Analisis Data Penyusutan ANALISIS DATA

20

3.4.2. Analisis Data Penyusutan

Adanya penyusutan pada bahan mengindikasikan bahwa terjadi pengecilan dimensi volume, luas permukaan, ataupun ketebalan. Penyusutan luas permukaan sampel irisan singkong tersebut diamati dan direkam menggunakan webcam yang dihubungkan ke komputer. Hasil citra irisan singkong yang telah direkam tersebut kemudian dianalisis menggunakan MATLAB 7.1 Release 14 The MathWorks, Inc.. Analisis ini dilakukan terhadap area atau luas permukaan bahan. Berikut ini merupakan diagram alir dari proses pengolahan citra dengan menggunakan MATLAB 7.1 Release 14 The MathWorks, Inc.: Gambar 7. Diagram alir proses pengolahan citra Data hasil pengolahan citra tersebut kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai penyusutan luas permukaan sampel irisan singkong yang terjadi selama pengeringan berlangsung. S = 20 Kemudian disusun berdasarkan model empiris dari data penyusutan sebagai fungsi kadar air. Pada penelitian ini, model penyusutan luas permukaan menggunakan persamaan linier dengan persamaan sebagai berikut: = C 1 + C 2 21 Mulai Membaca dan menampilkan citra pertama Ekstraksi nilai pixel red, green, and blue RGB Membuat citra dengan background yang seragam Konversi citra ke citra biner Menyimpan data citra biner .jpeg dan data area pixels pada sebuah file dan menutup semua citra yang telah dikonversi Apakah semua citra sudah terkonversi? Selesai ya Tidak Membuka citra selanjutnya 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG

4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu

Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar air awal 55.00 bb - 67.74 bb dan berakhir ketika tidak terjadi lagi perubahan massa, dimana kadar air akhir mendekati kadar air keseimbangan yang berada pada selang 8.17 bb - 13.00 bb. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data penurunan massa bahan untuk berbagai perlakuan suhu dan RH Lampiran 2. Melalui pengukuran kadar air yang menggunakan metode oven, kemudian diperoleh data penurunan kadar air. Data tersebut kemudian dikonversi menjadi bentuk penurunan rasio kadar air dan diplotkan ke dalam suatu grafik sehingga diperoleh kurva penurunan rasio kadar air terhadap waktu Gambar 8 dan Gambar 9. Tabel 4. Data kadar air dan lama pengeringan pada suhu 50 C Suhu °C RH Massa gram Kadar Air bk Berat Kering Total Waktu Pengeringan awal akhir awal akhir g menit 50 30 119.31 42.70 205.59 9.37 39.04 395 40 144.08 53.42 210.03 14.95 46.47 435 50 134.63 53.74 173.71 9.25 49.19 450 60 145.02 68.14 136.43 11.09 61.34 560 Tabel 5. Data kadar air dan lama pengeringan pada RH 40 Suhu °C RH Massa gram Kadar Air bk Berat Kering Total Waktu Pengeringan awal akhir awal akhir g menit 40 40 109.32 54.15 122.25 10.09 49.19 510 50 144.08 53.42 210.03 14.95 46.47 435 60 183.74 74.69 172.40 10.73 67.45 430 70 143.70 53.34 193.38 8.90 48.98 185 Tabel 4 perlakuan suhu yang sama yaitu 50 °C dengan tingkat RH yang berbeda menunjukkan bahwa dengan massa awal irisan singkong yang hampir sama, seperti pada perlakuan RH 40 dan RH 60 , memiliki kadar air awal yang ternyata nilainya tidak sama bervariasi. Demikian juga, pada perlakuan RH 30 , dengan massa awal irisan singkong yang cenderung lebih rendah dibandingkan massa awal irisan singkong lainnya, ternyata memiliki kadar air awal yang cenderung tinggi, yaitu sekitar 67 bb. Hal yang mempengaruhi bervariasinya nilai kadar air awal bahan adalah jenis varietas singkong yang dipakai, diduga berbeda pada beberapa perlakuan dan umur tanaman sampai dengan dipanen yang juga diduga tidak seragam. Tetapi, meskipun singkong yang digunakan berasal dari lokasi yang sama dengan varietas yang sama, struktur dan sifat fisik bahan dapat berbeda. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan antara irisan singkong yang digunakan untuk pengeringan pada perlakuan RH 40 dan RH 60 . Terlihat bahwa irisan singkong yang digunakan untuk perlakuan RH 40 dan RH 60 mempunyai berat awal yang hampir sama, tetapi