Analisis Prediksi Perubahan Lahan Model Regresi Logistik

30

4.2 Analisis Prediksi Perubahan Lahan Model Regresi Logistik

Variasi penerapan analisis regresi logistik ditentukan oleh variabel respon, yaitu variabel respon berupa 2 kategori biner dan variabel respon lebih dari 2 kategori multinominal Meter John et al. 1996. Untuk memprediksi perubahan lahan yang terjadi, peneliti menggunakan analisis regresi logistik biner dengan variabel respon bersifat kualitatif kategorisasi yang direpresentasikan dengan nilai 1 atau 0. Dalam permodelan perubahan lahan, nilai variabel respon 1 berarti terjadi perubahan lahan, sedangkan nilai variabel respon 0 berarti tidak terjadi perubahan lahan Murdiyarso et al. 2000. Variabel bebas independen yang digunakan diperoleh dari data statistik Badan Pusat Statistik, Departemen Kehutanan, dan dari beberapa literatur kebakaran, kedalaman drainase, kepadatan penduduk, ijin penggunaan lahan untuk HTI, dan sektor unggulan ekonomi serta data spasial berupa peta tutupan lahan dari Badan Planologi Departemen Kehutanan dalam format shapefile. Koefisien determinasi Nagelkerke digunakan untuk mengetahui kebaikan model regresi logistik dalam memprediksi perubahan lahan,. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS 15, dari 33 model perubahan lahan, sebanyak 20 model memiliki nilai koefisien determinasi Nagelkerke lebih besar dari 50 sedangkan sisanya sebanyak 13 model memiliki nilai koefisien determinasi Nagelkerke lebih kecil dari 50 yang berarti bahwa variabel bebas untuk sebagian besar model regresi logistik perubahan lahan mampu menjelaskan variasi dalam variabel respon. Tingkat kesesuaian dari keseluruhan model perubahan lahan dihitung berdasarkan kesesuain luasan dari masing jenis tutupan lahan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan yang terjadi. Dari hasil uji keseusain peta tutupan lahan hasil prediksi dengan observasi, persentase kesesuaian untuk masing-masing tutupan lahan yaitu hutan rawa primer sebesar 31.04, hutan rawa sekunder sebesar 83.71, perkebunan sebesar 7.45, permukiman sebesar 98.21, pertanian lahan kering sebesar 48.43, rawa sebesar 82.04, sawah sebesar 99.74, semak belukar sebesar 99.99, dan tanah terbuka sebesar 50.77. Secara keseluruhan nilai rata-rata persentase kesesuaian sebesar 72.03. Persentase ketelitian untuk masing-masing jenis tutupan lahan hasil prediksi dapat dilihat pada Tabel 7 sedangkan perbandingan peta observasi daerah kajian terhadap peta prediksi dapat dilihat pada Gambar 22. Tabel 7. Persentase Kesesuaian Hasil Prediksi Dengan Data Observasi 2006 Penyimpangan ha -+ Persentase Penyimpangan Persentase Ketelitian LAHAN Observasi ha Prediksi ha Hutan Mangrove Sekunder 34318.08 29807.09 -4510.99 15.13 84.87 Hutan Rawa Primer 6104.16 1894.85 -4209.31 68.96 31.04 Hutan Rawa Sekunder 345941.28 297490.34 -48450.94 16.29 83.71 Perkebunan 1392.50 103.68 1288.82 92.55 7.45 Permukiman 7750.08 7614.00 -136.08 1.79 98.21 Pertanian Lahan Kering 1218.24 803.74 -414.50 51.57 48.43 Rawa 260353.44 317338.86 56985.42 17.96 82.04 Sawah 62622.72 62788.98 166.26 0.26 99.74 Semak Belukar 45917.28 45869.86 -47.42 0.10 99.90 Tanah Terbuka 2034.72 1363.46 -671.26 49.23 50.77 RATA-RATA 27.97 72.03 31 Gambar 22. Peta Prediksi Tutupan Lahan Tahun 2006 a. Peta Observasi Tutupan Lahan Tahun 2006 b. Selain itu peneliti juga melakukan uji statistik secara sederhana dengan menggunakan regresi linier untuk mengetahui nilai koefisien determinasi, nilai korelasi, dan rata-rata kesalahan mutlak dari peta tutupan lahan dari hasil prediksi terhadap data observasi. Dalam hal ini, peneliti membandingkan luasan dari tiap jenis tutupan lahan hasil prediksi terhadap data observasi Persamaan regresi yang dihasilkan antara data luas tiap jenis tutupan lahan hasil prediksi dengan data observasi yaitu y = 1971 + 0.974x dengan nilai koefisien determinasi sebesar 95.9 dan koefisien korelasi sebesar 97.9. Nilai MAE yang dihasilkan sebesar 11688.1 atau sekitar 1.83 besarnya error antara data observasi dengan prediksi. Grafik hubungan antara data observasi dengan data prediksi yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23. Hubungan Antara Data Observasi Dan Data Prediksi 32

4.3 Dampak Perubahan Lahan