanya perbedaan trend kurva yang ditunjukkan oleh hasil percobaan untuk RH
60  diduga karena struktur bahan yang lebih padat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Gambar 8. Kurva penurunan rasio kadar air terhadap waktu pada suhu 50 °C Gambar 8 menunjukkan semakin tinggi nilai RH, bentuk kurva relatif lebih landai dan  waktu
yang  dibutuhkan  untuk  mengeringkan  irisan  singkong  akan  semakin  lama,  karena  kecepatan  atau kemampuan untuk pembebasan air menjadi lebih rendah.
Berdasarkan perubahan suhu udara pengering Tabel 5, terlihat indikasi bahwa dengan adanya peningkatan suhu udara pengering dapat mempercepat waktu pengeringan. Hal ini terlihat pada suhu
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
90 180
270 360
450 540
630
Ra sio
K a
da r
Air -
Waktu menit
30 40
50 60
23 70  °C  mempunyai  waktu  pengeringan  tercepat  yaitu  185  menit  dengan  kadar  air  akhir  sebesar
8.90  bk.  Sedangkan  suhu  40  °C  mempunyai  waktu  pengeringan  terlama  yaitu  510  menit  dengan kadar  air  akhir  sebesar  10.09  bk.  Berdasarkan  hasil  perhitungan  kadar  air  akhir  bahan  setelah
pengeringan,  ternyata  semakin  cepat  proses  pengeringan  menyebabkan  nilai  kadar  air  akhir  yang cenderung semakin rendah, kecuali pada kondisi suhu 40 °C yang seharusnya memiliki kadar air akhir
lebih  tinggi  dibandingkan  kondisi  lainnya.  Hal  ini  disebabkan  oleh  nilai  kadar  air  awal  bahan  yang sangat kecil, sehingga membuat nilai kadar air akhir bahan juga semakin kecil.  Pola perubahan rasio
kadar  air  terhadap  waktu  pengeringan  pada  perlakuan  RH  40    dengan  tingkat  suhu  yang  berbeda dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Kurva penurunan rasio kadar air terhadap waktu pada RH 40 Gambar  9  menunjukkan  semakin  tinggi  suhunya,  bentuk  kurva  relatif  lebih  curam  dan  waktu
yang  dibutuhkan  untuk  mengeringkan  irisan  singkong  akan  semakin  singkat,  karena  kecepatan  atau kemampuan  untuk  pembebasan  airnya  lebih  tinggi.  Tetapi,  pada  suhu  50  °C  terlihat  bahwa  trend
penurunan  rasio  kadar  airnya  berhimpitan  dengan  perlakuan  suhu  60  °C.  Selain  itu,  waktu  yang dipakai untuk mengeringkan irisan singkong juga cenderung hampir sama, yaitu hanya terjadi selisih
5  menit.  Hal  ini  diduga  karena  terjadi  ketidakstabilan  alat  kontrol  suhu  pada  mesin  pengering  saat proses pengeringan berlangsung.
4.1.2  Perubahan Laju Pengeringan Terhadap Waktu